Chapter 8

7 2 0
                                    

"Gue dimana" Dinda mengamati sekitar.

Keadaan yang tampak gelap, tidak ada pancaran lampu ataupun senter sama sekali. Hanya ada sinar bulan yang tidak terlalu menerangi jalan. Dinda berjalan dengan sedikit perasaan takut.

Srekhhh

Deggg

Jantungnya bergemuruh, ingin sekali ia berteriak juga berlari. Namun, keadaan sangat gelap membuat ia kesulitan untuk melihat jalan juga sekitar. Dengan perasaan takut, Dinda memberanikan diri untuk keluar dari tempat itu.

Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika mendapati sebuah rumah dengan pencahayaan yang sedikit redup. Dinda tersenyum, ia pun berjalan menghampiri rumah tersebut.

Tidak luas, namum lumayan untuk beristirahat malam ini. Tempatnya cukup menyeramkan, karena hanya ada satu rumah di tengah hutan seperti ini. Dinda tak ambil pusing, ia pun berjalan memasuki rumah tersebut.

"Gapapalah seenggaknya gue bisa istirahat malam ini" Ucapnya.

"Permisi" Ucapnya seraya membuka pintu.

Sepertinya rumah itu kosong, tidak ada penghuninya lagi disana. Dinda terdiam sejenak, pandangannya tertuju kepada meja yang berisikan buah diatas keranjang. Dinda tersenyum, ia pun berjalan mendekati meja tersebut.

"Gue laper, semoga aja buahnya ga beracun" Dinda mengambil satu buah apel lalu memakannya. Setelah merasa kenyang, ia pun memutuskan untuk beristirahat. Dinda merebahkan tubuhnya diatas kamar tanpa kasur itu, ia pun tertidur.

Pagi hari,

"Eunghhhh" Dinda terbangun dari tidurnya.

Sontak Dinda terkejut ketika mendapati sosok lelaki yang tengah memasak didapur rumah tersebut. Lelaki itu bangkit dari duduknya lalu menyajikan berbagai masakan yang sudah jadi keatas meja.

Dinda hanya terdiam, ia tak mampu berkata-kata. Ketika hendak turun dari kamar tersebut, tanpa disengaja ia menyenggol sebuah kotak disana. Dinda menoleh kearah benda tersebut, jantungnya pun berdebar 2 kali lipat lebih kencang dari biasanya.

Laki-laki itu menoleh lalu tersenyum. "Kamu sudah bangun, mari makan" Ajaknya. Dinda menoleh, keduanya pun saling berkontak mata.

"S-siapa kamu--" Lelaki itu berjalan menghampirinya, ia duduk disamping Dinda sembari tersenyum.

"Apa kabar nda" Dinda masih saja terdiam, menatapnya tidak percaya.

"Gue Yoshi"

Degg

Dinda menggeleng tidak percaya. "Gak---gak mungkin, kamu pasti penjahat kan" Dinda memberontak.

"Nda gue Yoshi, gue yang berjanji buat ngejagain lo... Saat ini gue selalu ada buat lo" Dinda masih saja tidak percaya.

Lelaki itu menarik Dinda agar masuk kedalam pelukannya. Namun, Dinda menolak ia beranjak dari duduknya berniatan untuk pergi dari tempat tersebut.

Ketika hendak pergi, lelaki itu terlebih dahulu mencekal pergelangan tangannya.

Dinda menoleh. "Lepasin" Dinda menepisnya kasar.

Lelaki itu setengah berlari guna mengejar Dinda.

"Dinda... Gue kangen sama lo" Dinda tidak menghiraukannya, ia terus setengah berlari agar keluar dari tempat tersebut.

Brukhhh

Dinda tersandung sebuah balok kayu, ia pun terjatuh. Dinda menoleh kearah lelaki tadi, benar saja lelaki bernama Yoshi itu berjalan menghampirinya.

You Are My BrotherWhere stories live. Discover now