Prolog

3.1K 209 18
                                    

Riley duduk di barisan paling belakang dalam aula besar, mata terfokus pada sosok pria di depan ruangan: Professor Benjamin Archer. Cahaya lampu menggantung di atas, menghasilkan bayangan yang mengambang di sekitar wajah tampan dan misteriusnya. Sebuah papan tulis besar berisi kata-kata dalam bahasa Latin dan gambar-gambar kuno menjadi latar belakang penuh misteri.

Professor Archer berbicara dengan suara yang tenang namun kuat, memandu mahasiswanya melalui dunia sastra kuno. Kata-katanya mengalir seperti aliran sungai, membawa mereka melalui zaman-zaman di mana kisah-kisah mitologi dan legenda diciptakan.

Riley, bagai terhipnotis, merasa seperti dia sedang terbawa oleh setiap kata yang diucapkan oleh dosen tampan itu.

Wajah Riley memancarkan ketertarikan dan kekaguman. Dia selalu menemukan cara untuk berada di kelas-kelas yang diajarkan oleh Archer, memaksa dirinya untuk belajar apa yang pria itu sukai. Alasannya sederhana: dia ingin tahu lebih banyak tentang pria di depan kelas itu.

Sebagai mahasiswi populer, Riley biasanya memiliki banyak teman, acara, dan pesta yang mengisi hari-harinya. Namun, kehadiran Benjamin Archer dalam kehidupannya telah mengubah prioritasnya. Dia menjadi lebih tertarik pada kehidupan pribadi professor muda tersebut daripada kehidupan sosialnya sendiri.

Ketika Professor Archer berjalan menuju papan tulis untuk menulis sebuah kata kuno, Riley memperhatikan setiap gerakannya. Dia memandangnya dengan mata berbinar, mencoba menghafal setiap detail tentang sosok itu: rambut coklat gelap yang teratur, mata yang teduh namun penuh misteri, dan senyum yang jarang muncul namun begitu menawan.

Ketika kelas selesai, Riley selalu menemukan alasan untuk berada di dekat pintu keluar, berharap bisa bertemu Archer sejenak. Dia ingin mengucapkan terima kasih atau bahkan hanya mendengar suaranya lagi.

Setiap kali mereka bertemu, Riley berusaha menunjukkan bahwa dia adalah mahasiswa yang cerdas dan berdedikasi, meskipun sebenarnya dia tahu bahwa itu hanyalah usaha untuk menarik perhatian sang professor.

"Archer--- Oh maksudku Professor Benjamin Archer!" Riley memanggilnya dengan nada centil. Ia berjalan dengan langkah kegirangan saat pria itu menghentikan langkah karena panggilannya.

"Ya, Nona Riley!" Ujarnya dingin, tak berekspresi. Tapi tak mengapa, bagi Riley, Benjamin Archer sangatlah tampan dan manis. Riley bahkan tidak bisa memalingkan wajahnya walau hanya sedetik.

"Terimakasih untuk kelas---"

"Anda membayar mahal untuk kampus ini, mata kuliah ini, tidak perlu terimakasih lain kali."

"Tapi---"

"Saya masih ada banyak urusan." Archer langsung pergi begitu saja. Riley menggeleng manja menatap punggung kokohnya. Bibirnya membentuk kecupan yang centil sembari mengibaskan rambut.

"Kamu pikir aku tidak tahu kamu mau ke mana? Pasti mau ke perpustakaan tua untuk meminjam buku, membeli anggur, lalu menikmati weekendmu. Aku sangat hafal rutinitasmu, sayang!" Riley pun melangkah mengikutinya.

****

Di pusat kota Croma terdapat sebuah perpustakaan tua yang menyimpan kekayaan sastra kuno dari berbagai belahan dunia.

Gedungnya sendiri telah berdiri selama berabad-abad, dengan dinding-dinding batu yang terawat dengan baik dan jendela-jendela besar yang membiarkan cahaya matahari menerangi setiap sudutnya.

Ketika memasuki perpustakaan, pengunjung akan disambut oleh aroma kertas kuno yang menggantung di udara. Rak-rak kayu tua dipenuhi dengan buku-buku berdebu yang berusia ratusan tahun. Di sini, kalian dapat menemukan karya-karya dari para penulis klasik seperti William Shakespeare, Homer, dan Confucius.

Tidak hanya itu, perpustakaan ini juga menyimpan naskah-naskah langka, manuskrip tangan, dan edisi pertama dari karya-karya sastra terkenal. Setiap buku dan dokumen di perpustakaan ini memiliki cerita dan sejarahnya sendiri, menjadi saksi bisu dari zaman yang telah berlalu.

Bagi para pencinta sastra, perpustakaan tua di pusat kota Croma adalah surga yang tak ternilai harganya. Di sini, mereka dapat menyelami keindahan kata-kata dan memahami warisan sastra yang telah membentuk dunia kita.

Pria yang sangat Riley kagumi berdiri di depan rak buku karya Dante Alighieri. Jika kemarin ia bolak-balik berada di rak buku karya William Shakespeare, dan juga karya Gottfried von Strassburg.

Riley tidak menyangka jika Archer menyukai karya-karya romantis kuno seperti itu. Karya terakhir yang Archer baca adalah Tristan dan Isolde. Sepertinya itu karya yang paling Archer suka karena dia meminjamnya berkali-kali.

Riley pun turut membaca karya itu karena Archer. Itu memang karya yang indah. Riley ingat salah satu kutipannya yang paling membekas, "Kematian tidak memisahkan cinta yang sejati."

Kutipan ini mencerminkan tema utama dari kisah cinta mereka, yang menggambarkan bahwa meskipun terpisah oleh segala rintangan, cinta sejati mereka tetap abadi.

La Vita Nuova, buku yang saat ini Archer pegang dengan senyuman manis yang jarang sekali keluar. Apakah dia ingin membaca kisah Dante dan Beatrice? Membaca puisi-puisi romantis dari hati yang terdalam dari Dante untuk Beatrice?

"Archer pasti pria yang romantis. Lihatlah buku-buku yang dia baca! Jika aku menjadi kekasihnya, pasti hariku akan dipenuhi dengan puisi-puisi klasik, bukan gombalan kuno yang membosankan!" Riley berandai-andai.

Riley terus mengangumi Archer yang sedang berdiri tegap di depan rak buku yang dipenuhi dengan sastra kuno. Sinar matahari sore menyoroti wajahnya yang tampan dan memberikan sentuhan emas pada rambut cokelatnya.

Dengan kemeja berwarna putih yang tergulung hingga siku, ia tampak santai namun tetap elegan. Badannya yang berotot dan sixpack terlihat jelas meskipun tertutup kemeja, menambah kesan gagah dan maskulin pada sosoknya.

Saat Riley asyik melamun, ia tidak sengaja menjatuhkan buku-buku pajangan yang ada di hadapannya. Membuat suara gaduh, kekacauan, dan menarik perhatian.

Tadinya Riley ingin langsung melarikan diri, namun sayang heels tinggi sialannya membuatnya terjatuh.

"Kamu---" Archer menegurnya. "Kamu mengikutiku?"

"In that book which is my memory, on the first page of the chapter that is the day when I first met you, appear the words, 'Here begins a new life'."

"Terus?"

"Itu salah satu kutipan dari La Vita Nuova, buku yang kamu pegang! Aku tidak mengikutimu, aku membaca buku!" Katanya masih dengan posisi terbaring di lantai. Tatapannya ketakutan, tangannya saling bertaut dengan gugup.

"Ouhhh." Ujar Archer singkat, lalu meninggalkan Riley pergi tanpa membantunya berdiri. Bahkan Archer sengaja melangkahi perut Riley dan melewatinya.

"Are you serious?" Gumam Riley kesal.

Archer menghentikan langkahnya lalu menoleh. Ia tersenyum sinis seraya membalas perkataan Riley.

"Jika Dante menyebut pertemuan pertamanya dengan Beatrice sebagai awal dari kehidupan baru, maka pertemuan pertamaku denganmu terasa seperti neraka yang baru saja dimulai. Sikapmu itu begitu menggangguku, nona Riley, benar-benar membuatku merasa terganggu! Aku berharap di masa depan kamu tidak akan mengikuti dan menggangguku dengan cara seperti ini lagi."

"Jangan GR!"

"Gelagatmu itu sangat ketara!"

"Kakiku sakit! Punggungku remuk, aku tidak bisa berdiri!" Teriak Riley yang tak ditanggapi oleh pria dingin idamannya itu.

"Lihatlah dia, siapa yang tidak penasaran jika seperti ini?" Riley seketika bangkit seraya melompat-lompat dengan perasaan kesal yang luar biasa.

*****

Cuekkk bgt si Archer :(

****

Pretty Stalker (On Going)Where stories live. Discover now