3

5.9K 401 3
                                    

🗻 Rinjani

Aku kembali ke rumah setelah melakukan pendakian kemarin, papa terlihat menunggu kami di teras depan, Naga baru saja memarkirkan mobil dan Papa langsung membuka pintu mobil di sampingku.

"Papa kepikiran tau gak!" Omelnya.

"Astaga cepat tua loh!" Ledekku, tapi aku langsung turun lalu papa memelukku erat seakan tidak bertemu beberapa tahun,padahal kami hanya pergi 3 harian.

"Ada yang luka gak dek? Gimana rasanya? Ada yang macam-macam sama kamu? Mas jagain kamu dengan baik?"

"Astaga anaknya dua loh, Jani doang yang ditanyain?" Naga menyindir sambil membawa turun tas kami.

"Kalau kamu papa percaya aman mas, adek nih, habis gak tuh hansaplat yang kamu bawa?" Tanya papa sambil memastikan aku baik-baik saja.

"Dih meragukan aku banget, cuma kepake 2 itu pun karena kena ranting doang, gak sengaja, nih!" Aku menunjukan luka yang aku dapat di Arjuna, berkesan, terlihat keren walau hanya kebeset lebay.

"Gak perlu ke dokter?" Papa memastikan.

"Astaga Ares! Gak separah itu!" Aku menangkap kepalanya kemudian mencium ujung hidungnya agar dia percaya kalau anak gadisnya ini kembali dengan normal.

"Heh, kurang ajar Ares Ares Ares Ares!" Papa mengejar ku yang sudah sibuk berlari masuk ke rumah.

.

Malam harinya kami makan malam bersama, sepertinya memang makan seperti ini lah yang aku rindukan jika aku jarang pulang ke rumah.

"Mas, Dek ......" Panggil mama pada aku dan Naga.

"Kenapa ma?" Tanya Naga dan aku melihat saja.

"Mama sama papa sudah mikirin hal ini, dan kayaknya cocok buat mama bahas sekarang."

"Oh pasti nyuruh kami langsung lanjut S2!" Aku menebak, mama tersenyum, senyumnya seperti memiliki arti memang kesana tapi mama menggeleng.

"Tapi kalau kamu mau langsung juga gak apa-apa dek mama papa malah senang!"

"Yang ini aja belum kelar ma!" Seruku sedikit ngeri, aku dan Naga berada di semester akhir perkuliahan, sedang sibuk-sibuknya dengan Tugas Akhir.

Oh ya aku mengambil desain produk, dan Naga Teknik Kelautan, kampus kami berbeda jadi jika tidak di rumah atau kedai mama kami akan jarang bertemu, ditambah saat ini aku memilih untuk nge kos mengingat jam kuliah ku yang makin tidak karuan akibat Tugas Akhir.

"Kalian kan sebentar lagi ulang tahun nih, menurut kami kalian sudah saatnya punya mobil sendiri-sendiri." Mata Naga berbinar, aku tahu ini yang selama ini dia nantikan, selama ini papa dan mama hanya mengijinkan kami memakai mobil mereka dan terkadang aku dan Naga harus bergantian padahal di rumah juga ada 4 mobil.

"Serius ma?" Mama mengangguk.

"Tapi papa punya budget jadi kalau bisa jangan melewati budget yang kami siapkan, oke?"

"Asik..... Makasih ma, pa." Ujar Naga tapi aku tidak mengatakan apa pun.

"Dek? Kamu gak suka?" Tanya mama.

"Suka, tapi kayaknya untuk saat ini aku belum terlalu butuh mobil, lagi pula aku udah ngekos kan, motor aku masih siap menemani."

"Terus adek mau apa?" Tanya papa.

Aku sedikit mempertimbangkan kemudian Naga menyenggol siku ku yang memang berada diatas meja makan "Ngomong aja rencana kamu." Ujarnya.

"Adek punya keinginan lain?" Aku mengangguk.

"Aku gak tahu mama papa bakal setuju gak." Ucapku ragu.

"Ya sudah coba kamu jabarkan dulu biar papa mama tahu dan bisa mengambil keputusan" papa memintaku memberitahu.

"Jani pengen banget buka usaha pastry gitu sama ada perpus kecil gitu di dalamnya." Aku mulai bicara.

"Jani udah nabung sedikit tapi ya masih kurang banyak sih, buku-buku koleksi Jani juga lumayan banyak, nanti biar pakai yang ada dulu aja rencananya."

"Memang kamu mau buka dimana dek?" Kini mama yang bertanya, aku seperti pengajuan proposal usaha secara tiba-tiba.

"Itu kontrakannya mbak Beti ma, kasihan sudah lama kosong, kayaknya butuh uang juga, kalau kontrak setahun Jani ada sih uangnya, tapi nanti uang modalnya tinggal nangis." Papa akan tertawa tapi mama langsung memperingatkannya dengan lirikan.

"Nanti operasional nya gimana?"

"Jani gantian sama beberapa teman Jani yang memang mau bantu, kalau pelan-pelan hasilnya baik nanti Jani hiring pegawai."

"Kamu lagi TA loh dek."

"Iya pa, gak harus sekarang juga kok, kan Jani masih ngumpulin modalnya juga."

Aku memang sudah punya gambaran jika nanti lulus akan melamar pekerjaan kemana, aku mau buka usaha sendiri tapi yang tidak berbasis dengan ilmu yang aku pelajari, istilahnya side job ku nanti ya usahaku itu, biar gaji tetapnya aku dapat dari hasil sarjana ku.

"Mama sama pikirin dulu ya?" Aku mengangguk menjawab mama.

"Kalau mas Naga udah fix mobil aja?"

"Iya mobil aja, biar mas gak jomblo terus." Ucap Naga apa adanya.

"Dih, kurang guna!" Celetukku.

"Siapa tahu kalau bawa mobil jadi banyak yang gak PHP in aku Jan!"

"Kemarin-kemarin juga bawa mobilnya mama papa gak ada tuh yang nyantol."

"Iya mereka tahu itu mobil kalian, mana mau sama mas."

"Kalau nunggu mas kerja dulu terus beli mobil sendiri kayaknya baru 3 tahun lagi ya kan." Bela Naga.

Aku tersenyum, sebenarnya hidup kami tidaklah susah, bahkan papa mengurus perusahaan hasil laut milik Kakung dari sebelum mama dan papa menikah, mama yang dulu sempat jadi mahasiswi papa akhirnya juga terjun ke bisnis kedai kopi yang sudah membuka beberapa cabang di beberapa kota, tapi memang papa dan mama tidak pernah memanjakan kami dengan kemewahan, kalau mau sesuatu ya harus berjuang dulu.

Tahun ini mungkin beda karena ini tahun terakhir kami di bangku perkuliahan, jadi mama dan papa memberikan hadiah yang kami butuhkan untuk masa yang akan datang.

Naga juga bukan anak yang manja, bahkan dia menghasilkan uang sendiri sejak lama, sejak dia terpilih menjadi tim basket dari SMA dan mendadak menjadi bintang iklan beberapa produk, hasilnya selalu dia tabung selain untuk membelikan ku ini dan itu.

Naga tampan? Sangat! Aku yang kembarannya saja kadang masih gak percaya kalau kami pernah berbagi wilayah rahim mama di waktu yang bersamaan.

Aku tahu aku tidak jelek, tapi jujur saja tingkat bintang kami memang berbeda, Naga terlahir menjadi superstar dan aku tidak terlalu menyukai dunia yang terlalu menyoroti diriku, aku tim layar belakang!

Aku sudah tertarik dengan baking sedari kecil ketika membantu mama membuat aneka kue untuk mama pampang di etalase kedai kopinya, tapi mama lebih fokus pada kopi, sedangkan aku lebih tertarik ke per kue an.

Juna Jani, I Love You Pak Kos! [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang