•Another Side

35 28 3
                                    

Jakarta, Juni 2019

TNI angkatan darat dan beberapa personel polri sudah siaga di depan gedung istana negara, pakaian dinas yang menunjukkan korps masing-masing lengkap dengan senjata laras panjang menambah kesan garang satuan pertahanan dan keamanan yang dimiliki Indonesia ini. Mereka tengah menghadang demo yang dipelopori mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh Indonesia. Teriknya matahari ibukota tak menyurutkan semangat mereka untuk mengkritisi kebijakan pemerintah yang tentu saja banyak memberikan dampak negatif bagi warganya.

“Kami mahasiswa Indonesia hari ini di depan istana negara akan memperjuangkan hak manusia!" hampir semua peserta demo yang turun mengangkat spanduk bertuliskan :

Tolak Kerja Sama Korea Selatan!

Tolak pelanggaran Hak Asasi Manusia!

"Kami menolak dengan tegas RUU Omnibus Law!"  seorang pria berambut gondrong diikat yang diketahui bernama Fathur itu sedang berorasi di atas mobil pick-up menggunakan toa. 
Di dalam Rancangan Undang-Undang tersebut terdapat beberapa poin yang lebih berpihak pada investor dan merugikan pekerja, lalu mudahnya izin bagi pengusaha asing untuk mendirikan perusahaannya di Indonesia. Selain itu proses pengesahan yang terkesan terburu-buru dan minimnya partisipasi publik.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Bandung, Juni 2019

“Udah tau berita hari ini belum, Ra?”

Khaira tak mengalihkan fokus dari mikroskop cahayanya, tapi ia sangat hapal dengan suara teman satu kost-nya itu, Raina.

“Belum. Emang apaan?” Khaira masih mengatur fokus benda yang akhir-akhir ini menjadi kesayangannya agar mendapatkan hasil penelitian yang optimal.

“BEM KM kita ikut demo di istana RI.”

“Lah kan emang udah biasa. HIDUP MAHASISWA!”entah ia ikut menyemangati dari jauh atau sekadar sarkas.

“Lo tau gak kasus kali ini tentang apa?” Raina yang dasarnya anak hukum itu memang sering menjadi tabloid berjalan bagi Khaira saat ia sedang sibuk dengan penelitian sampai tak tahu lagi dunia luar. Contohnya seperti saat ini.

“Tidak tahu Ibu Raina. Kan lo liat sendiri gue lagi sibuk ngurusin penelitian.” Khaira kesal sendiri, akhirnya ia menyerah dan meninggalkan mikroskopnya.

Raina menyeret Khaira duduk di bangku laboratorium.

“Ihh sini dengerin dulu! Mereka nolak kebijakan UU tentang tenaga kerja. Terus juga kerja sama antar beberapa negara luar, terutama Korea Selatan,”jelas Raina penuh semangat. Khaira langsung melepas sarung tangan dan jas lab-nya.

“Hah? Kenapa? Biasanya mereka gak pernah ikut campur soal kerja sama.”

Lalu Raina menunjukkan sebuah artikel dari gawainya. Khaira membulatkan mata membaca headline berita tersebut. “What? Teknik hybrid untuk manusia? Mereka gila?”

Rupanya berita itu tak sengaja bocor dan langsung menjadi tranding topic dimana-mana. Intinya proyek tersebut mencoba menggabungkan manusia dan teknologi, beberapa orang berasumsi bahwa akan ada penanaman chip di otak manusia, menjadikan manusia layaknya robot dan membuang hati nuraninya.  Ada beberapa buruh dari industri yang bekerja di perusahaan farmasi tersebut ikut menyuarakan hal yang mereka ketahui. Banyak dari mereka mendapat imbas dari proyek tersebut. Tak sedikit juga yang menjadi sampel uji coba penelitian. Tapi yang membuat masyarakat terutama ilmuan murka adalah pemerintah Indonesia yang setuju dengan proyek tersebut. Bahkan memberikan izin dan fasilitas kepada pihak asing untuk melakukan penelitiannya di Indonesia. Pasti ada sesuatu yang tak beres, pikir Khaira.

The Perfect Flavour || KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang