BAB 10 : Pindah Rumah

145 15 0
                                    

Adzan subuh berkumandang. Seperti biasa, Muazzin akan mengumandangkan adzan setiap sholat lima waktu. Zaira terkejut saat dirinya terbangun di akhir adzan berkumandang, tidak seperti biasanya yang dimana biasanya ia akan bangun sebelum adzan subuh di kumandangkan tapi kali ini justru sebaliknya.

Zaira terduduk namun dirinya dibuat terkejut kala melihat dirinya masih dibalut mukenah. Zaira memandangi setiap sujud kamarnya, ntahlah ia merasa ada sesuatu yang ia sendiri tak tau apa itu.

Ceklek

Terdengar suara pintu kamar mandi di buka, Pandangan Zaira langsung beralih ke arah suara tersebut dan benar saja ada seseorang yang keluar dari sana.

"Aaaaaa.." teriak Zaira sambil melemparkan bantal ke arah maling tersebut.

"Ehh."

Laki-laki yang di sangka maling itu oleh Zaira berhasil menangkap bantal yang dilemparkan ke arahnya.

"Bunda, ada maling." teriak Zaira yang berhasil membuat orang-orang dirumahnya berlari ke kamar sang putri.

Gadis itu melompat dari ranjangnya dan menghambur ke pelukan sang kakak perempuan. "Ada apa, Ra?" tanya Alisa.

"Ada maling cabul," ucapnya sekenanya.

Mereka semua mencari dimana maling cabul yang Zaira maksud. Bagaimana mungkin ada maling cabul sementara sudah ada suaminya yang menjaga gadis ini. Seketika pandangan mereka semua tertuju pada Irham yang masih setia berdiri di depan pintu kamar mandi sambil memegangi bantal yang Zaira lemparkan tadi.

Ayah dan Bunda saling pandang, sepertinya mereka mengerti sekarang. Ya, Zaira lupa bahwa dirinya sudah punya suami lalu menganggap bahwa suaminya adalah maling yang masuk ke kamarnya.

Alisa yang juga mulai mengerti lantas menjahili sang adik. "Ra, emang ada maling ganteng kek dia?" tanya Alisa.

Gadis itu mengakat pandangan menghadap sang kakak menatap penuh tanda tanya padanya. Alisa menunjuk ke arah Irham lalu tersenyum mengerikan bagi Zaira kearahnya.

"Zaira." panggil Bunda.

"Maaf bunda, Zaira lupa." ucapnya penuh sesal.

Semua orang terkekeh geli melihat tingkah gadis di depannya. Begitupun dengan Ahmad yang hanya menggeleng-geleng kepala, tingkah adik iparnya ini sangat mirip dengan kakaknya dulu, sangat mirip.

Bahkan Alisa dulu sempat melemparnya dengan Vas bunga hingga membuat keningnya tergores karena terkena pecahan Vas tersebut.

"Mirip sepertimu," bisik Ahmad pada istrinya itu lalu pergi meninggalkan mereka semua. Alisa yang mendengarnya lantas menunduk malu kala mengingat kejadian itu.

"Sudah-sudah, cepet kamu siap-siap Zaira lalu sholat berjamaah bunda dan yang lainnya tunggu di bawah. Kita ke masjid bareng," Ucap Bunda.

"Iya."

"Dan satu lagi, minta maaf sama suami kamu." Zaira terkejut saat mendengar permintaan Bundanya untuk meminta maaf kepada Irham yang dimana sekarang notabenenya adalah suaminya.

"T-tapi bun?"

"Gak ada tapi-tapi, mau durhaka sama suami?" Zaira menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yasudah sana, bunda dan yang lainnya tunggu dibawah," ucap bunda.

Zaira mengangguk patuh.

Setelah semuanya keluar Zaira menutup pintunya kembali, Zaira mendekat ke arah Irham. "Maaf," ucapnya sambil menunduk.

Laki-laki itu yang tak lain adalah Irham--suaminya mengangkat wajah menunduk itu. "Kamu gak salah, jangan minta maaf," ucapnya dengan senyum manis menghiasi wajahnya.

Sajadah Cinta | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang