حَبِّيْتَك يَوْم مَا اتْلَاقِيْنَا .16

67 7 0
                                    

Sementara di dapur Ummi dan Zaira juga adik perempuan Irham sedang membuat beberapa kudapan untuk mereka. Zaira sangat senang karena semua Request masakannya selalu di setujui oleh mertua dan adik iparnya.

Kali ini mereka memasakan telur gulung, cilok, tahu walek, seblak. Ya, seblak, itu adalah ide adik iparnya, Aisyah. Yang memaksa Zaira untuk memuatkan mereka semua seblak. Awalnya ummi menolak permintaan putri bungsunya itu tapi tidak dengan Zaira yang dimana dia jiga pecinta seblak. Alhasil jadilah makanan khas Sunda itu.

Tugas kali ini di bagi, Ummi bagian membuat puding buah sebagai makanan penutup sedangkan Aisyah membuat es buah sebagai minumannya nanti. Jangan tanya kalo Zaira, ya sudah pasti masih sibuk dengan seblaknya.

"Selesai," ucap mereka bersamaan saat sudah melihat semua masakannya di atas meja yang sudah di hias semaksimal mungkin.

"Sudah, yuk, bawa ke halaman belakang," ajak Ummi. Keduanya mengangguk patuh dan membawa semua makanan itu kehalaman belakang, rupanya disana sudah di siapkan tikar yang cukup lebar.

Abi dan Irham juga Fahmi sudah berada di sana duduk anteng di atas tikar, jangan lupakan ponselnya di tangan keduanya.

"Kiri, Mi, kiri," teriak Irham.

Zaira tersenyum, baru kali ini ia melihat sisi lain dari suaminya. Selain dingin ke orang, cuek tapi perhatian kepadanya ternyata dia bisa bobrok juga.

"Iya, sabar."

"Awas, woii. Alahh, matikan!" Irham langsung melemparkan ponselnya kesembarang arah, dia cukup kesal karena adiknya yang tidak bisa main tapi sok-sokan ngajak main Rank. Ya, mereka sedang bermain Mobil Legends atau lebih sering di sebut ML.

"Wahh, main apa, nih? seru banget," tanya Ummi.

"ML, Ummi."

"ML? apa itu?"

"Game Ummi sayang," jawab Fahmi. Ummi hanya mengangguk-angguk saja, toh dia juga tidak akan tau. Anak Zaman sekarang mainnya sudah beda.

"Banyak banget makanannya, Ummi?" tanya Fahmi.

"Iya dong, kan ada Chef baru," jawab Ummi sambil melirik sang menantu yang sibuk menata masakannya. Fahmi hanya menjawab 'oh' saja.

"Sudah siap, ayok makan." kali ini yang bersuara adalah Aisyah.

Fahmi langsung mencomot brownies didepannya dan hendak memasukkan makanan itu kedalam mulut namun terhenti ketika melihat tatapan mematikan dari sang adik. "Apa?" tanya Fahmi jengah.

"Do'a dulu."

"Oh iya, lupa."

Mereka semua mengakat tangannya untuk berdoa begitupun dengan Fahmi. Masih sama tatapan tajam Aisyah masih tertuju kepadanya bukan cuma Aisyah tapi Ummi juga. Ya Allah, apa lagi ini?

Fahmi menatap bingung kearah kedua wanita yang terus menatapnya itu. Dia mengangkat satu alisnya.

"Pimpin do'a!" teriak Aisyah yang mulai kepancing emosi gara-gara kakaknya yang gak pekaan ini.

"Ya bilang dong, masa ngomong aja susah. Punya mulut buat apa?" ucapnya sewot.

"Abah." rengek Aisyah.

"Sudah-sudah, ayok Fah, mimpin." relai Abah.

Fahmi menghela nafasnya. "Iya-iya."

"Bismillahirrahmanirrahim, wa qinaa 'adzaa bannaar." Artinya: "Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka, Aamiin."

Sajadah Cinta | On GoingDove le storie prendono vita. Scoprilo ora