15. Garis takdir

120 9 0
                                    

"Sekuat apapun kamu berlari, jika gadis takdirmu bukan aku, kita kalah. Sebesar apapun cintaku padamu, Lauhul Mahfudz tetaplah pemenang."

Ahmad Fahmi Hafidzullah-

(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Arrusa junnuritaadul badri yubrizuuha
Ajman ya sya'ubihanwarin waanuwarin
Mubarokun Zaujaha ja'ats 'ala durorin
Zaujuna qoibitats widzin wa ibhari

Kullul kulubitanahats fissana farokhat
Filkhusni yabruku fii khusnin wa isroori

Kullul kulubitanahats fissana farokhat
Filkhusni yabruku fii khusnin wa isroori

'Ala jabili sya'adati wa afkali
Tajril khufu bi asy' waqin wa ajdari
Adi haya 'qod shorodt
Li ssa'difi 'amalin
Tarwil jamanabiha daril wa 'udyani.

"Fahmi!" teriak seseorang yang kini berada di samping fahmi.

"Astaghfirullah, Umar! kenapa teriak-teriak di telinga sih!" omel Fahmi.

"Ya, habisnya saya tadi panggil-panggil gak nyahut. Asik nyanyi aja."

"Hm."

"Ciee, yang mau pulang ke Indonesia, terus lamaran deh," goda Umar, salah satu teman sekamar Fahmi.

Fahmi tak mengubris ledekan sahabatnya ini dia masih fokus memasukkan baju-bajunya kedalam koper serta barang-barang lainnya, seperti kitab, dan beberapa buku penting lainnya.

"Nyanyi lagu itu, candu kan? iyalah, kan bentar lagi mau nikah," Umar tak henti-hentinya meledek Fahmi, baginya membuat seorang Ahmad Fahmi Hafidzullah emosi adalah hobinya. Selain teman sekamar Fahmi juga temen curhat Umar begitupun sebaliknya, mereka bisa di sebut teman satu frekuensi.

Fahmi menggenggam benda berbentuk lingkaran bagaikan kristal, terlihat sederhana namun elegan. Ya, itu adalah wadah cincin yang sudah dirinya persiapan untuk sang pujaan hati. Bodo amat kata orang, didalam hubungan harus terjalin saling percaya dan melengkapi. Bukankah begitu?

Fahmi meletakkannya didalam tas ransel miliknya juga satu buku Novel kiriman dari Irham, kakaknya. Dengan judul 'Garis Takdir' buku ini di oleh seorang gadis yang bernama Zaira Asyifa Mukaromah, Dia tidak tau siapa gadis ini namun cukup ia akui bahwa gadis ini gadis yang hebat hingga mampu menuliskan Novel sebaguz ini.

Dibuku ini di jelaskan kisah cinta seorang laki-laki kepada perempuan namun perbedaan kasta di antara mereka berdua justrus menjadi penghala dari segalanya bukan hanya itu, jarak mereka yang terbilang jauh justrus menjadi akhir dari segalanya, dimana di sana di jelas bahwa yang gadis di tinggalkan oleh sang pria dengan gadis pilihan sang Ayah, alasannya cukup sederhana. Karena laki-laki itu adalah pewaris selanjutnya dari sang Ayah lalu sang Ayah memilihkan gadis. Tidak ada yang salah, memang sudah jalan takdir begitu.

Di buku itu juga dikisahkan bagaimana tulusnya cinta mereka, sajadah merah menjadi saksi cinta mereka, para malaikat juga menjadi saksi akan tulusnya cinta mereka tapi pada akhirnya garis takdirlah pemenangnya, tidak ada yang bisa melawan takdir Allah, semua sudah di atur oleh sang maha pencipta sebaik mungkin.

Setelah berpamitan dengan teman-temannya dan para gurunya Fahmi berangkat menuju bandara ditemani oleh sahabatnya, Umar.
Umar menatap sahabatnya dengan perasaan sedih. Ntahlah, jika Fahmi pergi kemana lagi ia akan berbagi cerita, kemana lagi ia harus berbagi suka dan duka, Fahmi bukan hanya sahabat bagi Umar melainkan juga saudara baginya.

Fahmi menatap sendu kearah Umar. "Jaga diri, yah. Tahun depan lulus loh, saya tunggu di Indonesia. Saya pulang duluan," ucap Fahmi.

Umar lantas langsung memeluk Fahmi, Fahmi juga membalas pelukan sahabatnya itu, tanpa mereka sadari air mata keduanya terjatuh tanpa permisi. Sungguh kehilangan sahabat yang selalu bersama kita itu bagaikan hilang separuh jiwa kita.

Sajadah Cinta | On GoingWhere stories live. Discover now