04. Ikhlas?

88 13 0
                                    

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."

Zaira memejamkan matanya mencoba menahan air matanya yang akan jatuh. Zaira menetralkan perasaannya yang tentu saja tidak sedang baik-baik saja.

Melihat seseorang yang pernah singgah di hati kita dan selalu bersemayam dalam lantunan doa tidaklah mudah melihatnya mengucapkan janji sakral untuk wanita lain.

Zaira memenuhi undangan Rayhan. Ya, beberapa hari yang lalu Zaira tidak sengaja bertemu dengan Rayhan dan Athena ketika ia hendak pergi.

Flash back.

Hari sudah sore Zaira harus segera pulang apa lagi langit semakin petang sepertinya sebentar lagi akan hujan. Zaira bergegas menuju mobilnya namun ketika ingin membuka pintu mobilnya terdengar seseorang memanggilnya dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat Rayhan dengan Athena mendekati dirinya sambil menyerahkan undangan pernikahan.

"Datang, ya," ucapnya setelah Zaira menerima undangan tersebut.

Zaira masih termenung dan tatapannya tidak lepas dari Rayhan yang kini tengah menatapnya juga dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Iya, terima kasih. Kalo gitu aku duluan ya, Mau hujan. Assalamualaikum," Zaira segera memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hatinya sesak saat melihat Rayhan dengan mudahnya bersama wanita lain tanpa beban. "Mana janjimu, Han?" lirihnya.

Zaira menatap lekat undangan di tangannya lalu melemparkannya ke sembarang arah.

Flash on

Zaira beranjak dari tempatnya hal itu sontak membuat Viana yang kini tengah mendampinginya terlonjak kaget. "Mau kemana?"

"Salaman."

"Sanggup?" tanya Viana ragu-ragu.

Zaira mengangguk. "Kau kira aku cewek lemah."

Viana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Nggak gitu, maksudnya kamu--"

"Udah ayok," ucapnya lalu manarik tangan Viana menuju pelaminan.

Melihat kedatangan Zaira dan Viana Rayhan langsung berdiri dari duduknya. Entahlah ekspresi wajah serta tatapan matanya sulit di deskripsikan. ada apa dengan laki-laki ini?

"Selamat ya," ucap Zaira dengan senyuman tulusnya. Ya, Zaira telah mengikhlaskan Rayhan dengab Athena walau masih terasa sakit tapi ia telah ikhlas Rayhan bersama wanita lain doanya semoga ia bahagia dengan pilihannya.

Rayhan tidak segera menerima uluran tangan Zaira laki-laki itu masih fokus menatap mantannya hingga Athena menyenggolnya dengan raut wajahnya yang amat kesal.

"Ah, iya, Terimakasih, Ra."

"Selamat, ya, Athena," ucap Zaira.

"Iya, makasih. Kamu cepet nyusul, ya."

Zaira hanya mengangguk.

Meskipun ia sudah mengikhlaskan Rayhan tapi jujur dalam lubuk hati yang terdalam terbesit rasa tidak rela melihat Rayhan menikah seseorang dan tentunya bukan dirinya.

💮

Sepulang dari acara pernikahan Rayhan, Zaira tidak langsung pulang ia masih mengajak sahabatnya itu kesebuah danau dengan udara yang sejuk serta pemandangan alam yang indah membuat siapa saja yang melihatnya pasti ingin mengunjunginya kembali.

"Indah banget, Na."

Zaira mengangguk menyetujui ucapan sahabatnya itu. Tatapannya masih fokus kedepan.

"Ra, kamu nanti kalo nikah mau bulan madu kemana?" tanya Zaira.

Tak ada sahutan dari sang empu. Zaira memanggil sahabatnya itu lagi. "Na, kamu--" Zaira terkejut salah menoleh kesamping ternyata tidak ada orang.

Ia mengdengus kesal. "Vianaa!" teriaknya kesal.

Zaira berjalan menelusuri tempat mencari kemana sahabatnya itu menghilang, ia hanya takut jika Viana akan di bawa pulang Gondoruwo untuk di jadikan istrinya bisa gawat nanti.

Tanpa tujuan yang jelas Zaira berjalan tanpa arah mencari Viana hingga tanpa sadar dirinya menabrak seseorang.

Brukk

"Aduhh, Maaf-maaf gak sengaja," ucapnya penuh sesal. Ia merutuki kebodohannya sendiri, bisa-bisanya dia tidak memperhatikan jalan hingga menabrak orang begitu saja.

"Maafkan saya, Tuan." sesal Zaira. Tak ada jawaban dari pria tersebut.

"Positif aja, dia bisu." gumamnya dan masih bisa di dengar oleh pria di depannya.

"Saya dengar," ucapnya.

Zaira terlonjak kaget. "Ya ampun kenapa harus di denger sih." batinnya.

"Iya, iya. Maaf!"

"Makanya kalo jalan hati-hati," jawabnya dingin dengan ekspresi wajah datarnya.

"Kamu kok marah-marah, kan saya sudah minta maaf!"

"Harusnya kamu--"

"Saya permisi."

"Ehh...."

Zaira tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya bisa menatap kepergian laki-laki tadi dengan wajah kesal. "DASAR COWOK! SEMUA COWOK ITU SAMA AJA!" teriak Zaira yang sudah pasti bisa di dengar oleh laki-laki tadi.

"Ra?"

"Aaaa..." teriak Zaira.

"Apa sih, teriak-teriak mulu dari tadi!" omel Viana.

"Kenapa wajahmu merah gitu? mirip banget sama tomatnya kak Ros," ledek Viana.

"Diam! ini semua gara-gara kamu, coba aja kamu bilang kalo mau pergi pasti aku gak bakalan ketemu sama orang gila," ucap Zaira panjang lebar.

"Nafas dulu, Ra."

Dengan perasaan kesal dan jengkel Zaira pergi meninggalkan Viana yang masih planga-plongo di buatnya. "Allahuakbar, salah mulu aku." gumamnya.

Viana mengejar sahabatnya itu. "Ra, tunggu."

💮

"Kamu kenapa sih, Ra?" tanya Viana yang bisa merasakan keanehan sahabatnya itu.

Viana menghela nafasnya karena tak kunjung mendapat sahutan dari sang sahabat. "Kalo ada apa-apa cerita, kalo kamu diem gini kan aku jadi bingung," lanjutnya.

Kini giliran Zaira yang menghela nafasnya. Bingung harus menjawab apa, jujur saja moodnya hari jni benar-benar hancur apa lagi setelah bertemu dengan laki-laki aneh spek Alien bin orang gila tadi.

"Aku tadi ketemu cowok aneh." Zaira tak ingin ada rahasia di antara mereka akhirnya mencoba menceritakan semuanya kepada Viana toh sekalian bagi-bagi cerita biar gak sepi jatuhnya di dalam mobil ini.

Zaira menceritakan semuanya dari awal ia mencarinya hingga berakhir bertemu laki-laki tadi.

"Ohh, pantesan tadi langsung badmood," ucap Viana.

"Ya gimana gak badmood. Ketemu cowok batu mirip kulkas seribu pintu, bikin Tantrum aja."

Viana terkekeh geli. "Gimana kalo itu jodoh lo?" tanya Viana.

"Makin hari kamu makin ngawur ya, kebanyakan nonton Drakor kamu!"

Viana langsung tertawa membayangkan film-film drakor yang mirip seperti kisah sahabatnya tadi. Ya seperti pertemuan gak sengaja hingga berakhir saling jatuh cinta.

"Dahlah, stres aku." final Zaira kala melihat sahabatnya senyum-senyum gak jelas sendirian.

"Pengen ketemu pangeran berkuda putih."

"Kuda pink. Biar mirip My little pony," jawabannya asal.

Sajadah Cinta | On GoingWhere stories live. Discover now