09.Malam pertama jama'ah pertama

106 11 0
                                    

Zaira duduk di tepi ranjangnya dengan tatap yang masih mengarah keluar jendela. Jam menunjukkan pukul 19.00 Adzan isya sudah berkumandang beberapa menit yang lalu, acara baru selesai karena terlalu banyak tamu yang datang baik dari Irham maupun Zaira.

"Sholat isya dulu, yaa." ajak Irham.

"Kamu duluan aja, kamar mandi cuma satu."

Irham mengangguk lalu berjalan menuju kamar mandi yang berada di ujung kanan jalan.

Setelah hampir setengah jam akhirnya Irham keluar dengan rambut basahnya dan sarung serta baju kokoh berwarna putih membuatnya terkesan sangat menawan, Zaira menatap lekat pria yang kini bernotabe sebagai suaminya.

"Sekarang giliran kamu," ucap irham, namun tak ada respon apapun dari sang istri yang kini tengah fokus menatap dirinya.

"Ra?" panggil Irham seraya mengibaskan tangannya di depan wajah gadis itu.

"Zaira Asyifa Mukaromah," panggil Irham, sengaja dengan nama lengkapnya karena tau gadis itu tengah sibuk dengan lamunannya. Ntah apa yang sedang ia pikirkan.

"Masya Allah, gantengnya," ucapnya tanpa sadar.

"Saya? ganteng?"

Zaira yang tersadar dengan ucapannya segera memukul mulutnya sendiri, merutuki kesalahannya. Sungguh rasanya ia ingin menghilang saja dimuka bumi ini.

"Bukan!" Tegas Zaira dan langsung berlari menuju kamar mandi.

Irham benar-benar dibuat bingung, laki-laki itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Apa ada yang aneh pada dirinya? itulah yang kini tengah pria tampan itu pikirkan.

Irham berjalan menuju cermin besar milik sang istri lalu melihat pantulan dirinya di cermin. "Apa aku sejelek itu?" ucapnya dengan polos.

Tak ingin kalut dengan pikiran anehnya Irham segera membentangkan sajadah miliknya dan juga milik istrinya yang ia letakkan di sebelah kanannya. Irham duduk bersila seraya menunggu istrinya selesai dengan ritual mandinya, selama menunggu irham memuroja'ah hafalannya. Ya, Irham merupakan Tahfiz 30 juz berbeda dengan Zaira yang hanya juz 30. Yang baca udah berapa?

Tak lama akhirnya Zaira keluar dari kamar mandi ia juga sudah siap dengan balutan mukenah yang diberikan Irham sebagai seserahan. "Dia ngapain?" tanya Zaira dalam hati.

Zaira mengintip, terlihat Irham tengah membaca sesuatu dengan tasbih di tangannya.

Zaira mengerucutkan bibirnya seraya berucap. "Iri aku sama itu tasbih. Bisa-bisanya dia selalu berada di genggaman suami aku," ucapnya tanpa sadar.

"Ehh, Astaghfirullah. Apa aku sudah bisa menerimanya?" tanyanya pada diri sendiri.

Zaira menggeleng-gelengkan kepalanya menyadarkan dirinya.

"Eee... Aku manggil apa ya?" tanyanya seraya meremas-remas jemarinya, sungguh ia bingung harus memanggilnya apa? perlahan Zaira harus bisa mencintai suaminya dan harus bisa jadi harus punya nama khusus dong tapi apa?

Tak ingin ambil pusing Zaira segera ambil langkah simpel. "Mas, ayok sholat," ajak Zaira.

Irham yang tersadar segera menoleh dan melihat Zaira sudah siap dengan mukenahnya. Irham segera memperbaiki posisinya lalu melanjutkannya dengan takbir dan di ikuti oleh Zaira.

"Allahuakbar."

"Allahuakbar."

Sederhana namun indah, tidak semua bisa merasakannya.

Allah tau yang terbaik untuk hambanya, jangan khawatir akan lukamu di masa lalu selama kau mampu membuka hatimu untuk orang baru maka Allah akan memudahkan jalan kita untuk semua luka.

Semenjak ucapan sakral yang di ucapkan oleh Irham Zaira sadar posisinya, kini ia harus bisa mencintai suaminya karena baginya mengingat atau mencintai orang yang bukan di takdirkan untuk kita sama saja menabur garam di atas luka. Namun pertanyaannya mampukah dirinya?

"Assalamualaikum warahmatullah."

"Assalamualaikum warahmatullah."

Selesai salam Zaira mendekat lalu mengulurkan tangannya. Irham yang melihat itu hanya termenung dengan wajah penuh tanda tanya.

"Saya belum ada uang Cash," ucap irham dengan polosnya. Maklum belum pernah nyentuh cewek.

"Kok uang?"

"Kamu minta uangkan?"

"Salim."

"...."

"Biar kaya di novel-novel itu. Pas sholat sama suaminya nanti cium tangannya," jelas Zaira.

Irham manggut-manggut lalu memberikan tangannya untuk di ciumnya oleh sang istri.

"Mas kok tangannya dingin banget?" tanya Zaira. Mendengar pertanyaan aneh dari istrinya Irham segera menarik tangannya.

"Gakpapa, dingin aja."

Zaira mengangguk paham lalu beranjak dari duduknya. "Yaudah Zaira matiin dulu aja AC-nya," ucapnya.

Irham menghela nafasnya lega setelah melihat kepergian Zaira. Sebenarnya ia gugup untuk pertama kalinya berduaan dengan wanita yang tidak punya hubungan darah dengannya itu sebabnya kenapa tangannya dingin.

"Udah, mas."

"Kita doa dulu, yah."

"iya."

Laki-laki tampan itu kini tengah melantunkan doa-doanya dengan khusyuk dan dengan bahasa arab pastinya. "Apaan, kenapa dia jadi pake bahasa arab? kan aku jadi gak tau artinya." omel Zaira dalam hati.

Didalam doa Irham terdapat banyak sekali tanda syukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan kepadanya termasuk wanita cantik yang kini tengah menjadi makmumnya hingga tanpa sadar bersamaan dengan lantunan doa yang ia panjatkan berlinanglah air mata laki-laki itu.

Begitu agung dan indahnya cinta dalam islam hingga tak ada satupun yang mampu mengotorinya namun tak sedikit dari mereka yang memercikkan genangan air kepada cinta dan dengan gampangnya mereka mengatas namakan cinta karena Allah.

"Lama banget sih." Zaira sudah mendumel sendiri melihat doa Irham yang gak kelar-kelar.

"Astaghfirullah, sampe ngantuk lohh ini," gumamnya.

Terlalu menunggu Akhirnya Zaira memilih menyanderkan kepalanya di sisi ranjangnya, niatnya menunggu sang suami hingga selesai berdoa namun siapa sangka virus ngantuknya segera menguasai dirinya dan akhirnya ia tertidur dengan posisi tertidur sambil duduk.

Cukup lama berdoa akhirnya Irham selesai dengan semua doanya, ia sampai lupa bahwa dirinya punya makmum. Irham menoleh kebelakang untuk melihat keadaan sang istri.

"Astaghfirullah."

Bagaimana bisa istrinya nyander saja tertidur? mungkin ia kecapekan. Irham menyunggingkan senyumnya melihat betapa cantiknya istrinya saat sedang tertidur, terlihat lebih tenang dan damai tidak seperti saat awal pertemuan mereka. Benar-benar mirip reog.

Laki-laki itu. Irham, mengangkat tubuh mungil itu untuk di bawanya ke ranjang mereka lalu meletakkannya dengan pelan agar tidak membangunkannya.

"Untuk malam ini kamu aman, Sayang." Irham tersenyum geli saat tersadar apa yang baru saja ia katakan, Sayang? astaghfirullah ia benar-benar di buat hampir gila oleh istrinya ini.

*

*

Sajadah Cinta | On GoingWhere stories live. Discover now