Prolog

2.9K 170 5
                                    

"Kami mohon maaf. Dikarenakan benturan keras, menyebabkan pasien mengalami luka dalam yang cukup berat, pasien tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Kami selaku dokter serta rumah sakit sudah melakukan yang terbaik terhadap pasien. Tetapi semuanya sudah diatur dan semoga anda selaku anak diberi ketabahan oleh Yang Maha Kuasa.

Ini sudah memasuki tahun ke-lima semenjak kedua orang tuaku pergi meninggalkanku untuk selama lamanya. Aku selalu begini, terpuruk dalam ingatan masa lalu yang kelam dan menyeramkan ini. Aku benar benar merasakan yang namanya perubahan dalam hidupku. Bukan berubah ke hal yang lebih baik, namun sebaliknya.

Ketika aku tinggal sendiri, datanglah paman serta bibiku. Mereka mengaku akan mengurusku hingga aku dewasa. Hingga aku menemukan pasangan hidup yang bisa menjagaku. Aku yang anak kecil waktu itu, hanya bisa mengangguk. Merasa senang karena masih ada keluarga yang mau merawatku.

Tapi bagaimana sekarang? Ternyata mereka memiliki niat yang buruk dibelakang itu semua. Segala harta warisan kedua orang tuaku jatuh ke tangan mereka. Membuangku seperti sampah dan aku berakhir di panti asuhan.

Miris!

Menyedihkan!

Siapa yang menyangka jika hidupku akan seperti ini? Aku yang menjalaninya pun tidak tau.

"Kami hanya sebentar sayang. Nanti kalau pekerjaan ayahmu sudah selesai, kami akan flight secepatnya."

Sebenarnya waktu itu aku punya firasat yang buruk terhadap orang tuaku. Bukannya apa, tapi mereka sudah sering melakukan penerbangan dan perasaanku tak pernah segelisah waktu itu. Aku merengek ingin ikut saja bersama mereka.

Tapi mereka menolak, dengan alasan sekolah yang tidak boleh aku tinggalkan. Karena empat hari di sana akan sangat berpengaruh terhadap pembelajaran ku, kata mereka.

Dengan berat hati, aku pun menyetujuinya. Dengan syarat, mereka harus terus mengabariku tentang keadaan mereka di sana. Dan ayah serta ibu menyanggupinya. Berangsur angsur kegelisahan ku mulai mereda.

"Dikabarkan telah terjadi kecelakaan beruntun di jalan bypass yang memakan korban jiwa..."

Aku yang sedang bosan di rumah memutuskan untuk menyalakan televisi ku. Berharap bisa mengusir rasa jenuhku. Namun berita yang ku lihat membuatku berteriak histeris. Apalagi para reporter menyebutkan inisial dari korban yang meninggal dunia di sana. Itu adalah nama ibu dan ayahku.

Badanku seketika lemas. Aku tak tau harus berbuat apa saat itu. Hendak menyusul pun aku tidak tau di mana tempat itu berada. Aku merasakan kepala ku yang pusing serta mataku yang berkurang kunang. Setelah itu aku terjatuh pingsan.

"Christy, ayo bangun sayang. Ini sudah pagi loh." Suara ini?

Aku mulai mengerjapkan kedua mataku. Menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke dalam kamarku. Aku melihat seorang wanita paruh baya yang sedang menatapku dengan senyumannya. Menggunakan baju kaos serta celana selutut.

"Mami," erangku lalu meregangkan tubuhku.

Perkenalkan, beliau adalah mami Aya. Ibu yang merawat ku selama ini di panti asuhan. Beliau sangat baik dan juga penyayang. Ia menyebarkan kasih sayangnya ke seluruh anak yang ada di sini. Tak ada istilah 'pilih kasih' atau 'anak emas'.

Aku melihat mami yang berjalan keluar, mengambil sesuatu yang terbungkus dengan plastik hitam. Lalu diserahkannya padaku. "Ini apa?" tanyaku tapi tetap menerimanya. Ku buka dengan perlahan plastik itu. Isinya membuatku memekik terkejut sekaligus senang.

Di dalam sana terdapat beberapa baju sekolah serta alat tulis yang lengkap. Senyum mami semakin terpatri di wajahnya. Ku peluk dia seraya mengucapkan terimakasih.

"Hari ini pokoknya mami antarkan kamu ke sekolah barumu. Jadilah anak yang baik dan rajin di sekolah ya." Aku hanya mengangguk patuh. Tak ku sangka keinginanku selama ini dikabulkan hari ini.

"Jangan buat mami menyesal karena telah menyekolahkan mu. Lakukan apapun yang kamu mau, asalkan itu masih positif dan bermanfaat buat kamu."

Setelah itu, aku diminta untuk segera mandi. Karena hari ini aku akan datang ke sekolah baruku. Setelah lima tahun berhenti, akhirnya aku memulai lagi dari awal. Memulainya dengan orang baru yang sama baiknya dengan orang lama.

Tapi memang, mami orangnya sedikit tegas dan juga galak. Tak segan memarahi kami yang berbuat salah dan tak gengsi untuk memuji kami jika melakukan sebuah hal yang baik. Aku suka akan sifat mamiku ini.

Sekarang aku sudah berada di dalam mobilnya. Tadi sebelum masuk, mami memberikanku sebuah tas dengan gambar ikan. Aku memasukkan semua buku serta alat tulis ke dalamnya. Lalu mobil melaju secara perlahan menuju sekolah.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CHRISTY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang