Bab 6 - Betina Rese (Sultan-Yuki)

192 51 25
                                    

Betina Rese (Sultan & Yuki) Bab 6

Yuki senyum-senyum seraya menatap cermin di kamar Sultan. Saat ini, Sultan tengah mengepang rambutnya. Padahal tadi Yuki sudah rapi dengan rambut dicepol, siap berangkat menemani Sultan, tetapi kata Sultan penampilannya jelek, jadi Sultan pun menjalin rambut Yuki menjadi satu kepangan besar.

Sultan menepuk pelan kedua bahu Yuki. "Selesai. Ayo jalan."

Setelah berpamitan kepada ibu Sultan, keduanya berangkat ke acara reuni menaiki mobil Sultan.

Di acara reuni, Sultan masih bersikap seperti dulu, memperkenalkan Yuki sebagai adik laki-laki itu, membuat harapan Yuki patah. Padahal Sultan sudah menciumnya dua kali. Sultan juga meninggalkan Yuki sendirian untuk mengobrol dengan teman-temannya.

Namun, meski demikian, Yuki lega karena Reana ternyata sudah menikah. Lumayan, saingannya berkurang satu, pikirnya.

Pandangan Yuki berkeliling area restoran milik salah satu teman Sultan ini. Melepaskan jaket dan menyampirkannya di lengan, Yuki kemudian berjalan ke meja prasmanan untuk mengambil camilan-camilan yang disukainya.

"Kamu adik Sultan, kan?" Seorang laki-laki menyapa Yuki yang akan duduk di sebuah kursi di taman berumput yang setiap pohonnya dihiasi lampu-lampu berwarna keemasan.

"Hem, lebih tepatnya tetangga sebelah rumah Bang Sultan," jawab Yuki dengan senyum.

"Boleh minta nomor hape? Siapa tau kita bisa lebih dekat. Sebagai teman maksudku. O ya, kenalin namaku Steven."

Yuki menyambut uluran tangan Steven sekilas. Yuki ingin menolak, tetapi jika dipikir lagi, tidak ada salahnya ia memberikan nomor ponselnya, kan? Hanya teman.

Baru Yuki akan menjawab, tiba-tiba sebuah tangan merangkul bahunya.

"Nggak boleh ada yang godain adik gue. Hola, Stev, lama nggak ketemu, lagi jomblo sekarang? Terakhir pacar lo ada 3, kan?"

"Apa sih, Tan, 3 dari mana," Steven terkekeh, canggung. Kemudian laki-laki tampan berkemeja hitam itu berdiri. "Gue cari minum dulu, haus. Sampai nanti, Yuki." Steven mengedipkan matanya sebelum berlalu.

"Sultan dari mana aja sih?"

"Maaf, tadi ketemu temen lama. Pas sadar, kamu udah nggak ada di deket aku."

"Iya, nggak apa-apa."

"Jangan mau dikadalin sama Steven. Playboy dia tuh."

"Ya kan cuma temenan." Yuki tersenyum. "Sultan cemburu?"

"Nggaklah." Sultan mencomot piza mini dari piring Yuki kemudian melahapnya. "Enak."

"Mau aku ambilin lagi?"

"Boleh. Yang asin-asin aja."

"Oke." Saat Yuki berdiri, tiba-tiba Sultan menariknya untuk duduk lagi membuat gadis itu menjerit kecil.

"Aduh, Sultan, kenapa sih?"

"Kamu pakai kemeja apa sih aneh banget!"

Yuki mengerjap menatap Sultan, lalu pakaiannya sendiri: blouse bermotif daun warna biru gelap. "Kenapa? Baju aku nggak aneh."

Sultan mengambil jaket Yuki dari sandaran kursi lantas memakaikannya ke tubuh Yuki yang kontan memberontak. "Aduh, Sultan, gerah tau," protes Yuki.

Sultan berdecak. "Kamu beli kemeja di mana, sih? Kenapa belahan di samping kanan dan kirinya tinggi banget sampai pinggang kamu kelihatan?"

Yuki mengerjap. "Eh? Masa, sih?" Ia meraba pinggangnya. Benar, ternyata ia bisa menyentuh kulit pinggangnya. Tadi ia buru-buru memakai jaket dan langsung ke rumah Sultan karena takut terlambat hingga tidak sempat mengamati kemejanya. Di kamar Sultan dingin jadi ia tidak melepas jaketnya, begitu juga di mobil. Makanya Yuki tidak sadar. "Ini baju baru dibeliin sama Bibi Haruka. Aku nggak tau kalau modelnya kayak gini."

Sultan sudah selesai memakaikan jaket pada Yuki. "Pantas saja kamu jadi incaran banyak laki-laki di sini."

Wajah Yuki merah padam. Ia malu. Ia benar-benar tidak tahu. Ia merasa jijik kepada dirinya sendiri sebab tidak sengaja memperlihatkan bagian tubuhnya kepada banyak orang. Padahal ia ingin hanya Sultanlah yang kelak menikmati pemandangan tubuh polosnya.

"Kamu... kenapa? Kok nangis?"

"Aku kesel. Soalnya aku cuma pengen kamu doang yang lihat tubuh aku nantinya."

Ucapan Yuki membuat Sultan terdiam. Benar-benar terdiam, hanya matanya menatap gadis yang masih menangis di hadapannya dengan lekat.

***

Yuki masih saja menangis padahal mereka sudah sampai rumah. Lebih tepatnya Sultan mengantar Yuki sampai rumahnya. Namun ternyata Bibi Haruka belum pulang, jadi Sultan menunggu di ruang santai menemani Yuki.

"Masih nangis aja sih. Kan kamu juga nggak tau kalau bajunya kayak gitu."

Yuki diam saja.

Sultan mengembuskan napas. Dia berdiri kemudian mengambil segelas air dingin dari dispenser dan memberikannya kepada Yuki. "Minum dulu."

"Makasih." Setelah menghabiskan segelas air, Yuki sedikit lega.

Sultan mengusap kepala Yuki dengan lembut. "Lain kali cek lagi baju kamu sebelum keluar rumah."

Yuki mengangguk. "Sultan... marah karena pinggang aku kelihatan laki-laki lain?"

Sultan mengangkat kedua alisnya. "Nggak." Ia memang tidak marah, hanya ia kesal kepada para lelaki yang matanya jelalatan memindai tubuh Yuki yang memang seksi dan juga wajah cantiknya yang mulus.

"Bener nggak marah?"

"Iya." Sultan membuka kacamata Yuki, mengusap sisà-sisa air mata gadis itu, kemudian wajahnya perlahan mendekat untuk mencium bibir Yuki.

Setelah tautan terlepas, keduanya saling bertatapan, dan Sultan kembali memiringkan wajahnya untuk mencium bibir manis gadis tetangganya itu.

***

Masih menanti Yuki & Sultan? 😆😆😆😍😍😍😍

Salam hangat,
Emerald, Sabtu, 20 April 2024, 20.05 wib.

Tetanggaku BETINA Rese by EmeraldWhere stories live. Discover now