29. Talk To Talk

505 59 11
                                    

Jihoon tidak bisa tidur. Bahkan ketika malam tiba dan ketika kedua matanya telah lelah sampai berwarna kemerahan, ia tetap tak bisa memejamkan mata dan terlelap. Seharian ia mengunci diri di kamar, sejak sore ia sudah mencoba untuk tidur dan istirahatkan pikirannya yang terus berlarian menciptakan berbagai macam kemungkinan dan bayangan tak pasti, dari menghitung domba, menyanyikan lagu pengantar tidur sambil mengusap perutnya, sampai membacakan sepuluh dongeng yang ia cari dari internet, dan tidak satu pun berhasil membantunya untuk tidur.

Untuk seluruh rasa lelahnya malam ini ia akan menyalahkan Yoshi beserta benih yang dia tinggalkan dan tumbuh di perutnya sekarang karena sejak kehamilannya tak sehari pun Jihoon bisa tidur nyenyak sendirian tanpa Yoshi di sampingnya. Beginilah, ia jadi tidak bisa marah dan mendiamkan Yoshi terlalu lama.

Jihoon beranjak, mengambil jaketnya dan membawa tungkainya meninggalkan kamarnya yang hangat menuju kamar Yoshi yang dingin bagai kutub. Tapi saat ia masuk, Yoshi tidak ada di kamarnya. Biasanya Yoshi sudah berada di kamarnya di jam seperti ini, entah sudah tidur atau belum, dan akan langsung menyambut kedatangan Jihoon jika dia belum tidur. Hal ini buat Jihoon merasa sedikit khawatir, juga sedikit takut, apalagi sejak sing tadi ia tak katakan apa pun dan langsung meninggalkan Yoshi begitu saja.

Segera saja Jihoon meninggalkan kamar Yoshi dan beranjak turun untuk mencari di mana soulmate-nya berada. Rupanya tak sulit, karena bahkan sebelum ia selesai menuruni tangga, Jihoon sudah dapat melihat lampu dapur yang menyala terang dan Yoshi yang tertidur di meja makan dengan sebuah botol dan gelas kosong di sampingnya.

Jihoon berjalan pelan tak ingin timbulkan suara ribut. Dari kejauhan Jihoon merengut sedih, mengira Yoshi telah minum-minum sendirian karena stress menghadapi tingkah Jihoon yang dari kemarin ada saja yang membuatnya mendiamkan Yoshi seharian, tapi begitu mendekat, seluruh simpatinya lenyap saat sadar bahwa botol dan gelas itu bukanlan berisi minuman beralkohol melainkan susu.

"Om...," tangannya menepuk pelan punggung Yoshi, lalu bertambah keras dan cepat sampai hampir saja Jihoon memukul Yoshi jika saja pria itu tak kunjung bangun, tapi untungnya Yoshi akhirnya bangun. Matanya mengerjap dan menyipit saat menatap Jihoon.

"Om kok tidur di sini sih."

"Huh? Uh, saya gak tidur," ucapnya berkilah, terdengar serak dan lesu, jelas perlihatkan sudah berapa lama pria itu tertidur sambil duduk di sini.

"Aku kira tadi Om minum-minum di sini sampe mabuk terus pingsan," celetuk Jihoon, buat Yoshi akhirnya sadar dari kantuknya dan sedikit terkekeh.

Yoshi menggeleng. "Saya gak suka alkohol, gak sehat juga," jawabnya. "Kamu belum tidur? Kenapa ke sini," lanjutnya lagi bertanya.

Jihoon tak langsung menjawab, tangannya menyingkirkan tangan Yoshi dari atas meja, lalu mendorong Yoshi untuk bersandar pada sandaran kursi, kemudian Jihoon duduk di paha Yoshi dan bersandar pada Yoshi, kemudian menjawab, "Gak bisa tidur, anak Om gak mau tidur."

Yoshi terkekeh, kedua tangannya memeluk pinggang Jihoon dan jemarinya mengusap pelan perut Jihoon yang mulai membuncit. "Benarkah? Hm, dia aja gak dukung kamu marah sama saya terlalu lama."

Jihoon berdecak, ia sedikit memutar duduknya agar bisa melihat langsung wajah Yoshi yang sebenarnya masih membuatnya kesal. "Aku kalau liat muka Om, rasanya pengen mukul, makanya aku ngurung diri di kamar aja daripada aku beneran mukul Om."

"Kenapa? Saya ada salah? Tapi kalau dengan gitu bisa bikin kamu lega, gak apa-apa, kamu bisa pukul saya buat—"

Bugh!

Yoshi diam menggigit bibir begitu Jihoon benar-benar memukulnya di lengan dengan keras. Tangan kanannya mengusap lengan kirinya yang nyeri akibat dipukul. Ia lupa, sepenuhnya lupa bahwa Jihoon masihlah seorang laki-laki walau omega, juga seorang yang pernah menjalani pelatihan yang tentu membuatnya mahir dalam memukul.

Alpha Bride [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang