18

1.3K 184 8
                                    

Hai readers tersayangku...
Part terakhir, partnya Reynold ya.
Hari ini, aku akan post semua part sampai lengkap lalu besok pagi aku akan tarik semua part dan hanya akan menyisakan 3 part saja.

Selamat membaca...


Masih mual? ”

Luna menggeleng dan menekan tombol 𝘧𝘭𝘶𝘴𝘩 di 𝘵𝘰𝘪𝘭𝘦𝘵. Aku membantunya berdiri dan menuntunnya ke wastafel. Dia berkumur sementara aku hanya memeluknya sambil mengusap perutnya dengan lembut. Dia menatapku melalui kaca wastafel dan tersenyum dengan wajah pucatnya.

“Kenapa memasang wajah seperti itu? ”

“Aku bahagia karena kau hamil. Tapi melihatmu setiap pagi seperti ini membuatku sedih. ”

Luna berbalik dan memelukku. Dia menyurukkan kepalanya di lengan atasku dan mengendus tubuhku dengan rakus.

“Aku punya penawarnya, Rey. Mencium aroma tubuhmu membuat mual ku berkurang. ”

Aku memeluknya dan membiarkan dia memuaskan diri menghirup aroma tubuhku.

“Kamu ada 𝘮𝘦𝘦𝘵𝘪𝘯𝘨 dengan kontraktor kan? ”

“Hm.”

“Mau sarapan apa?”

“Bumbu pecelnya masih ada? ”

“Masih.”

“Itu saja. ”

Luna menjauh dan mendongak menatapku. Aura ibu hamilnya selalu membuat hatiku menghangat.

“Nanti makan siang di rumah ibu ya, Rey? ”

“Oke. Tunggu aku, kita berangkat sama-sama. ”

“Hm.”

Aku menggendongnya ala koala dan terkekeh saat dia mengendus ceruk leherku.

“Aku suka. Wangi. ”

Kuelus punggungnya sebelum mendudukkannya di ranjang.

“Mau di sini atau ikut saja? ”

“Disini saja. ”

“Oke. Aku bersiap dulu ya, 𝘔𝘰𝘰𝘯. ”

Dia mengangguk dan langsung memeluk kaus yang kupakai untuk tidur semalam. Luna hamil dan usia kandungannya baru 5 minggu. Sejak dia mengatakan keinginannya untuk hamil, kami benar-benar tidak melakukan tindakan pencegahan kehamilan lagi setiap kali bercinta. Dia sempat down karena 4 bulan pertama dia masih mendapatkan menstruasi. Baru pada bulan kelima usaha kami membuahkan hasil.

Ibu sempat menegurku karena mengulangi kejadian saat kami pacaran dulu tapi akhirnya mau mengerti saat mendengar langsung alasan Luna. Mama Anggun tidak berkomentar apa-apa tapi dia langsung mengubah konsep pernikahan kami sesuai kondisi Luna karena kalau pernikahan kami tetap dilaksanakan sesuai tanggal yang sudah ditetapkan, maka saat itu usia kehamilan Luna akan memasuki bulan ke 8.

Kehamilan Luna membuatku bahagia tapi melihat bagaimana tersiksanya dia saat mengalami 𝘮𝘰𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘤𝘬𝘯𝘦𝘴𝘴 membuatku kasihan padanya. Sejak awal kehamilan, hampir setiap bangun tidur dia muntah-muntah. Beruntung nafsu makannya baik sehingga dokter kandungan yang menanganinya mengatakan kalau tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Luna jadi suka menghirup aroma tubuhku untuk pereda mualnya. Hal itu yang kadang membuatku tersiksa karena harus ekstra menahan diri. Berdekatan dengannya selalu memancing gairah ku dan aku pernah membaca kalau di trimester pertama kehamilan adalah waktu rawan untuk perkembangan janin.

Luna pernah keguguran dulu karena perbuatan mama. Jadi kali ini aku ingin memastikan kalau calon bayi kami akan selalu baik-baik saja. Meski dokter mengatakan janin dalam kandungan Luna sehat, kami sepakat untuk tidak bercinta sampai nanti usia kandungan Luna 4 bulan. Luna juga memiliki kecemasan yang sama karena peristiwa kegugurannya itu. Dia akhirnya memilih pindah ke apartemen bersamaku karena 𝘮𝘰𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘤𝘬𝘯𝘦𝘴𝘴 yang dia alami hanya reda saat bersamamu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BACK TO YOUWhere stories live. Discover now