PART 04 ~ Menolak

17 11 0
                                    

     Ketika salah satu panitia datang. Tanpa perintah, mereka segera berbaris sesuai kehendak. Panitia mengarahkan para finalis akan berolahraga jogging ke sebuah taman. Namun, jaraknya cukup jauh dari hotel.

     Tengah perjalanan di bawah terik matahari. Keringat mulai bercucuran. Keningnya mengerut saat akan menatap sang surya. Ketika sampai di  taman, panitia memerintahkan untuk beristirahat di tempat sesuai keinginan masing-masing. Rasta dan Senya pun segera mencari tempat yang pas bin mantap. Setelah beberapa lama mengelilingi taman, barulah ketemu sebuah lesehan yang berada di bawah pohon. Tentu tempat itu naung sekali. Tenggorokan Rasta yang terasa kering, ia pun menenggak air minumnya yang memang ia bawa dari hotel. Sensasi tenggorokan pun menjadi stabil kembali.

     “Ras, ayo kita ke cafe!  Di sini panas sekali” ajak Senya.

     “lo aja, gue nggak biasa nongkrong di cafe”
Sebenarnya Rasta ingin sekali, tapi dia harus menghemat uang sakunya karena tersisa sedikit apalagi proses karantina masih lama.

     “ya udah, gue kesana dulu”

     “oke”

***

     Ketika Nhat sedang berkeliling taman sambil mencari tempat yang cocok untuk beristirahat. Dari kejauhan terlihatlah pohon besar, ia pikir itu tempat yang sejuk. Ketika sampai di sana, ternyata Rasta berada di tempat yang sama. Melihat perempuan itu lagi Nhat tambah kesal lagi. Mengingat perintah ayahnya tadi malam. Sepertinya kali ini adalah moment yang  tepat. Apalagi tempat ini sangat jauh dari ngumpulnya finalis lain. Dengan percaya diri, ia menghampiri perempuan itu.

     “Rasta gue  minta maaf soal kemarin. Gue ngaku, gue salah. Apa yang gue lakuin sama lo” Nhat menjulurkan tangannya.

     “Rasta!” nada makin tinggi.

     “oh. Kamu bicara sama aku ya?” tanya Rasta. Ia memang sengaja pura-pura tidak mendengar.

     “iyalah. Siapa lagi? Gue minta maaf” tangan Nhat makin meninggi. Rasta sebenarnya sangat mengerti. Kok bisa Nhat tiba-tiba baik? Ini tentu karena ayahnya yang memerintahkan untuk minta maaf pada tad malam. Ooo, pantesan.

     “oh, iya. Aku sekarang sakit perut. Permisi ya, aku mau pergi ke WC” Rasta pergi menjauh tanpa memberikan jawaban yang sesuai.

     “dasar cewek kampungan. Anj*ng!” umpat Nhat kesal. Sambil menendang botol bekas di bawahnya.

     Saat Senya memasuki kafe itu, di sana sudah didapati suasana yang sangat ramai. Wajar saja. Karena para finalis kebanyakan istiirhat di kafe ini apalagi sekitar sini, Cuma kafe ini yang paling menarik.

     Setiap kursi solo sudah penuh. Di cari-cari lagi, nah di situ ada satu meja dengan dua kursi hanya itulah yang kosong. Namun, ada salah seorang yang menempati tapi sendirian. Mengurungkan niatnya lebih memilih tempat lain saja. Siapa tahu kursi sebelahnya sudah dipesan oleh orang lain. Berdiri membeku di tengah keramaian. Bola mata memutar sana-sini mencari tempat kosong. Semuanya sudah dipenuhi. Ia pun memutuskan untuk keluar, saat hendak membalikkan badan. Orang yang duduk sendirian itu melambaikan tangan sebagai kode untuk duduk dengannya. Terlihat  memakai kostum yang sama mugkin itu juga merupakan finalis NEXT TOP MODEL.  Begitu berada di dekatnya. Benar saja, itu finalis perwakilan dari jawa tengah. Senya kenal dengan namanya karena orang itu sering bersama Nhat. Yang tak lain adalah renjun.

Tanpa judul [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang