Prolog

1.2K 152 0
                                    

"JINAN DWI ATMAJA!"

Bruk!

"Sialan! Dasar nenek lampir!"

Tawa seketika terdengar nyaring dari seorang pemuda yang sedang menyandarkan tubuhnya pada pohon mangga, mereka berhasil melompati tembok belakang sekolah namun tampaknya nasib sial menghampiri Jinan Dwi Atmaja si pembuat ulah yang kepergok guru konseling kesayangan mereka, membuatnya mendarat tak sempurna.

"Nyium lantai bos?"

Jinan melirik julid, matanya mendelik sebal pada sahabatnya Arjuna Abimana, yang tak membantunya sama sekali.

"Bacot lo setan!"

Juna berjongkok merengkuh tubuh yang lebih kecil darinya, tubuh Jinan itu kecil, giginya pakai behel dan wajahnya benar-benar julid definisi bocil kematian sesungguhnya.

"Jangan peluk peluk anjing, geli!"

Ya dan Jinan paling anti dengan pelukan apalagi dari sesama laki-laki karena menurutnya geli.

"Sensi banget lo!" Sungut Juna yang merasa kesal karena sudah di tolong dia malah di dorong.

"Bacot-"

"Udah ayo buruan nanti keburu tutup!"

Lagi-lagi Jinan melirik julid kearah sahabatnya, kebiasaan Juna yang paling ia benci adalah meraup bibirnya tanpa permisi lihatlah tangan kekar itu kini masih mencomot bibir Jinan yang maju beberapa centi.

"Juna anjing!"








********






"

Masih ada gak?"

Kondisi toko sangatlah ramai, membuat mereka sedikit berdesak-desakan, hari ini mereka berburu komik keluaran terbaru, sebenarnya bukan mereka tapi Jinan yang minta ditemani Arjuna.

Keduanya kini tengah berada dilantai dua, Jinan terus melihat-lihat di rak paling tinggi membuat kakinya berjinjit karena tak sampai.

Tumpukan komik memang dekat dengan tumpukan novel dan tangan Jinan yang mengambil acak malah beberapa kali memegang buku novel membuat pemuda itu berdecak sebal.

"Ih najis!"

Sampai satu novel membuat Jinan refleks berteriak, bagaimana tidak? Sampulnya memperlihatkan dua laki-laki yang sedang berciuman.

"Homo anjing!"

Juna mengambil novel yang dilemparkan oleh Jinan "Rusak Ji, lo bener bener ya!"

Jinan tak menanggapi pemuda itu malah bergidik ngeri "Lagian Tuhan itu menciptakan manusia berpasang-pasangan bukan malah disuruh adu pedang!"

Juna menyimpan novel tadi pada tempatnya "Gak semua manusia lurus Ji, ada juga yang menyimpang"

"Melanggar aturan norma!" Kesal Jinan yang pada akhirnya malah memperdebatkan hal itu kembali.

Juna yang mendengarnya sedikit tersentil, pemuda itu memandang wajah Jinan dari samping, helaan nafas berat terdengar.

"Ini alasan kenapa gue gak pernah bisa jujur sama lo tentang perasaan gue Ji, gue suka sama lo!"

"Lo diajak ngomong malah ngelamun anjir!"

Juna mengerjap, wajah mengomel Jinan kini terpampang didepannya, jika saja Jinan bukan homophobic mungkin Juna sudah meraup bibir yang tengah menggerutu itu.

"Lo kenapa liatin gue gitu banget?"

Juna menggeleng samar, pemuda itu memalingkan wajahnya.

Keadaan hening melanda, hingga suara sirine membuat mereka terkejut, banyak orang yang memang semula berdesakan kini berhamburan mencari jalan keluar, asap tebal mulai menyelimuti mereka.

"JUNA KEBAKARAN!"

Arjuna dengan panik merengkuh tubuh Jinan, membawa tubuh yang lebih kecil darinya untuk keluar dari toko ini namun kerumunan orang membuat mereka terhuyung kesana-kemari.

Pegangan Juna terlepas, tubuh Jinan yang memang lebih kecil langsung terombang-ambing kesana-kemari.

"JUNA!"

Jinan berteriak panik, tubuhnya terjatuh dan langsung terinjak oleh banyak orang, asap tebal semakin memenuhi ruangan membuat pasokan oksigen semakin menipis, Jinan diserang panik.

Hingga seseorang berjongkok didepannya, pandangan Jinan memburam ia tak tahu dia siapa namun tangan Jinan dengan segera menyambut uluran tangan orang asing itu.

Tak ada lagi yang Jinan ingat karena setelahnya semua menjadi gelap total.

"JINAN!"

Suara Juna yang terakhir kali dia dengar.











************

Tbc

I'M JI(HOON) || TRANSMIGRASI Where stories live. Discover now