Once upon a time

202 14 0
                                    

Now playing: Taylor Swift - Fortnight (Feat. Post Malone)

* * *

Persetan dengan impian, gadis itu hanya ingin tenang. Tampak dari langkahnya yang menuruni anak tangga sebuah bus, tampak dari sorotnya yang gembira menemukan rindangnya pepohonan desa.

Namanya Rei Senju. Baru saja tiba setelah melakukan perjalanan dari kota. Wajahnya yang nyaris kecil itu menengok ke sana ke mari, mencari seberapa banyak perbedaan yang ditimbulkan oleh tempat yang pernah menjadi saksi akan pertumbuhannya di masa remaja.

To: Kak Giselle
Aku sudah sampai, beritahukan ayah.

Rei lalu menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku celana jeans pendek yang dikenakan usai mengirim pesan singkat pada kakaknya. Gadis tersebut lantas menyeret koper berwarna silver miliknya, meninggalkan halte bus tadi guna menuju sebuah bangunan kecil yang bersih.

Pada bangunan itu tertulis, Balai Desa Han.

"Selamat datang kembali, Rei!" Riang seorang nenek yang muncul dari balik pintu kayu, membuat senyuman Rei melebar dalam langkah santainya. "Di kota terlalu sesak ya, Rei?"

"Nenek Wang!" Ceria Rei memeluk Nenek Wang. "Hehe, gak juga kok! Aku di sini kan cuma buat liburan, nek. Mau recovery sedikit. Nanti harus balik lagi, kerja lagi di kota."

"Kamu—masih sama. Badan kecil, tapi mandirinya sangat tinggi. Ayah kamu sekarang tugas di mana?"

Rei lalu duduk di atas sebuah kursi kayu yang berderit ketika bergesekan dengan lantai. "Di kota tempatku kok. Tahun depan dia sudah pensiun."

"Gie bagaimana?"

"Kak Giselle masih kerja juga, sekantor dengan suaminya. Oh iya nek, rumah sewa yang aku bilang ditelepon, apa jauh dari sini?"

"Gak, kok! Itu di sana," nenek menujuk sebuah rumah kecil yang nyaris tertutup wujud oleh beberapa pepohonan. "Kamu gak usah bawa koper, nanti ada yang bantu."

"Oh, ya? Siapa, nek?"

"Dia teman kamu, dulu. Dia juga yang beberapa waktu lalu baru kembali dari luar negri. Dia yang bantu nenek untuk membereskan barang-barang dan kebutuhan kamu di rumah sewa."

Rei dibuat sangat penasaran dengan orang yang dimaksud nenek. Bermaksud ingin berterimakasih, Rei hendak bertanya untuk kesekian kalinya. Namun pupil mata wanita tua tersebut mendadak berbinar, menemukan kehadiran orang lain yang berjalan dari ujung setapak guna menyusul dirinya di depan balai.

"Jinan!"

Reflek sekujur tubuh Rei bak kaku mendengar nama itu. Perlahan Rei menoleh, melihat sosok lelaki bertubuh tinggi dengan senyuman manisnya yang hangat.

Well, itu masih sama.

Tak pernah Rei sangka, lelaki itu bisa kembali dalam pandangannya di hari yang dinantikan Rei seorang.

Jantung gadis bermarga Senju itu berdegup nyaris melampaui batas. Tubuhnya yang otomatis bangkit seolah memberi kesan sambutan pada Jinan. Namun sebenarnya, Rei hanya ingin berlari meninggalkan balai. Sembunyi dari manusia yang pernah mengisi masa lalunya.

* * *

Everyone, let's meet Jin Andy Sung.

Everyone, let's meet Jin Andy Sung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jinan. Manusia elok yang pernah bersamaku.

FORTNIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang