Dive in a lonely night

29 4 0
                                    

Hai, jangan lupa vote dan komen. Ya?

* * *

Sinar Mata Rei Senju terus membidik sebuah rumah tua terbengkalai yang letaknya tak jauh dari hunian miliknya. Bidikannya hanya melalui jendela kamar yang terbuka, yang berhadapan langsung dengan hamparan sawah pula.

Rei tak merasakan apapun, hanya segelintir memori yang meninggalkan trauma dalam diri.

Ponsel Rei bergetar, memperlihatkan nama Giselle yang seolah berteriak memanggil. Namun Rei seolah acuh, ingin menyendiri dahulu.

Jika seperti ini, rasanya lebih baik mengenang amarah mantan atasannya yang bisa membuat terisak. Ya, sebenarnya ada suatu memori kelabu yang menetap di desa ini. Memori yang hanya diketahui oleh Rei, dan Jin Andy Sung.

Entah apa yang membuat bumi seolah ikut menutup kelamnya masa lalu Rei dan Jinan, setidaknya itu yang membuat Rei mampu bernafas lega. Jika saja keluarganya tahu, Rei yakin kalau Giselle akan menggunting habis rambut adik sematawayangnya itu.

Tok tok!

Reflek Rei menoleh menatap pintu rumah. Dari ketukannya saja dia bisa tahu, siapa manusia yang sedang berada di balik kayu persegi panjang itu.

Sorot mata Rei lantas menggelinding melihat jam dinding. Nyaris larut malam, apa yang akan Jinan lakukan?

"Re?"

Suara berat yang hampir berbisik, menggelitik jiwa dan kemalasan Rei.

"Sudah tidur?"

"..."

"Aku bawa pangsit rebus, aku taruh di atas kursi ya. Ini dari kedai Paman Noh."

"Hah?"

Reflek yang dikeluarkan Rei dari mulut membuat dirinya sendiri spontan menutup katup bibirnya. Matanya terpejam seolah mengutuk, padahal dirinya sendiri yang hendak membiarkan Jinan di luar sana.

"Kalau kamu sudah tidur, pakai untuk sarapan saja, ya."

Perkara keterkejutan akibat mendengar Paman Noh yang masih menjual pangsit kesukaannya membawa keganjalan di dalam benak. Rei menjadi bimbang, apa harus muncul atau membiar Jinan begitu saja.

"Aku pulang, Re. Have a nice dream."

Entah apa yang membuat Jinan bertindak seolah ia membiarkan Rei mengacuhkan dirinya. Langkahnya lantas terdengar menjauh, berjalan menutup pagar kecil rumah sewa milik Rei Senju.

Usai membiarkan waktu berjalan hingga 2 menit, Rei bangkit kemudian berjalan pelan bertujuan menjemput pangsit di luar sana.

Ketika pintu terbuka dan memperlihatkan sekotak makanan indah nan lezat yang dibawa Jinan, Rei menghela nafas berat. "Dingin, ya? Masuk sama aku, oke?" Kata Rei pada pangsit si benda mati.

Dari luar pekarangan, Jinan yang mendengar Rei untuk menjemput pangsit bawaannya menjadi tersenyum. Jinan berucap dalam benaknya, semoga ini bisa menjadi jalan untuk dirinya dapat membuat semuanya kembali baik.

To be continue.

FORTNIGHTWhere stories live. Discover now