Merawat (Glacier & Gentar)

129 13 0
                                    


Kalau Gentar yang sakit, paling-paling bagian yang merepotkan bagi Glacier hanyalah mengurus Gentar dimana anak itu akan semakin bandel dan manja perkara tidak mau menelan obat pil dari resep dokter dan menuruti berbagai macam permintaanya seperti mau makan bubur pakai gorengan atau lebih seringnya yaitu me-nina bobokan Gentar.

Tapi Glacier tetap melakukannya dengan sabar, karena jika Glacier sakit nanti Gentar juga harus balas budi.

Benar, Glacier sakit hari ini.

Bukan hanya Gentar saja, saudara yang lain pasti kerepotan juga. Supra langsung angkat tangan kalau disuruh bagian masak mengingat saudara nomor tiga itu paling anti berurusan di dapur.  Sopan dan Sori bisa saja membantunya, kalau keduanya gak ada kesibukan lainnya di sekolahnya seperti eskul ataupun kerja kelompok.

Gentar juga tidak mau merepotkan Frostfire yang juga tengah mengurus praktek kerja lapangannya. Mau tak mau harus Gentarlah yang turun tangan untuk mengurus kakak keduanya.

Karena permintaan Glacier adalah memakan telur dadar, maka Gentar pun harus berkelahi dengan cipratan minyak panas ketika Gentar tengah memasukan telur yang sudah dia kocokan di mangkok tak lupa menaburkan sedikit garam agar rasanya tidak hambar. Setelah masakan hasil uji coba Gentar sudah beres, barulah Gentar membawakan makanan dan minuman serta obat ke kamar kakaknya. 

"Kak, makan dulu nih kak." Gentar pun membantu Glacier yang tengah mengubah posisinya menjadi duduk di tepi kasur. Matanya tertuju pada hidangan dari masakan adiknya. Sederhana, namun membuatnya bangga.

Gentar pun memberikan satu suapan ke dalam mulut kakaknya, membiarkan sang kakak itu mengecap hasil masakannya. Namun yang membuat Gentar kaget ketika Glacier membuang sesuatu yang ada didalam mulutnya.

"Sisa cangkangnya masih ada."

Ah... Itu memang kecelakaan yang murni tidak disengaja oleh dia sendiri.

"Terus juga daun bawangnya kebanyakan, masih ada sisa minyak disini.

Wajar Gentar diberi komentar dari sang kakak, soalnya dia terlalu payah dalam memasak. Namun Gentar merasa ada sebuah tangan yang mengelus rambut coklat dengan topi hitam yang menghadap ke belakang itu. Senyumnya tak pernah dia lunturkan.

"Kamu udah masak ini aja tetap hebat kok. Makasih ya, Gentar."

Ah...

Tiba-tiba wajahnya merasakan panas, pipinya memerah, pasti efek kali pertamanya dia dipuji perkara usahanya untuk memasak meski hasilnya tetap kurang. Namun itu juga tidak membuat rasa gembiranya memudar setelah mendengar pujian tersebut. Glacier gemas akan tingkah laku adiknya yang lucu itu.


___


Supra, sang kakak ketiga yang melihat Gentar sedang membersihkan alat makan itu menyerngit kebingungan. Dia masih tercengang setelah melihat Gentar yang berkelahi membuat hidangan untuk Glacier, kalaupun dia pernah sakit pun Gentar tak pernah berdiri di dapur kok.

"Gue masih heran sama lu, deh." Gentar melongo mendengar perkataanya itu.

"Tumben aja lu lebih rajin dari sebelumnya. Kesambet apa deh lu?" tanya Supra.

Gentar pun menggelengkan kepalanya sambil mendecit. "Gini nih, gua ga ngapa-ngapain dibilang males, giliran gua rajin gara-gara kak Acy sakit aja dibilang tumben."

"Ya kan gua nanya doang, njir?"

"Yeh."

Tiba-tiba Gentar mendengar suara yang berasal dari kamar itu memanggil namanya, kakaknya butuh bantuan.

"Lu lanjutin bersihin ini ya, bang. Gue dipanggil kak Acy." Selanjutnya, Gentar langsung meninggalkan Supra yang sedari tadi selesai menyantapi hasil masakan dari adiknya itu. Diam-diam Supra kagum akan perkembangannya. Sepertinya dia akan oleng sebentar dari adik bungsunya itu.


Gentar yang baru saja masuk ke kamarnya disambut dengan Glacier yang menepuk tepi ranjangnya untuk duduk disampingnya, Gentar pun menurutinya.

"Kakak mau minta peluk sama kamu boleh gak?"

Eh tunggu. Gentar ngelag sebentar. Kok rasanya, dia dan kakaknya kayak bertukaran gitu ya? Dianya yang rajin dan kakaknya yang males? apa itu yang dimaksud Supra?

"Kok malah kakak yang manja gitu?" Gentar sedikit menggeserkan dirinya untuk berjaga jarak, dilihat-lihat ngeri juga.

Terlihat raut muka kakaknya dimana bibirnya sedikit mengerucut pertanda dia sedang cemberut. "Balas budi lah. Waktu kamu sakit kayak gini kamu juga bermanjaan sama kakak, kan?"

Iya juga, cuman kan bukannya waktu itu dia hanya minta di nina-bobokan saja? engga deh, Keduanya sebelas dua belas tingkahnya.

"Ini ceritanya kak Acy sebel atau ngambek nih sama aku?" tanya Gentar memastikannya.

Glacier mengangguk, "dua-duanya," jawabnya.

Duh... kok Gentar jadi ada sesuatu ya...

"Gak biasanya ah, sebelumnya aja kakak gak se clingy ini deh sama aku?"

"Itu dulu Gentar..." kedua tangannya meraih ke leher adiknya lalu menjatuhkan keduanya di kasur. Membuat yang berada di rengkuhannya hanya meronta-ronta karena sesaknya udara tanpa pendingin ruangan yang menyala.

"Sekarang, temanin kakak bobo ya? Tolak, kakak eratin peluknya."

"Kaaakkk!! Minimal pake 'AC kek!!"

"Ogah."

Kali pertamanya Gentar dibuat kesal dengan tingkah lakunya. Kegiatan ini sudah disaksikan oleh kakak ketiganya yang diam-diam berdiri di pinggir pintu kamar dengan cengiran yang menyebalkan baginya.

"Bang Cup! Bantuin gue kek!!"

"Eh? Sorry yeh, gue ada urusan dulu, bye!"

Menyebalkan! Gentar bersumpah kalau suatu saat nanti adik kesayangannya akan oleng pada dirinya, liat saja nanti!

𝐓𝐡𝐞 𝐁𝐨𝐧𝐝𝐢𝐧𝐠 (BoFu One-shot)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon