9

60 5 0
                                    

3 Hari sejak kejadian Rakha dan Juna itu sempat membuat Rakha trauma dengan ayahnya, bagaimana tidak trauma, Rakha dari dulu sudah terluka tetapi bukannya sembuh malah menambah luka lagi di hatinya

Soal donor darah syukur ada yang berbaik hati entah itu siapa yang mendonorkan darahnya untuk Rakha karna pihak rumah sakit bilang pendonor tidak mau di beri tau identitas nya hanya dokter yang tau siapa

"rak makan yuk badan udh kayak triplek gitu" ucap Bima dan Rakha hanya menggeleng pelan

"ngga gue gak laper" kata Rakha datar, Bima hanya membuang nafas kasar Karna kakaknya itu dari tadi pagi belum terkena nasi sedikit pun

"ihh Lo tega gak mau makan masakan gue? ini bubur gue yang masak Lo khusus buat Lo tapi Lo gak mau makan" kata Bima cemberut, karna memang bubur itu Bima sendiri yang masak untuk Rakha

Rakha pun menatap sendu ke arah Bima yang sedang menunduk sedih, Bima hanya berakting sedih agar saudara beda rahimnya itu mau makan

"bener? ini Lo yang masak?" tanya Rakha dan Bima hanya mengangguk kecil dan masih menunduk

"iya iya gue makan deh" ucap Rakha pasrah biar Bima tak sedih lagi

Bima sontak mendongak senang karna Rakha ingin memakan buburnya, Bima tersenyum senang dan di balas senyum juga oleh Rakha

"yaudah nih makan gue suapin ya, biar gak berantakan" kata Bima dan di angguki oleh Rakha

Rakha telah selesai makan bubur yang di masak oleh Bima, jujur perutnya kini mual karna porsi makan buburnya terlalu banyak

Bima kira porsi dengan 3 centong bubur munjung adalah porsi yang normal, heyy Bima Rakha itu lagi sakit bukan lagi kelaparan astaga

"buset Bim lu bawain gue bubur berapa centong, banyak bet njir" kata Rakha setelah meminum air yang di kasih Bima

"hah emang kebanyakan?" tanya Bima

"astaga nyed yaiyalah emang lu masukin berapa centong?"

"tiga emang kebanyakan gue kira kurang" kata Bima

"mata Lo kebanyakan malahan gua kebegahan nyed" kesal Rakha

"hehehe maap maap gue kan gak tau" ucap Bima sambil menampilkan gigi kelincinya, perlakuan Bima itu berhasil membuat Rakha gemas dan mencubit pipi Bima

"adududu SAKITT RAKK ASTAGA" ucap Bima yang kesakitan sambil menepis tangan Rakha

"hahahaha emang enak besok gue cubit ginjal lo" kata Rakha

"buset ngeriii bosss"

;-)


Aksa yang sedang berada di kantin sambil memakan roti yang ia beli sembari bermain handphone jujur ia saat ini pikirannya sedang kacau, pertama memikirkan kondisi Rakha yang masih trauma atas kejadian kemarin, kedua memikirkan Bima yang sudah terlalu benci terhadap sang ayah, ketiga ia harus melakukan pikiran pertamanya atau yang keduanya

Bagaimana menyembuhkan trauma sang adik? jika di lihat dari muka Rakha yang pucat sambil melamun tadi cukup menjelaskan bahwa Rakha mengalami trauma berat, ya walaupun tidak sampai teriak teriak

Memendam sendiri itu lebih baik bukan? itulah prinsip Rakha, dari pada ia bercerita tapi berakhir tak di respon, lebih baik memendam semuanya sendiri, biar tubuh dan pikirannya yang bekerja orang lain tidak boleh tau

Aksa kini telah selesai memakan rotinya, mengapa hanya Aksa yang makan roti? Bima apa tidak di belikan? di beliin kok tapi yaa gitu gak mau di makan cuma di beli beli beli biasa orkay

Abadi Selalu dan Selamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang