Air Susunya Kering?

1.6K 26 2
                                    

Dengan bibirnya yang masih manyun, Gadis masuk lagi ke kamar Raka yang berada di lantai bawah. Di sana ternyata masih ada bi Sumi yang sedang memberikan susu kepada Raka.

“Loh, Nyonya. Kenapa? Ada yang ketinggalan?” tanya bi Sumi.

“Ah tidak. Aku mau tidur di kamar Raka saja, biar tambah deket,” ucapnya mencoba menutupi apa yang telah terjadi. Jika sampai pembantunya itu tahu, Gadis akan sangat malu.

Masa iya pengantin baru diusir dari kamar suaminya sendiri? Mau disimpan dimana harga dirinya yang sudah rendah itu.

“Raka sudah bangun ternyata,” ujar Gadis mendekati bi Sumi yang sedang menggendong Raka.

“Iya, Nyonya. Den Raka baru saja selesai minum ASI. Nyonya mau menggendongnya?” tawar bi Sumi.

Gadis bingung. Sebenarnya ingin mencoba, tapi ia masih tidak yakin dengan dirinya. Dimana ia harus menerima anak orang lain sedangkan anaknya sendiri telah meninggal dunia. Tapi mau bagaimanapun, inilah nasibnya sekarang. Gadis harus menerimanya.

“Boleh, bi,” ujar Gadis seraya memposisikan dirinya untuk membawa Raka ke pangkuannya.

“Dia nyaman tuh dipangku Nyonya,” kata bi Sumi seraya melihat Raka yang sedang menggoyang-goyangkan jemarinya.

“Ah, semoga aja.”

Gadis menoel-noel pipi Raka yang mulai membulat. Kembali ia ingat dengan anaknya yang telah tiada. Mungkin saja jika anaknya itu lahir dengan keadaan hidup, dia akan sebesar Raka juga.

“Nyonya, kok ngelamun?” tegur bi Sumi menepuk pelan tangan majikannya.

“Eh. Enggak bi, aku cuman ingat anak aku yang udah meninggal. Kalau dia ada, pasti sudah sebesar Raka sekarang,” ujarnya bernada sendu.

“Innalillahi, bibi ikut sedih Nyonya.”

“Terima kasih, bi. Tapi semua itu bukan kehendak kita juga kan, bi?”

“Benar, Nyonya. Allah benar-benar tengah menguji Nyonya, karena kehilangan anak itu benar-benar tiada duanya. Tapi Nyonya harus tetap kuat!”

Gadis menerawang keadaan di suatu hari ketika dirinya benar-benar merasa kehilangan sampai menangis tanpa henti seharian. Apalagi ketika ASI-nya keluar banyak tapi ia bingung harus diberikan kepada siapa. Seharusnya anaknya itulah yang menikmati semuanya.

“Tak apa bi, aku sudah mempunyai gantinya sekarang. Aku akan menyayangi anak ini seperti anakku sendiri,” ujar Gadis bersungguh-sunguh.

“Bibi ikut senang mendengarnya, Nyonya.”

Malam harinya Gadis tidur bersama Raka. Ia sengaja membawa Raka untuk tidur bersamanya di kasur tanpa menggunakan box bayi lagi. Namun nyatanya menjaga bayi tidak semudah itu, Gadis harus bangun tengah malam karena Raka tiba-tiba menangis.

Gadis mencoba membuka matanya setengah karena tangisan Raka yang lumayan mengganggu tidurnya.

“Emh ... Nak, kamu kenapa?” tanyanya seraya menggendong Raka.

“Tidurmu keganggu kah?”

Raka yang masih bayi hanya bisa menangis, tapi Gadis terus menanyainya. Benar-benar Gadis tidak mempunyai pengalaman mengurus bayi.

“Aduh, kenapa kamu nangis terus, nak? Yaudah kita ke kamar bibi ya? Mau ya?”

“Oke, jangan nangis lagi ya”

Gadis membawa Raka menuju kamar bi Sumi yang letaknya tidak begitu jauh dari kamar Raka. Gadis menggedor-gedor kamar bi Sumi sampai sang pemilik kamar datang dengan kondisi masih mengumpulkan nyawa.

TERPAKSA MENJADI IBU SUSU ANAK CEOWo Geschichten leben. Entdecke jetzt