9. Gamara

486 53 17
                                    


Disinilah Gamara, pria tampan bersetelan jas formal warna biru ini begitu menawan. Sangat gagah.

"Terimakasih, Pak Gama. Saya yakin kerja sama kita kali ini akan berhasil dan sukses." ujar seorang pria paruh baya rambutnya sedikit beruban. Tengah berjabatan dengan Gama sebagai kode mengakhiri meeting pagi ini.

"Saya harap," kata Gama singkat. Namanya Jordi pria tua itu menjalin kerja sama pada bidang property setelah sebelumnya dibidang FNB.

Melihat kepergian Jordi beserta sekretarisnya, Gama langsung mengulurkan tangannya pada tangan kanan sekaligus sekretarisnya. "Iya, Tuan muda?" sahutnya dengan kernyitan. Pria tampan itu lantas memberikan bombastic side eyes pada sekretarisnya.

"Kunci mobil, kamu akan di jemput supir kantor." ucap Gama, pria itu akan pulang ke mansion untuk berganti pakaian setelah itu mendatangi kediaman tunangannya.

"Baik, tuan muda." menyerahkan kunci mobil Fortuner hitam pada Gama. Mana bisa menolak atau membantah, sekretaris itu menghela nafas menatap Gama yang sudah menjauh.

***

Gama sudah berada di kediaman Tomy. Pria tampan itu sedang berdiri mengetuk pintu kamar gadisnya. Indi yang menyuruhnya untuk ke kamar.

"Siapa?" Suara Naya menyahuti ketukan pintu dari Gama yang masih lengkap dengan setelan kerjanya. Pria tampan itu takut membuang waktu jika harus berganti pakaian, ia merasa setelannya terkesan baik walaupun sangat formal.

"Gama," katanya singkat. Beberapa detik kemudian pintu kamar itu terbuka, terlihatlah Naya dibaliknya, menatap Gama dengan pandangan mengernyit.

"Kakak kenapa ke kamar ku? Masih pakai setelan kantor,"

"Iya, takut kamu nunggu lama jadi habis meeting aku kesini." jawab Gama jujur.

Naya menghela nafas panjang," Mau pergi dengan pakaian itu? Naya nggak mau ah, dikira jalan sama sugar daddy lagi!"

Pupil mata Gama sedikit membesar, lantas ia meneliti tubuhnya. Yang dikatakan gadisnya benar juga, tapi apa wajahnya terlihat setua itu? Sugar daddy muda?

"Kita mampir ke toko beli baju di jalan nanti." kata Gama memberi pendapat.

"Oke," Naya pun sudah siap dengan celana jeans panjang atasan kaos sedikit ketat walaupun tidak memperlihatkan perutnya, meski begitu atasannya tanpa lengan. Sedikit menganggu Gama.

"Kamu kasih jaket atau cardigan, baby. Terlalu kelihatan jelas lengannya." ucap Gama memberi saran. Pria itu tidak rela tubuh indah Naya dilihat orang banyak. Walaupun Naya pendek tapi tubuhnya berisi sesuai tingginya tidak bontot, tapi pas sesuai lekukan tubuh.

"Enggak, aku mau gini." tolak Naya menenteng shoulder bag-nya di tangan.

Gama mencoba melangkah lebih dekat, lantas mengusap lembut puncak kepala gadisnya. Penuh sayang. "Tolong, ya baby. Jujur, aku nggak rela kamu keluar dengan pakaian gini, bukannya nggak cocok baby, tapi aku yang cemburu kalau orang liat bebas tubuh kamu."

"Please ya sayang, pakai cardigan atau jaket sesuai kenyamanan kamu." imbuhnya lembut. Gama tidak ingin membuat gadisnya merasa insecure atau bahkan berpikir negatif.

Sebenarnya Naya masih tidak suka. Tetapi karena cara Gama bersikap mencoba menjaga perasannya agar tidak tersinggung ketika mengutarakan ketidaknyamanan, membuat dirinya akhirnya menurut. Gama menghela nafas lega sekaligus tersenyum. Ia pun menunggu Naya mengambil cardigan crop top sepinggang, itu tidak masalah sebab sudah ada kaos panjang menutup perutnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 31 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gamara's Where stories live. Discover now