14

6.5K 499 19
                                    

🗻 Rinjani

Cup! mas Juna mencium ku! mencium bibirku! membuat mataku mengerjap beberapa kali karena efek tidak percaya dengan yang sedang terjadi "Kalau udah gini gimana?" ciuman ini terlepas dann sudah dia ganti dengan pertanyaan, sial kok gak lebih lama sih mas Jun?

Aku langsung menjadi salah tingkah, rasanya seperti ditagih hutang ketika aku belum bisa membayarnya, aku meraih botol air mineral dihadapanku dan dengan cepat membuka tutupnya, untung bisa karena aku sering mendadak lemah kalau dihadapkan dengan pria tampan yang menawan, sudah terbuka dan aku langsung menegaknya hampir setengah.

"Kamu beneran haus apa mau bikin bekas ciuman dari aku hilang?" mas Juna menatapku intens.

"Tetiba grogi mas, makanya aku minum." Terdengar polos sekali jawaban ini, aku pasti menepuk jidatku sendiri misal gak ada mas Juna disini.

"Jadi gimana? Kita naik status?" Aku menggaruk tengkuk ku ketika dia melontarkan kalimatnya, kenapa sih tiap kali aku mau balik godain manusia ini aku selalu kena bumerang sendiri?

"Jani, gimana, mas kamu tolak atau terima jadi pacar?"

"Mas maksa gak?" Aku masih bercanda agar aku tidak pingsan dan malu-maluin nenek moyang ku.

"Kalau kamu tolak, kamu sekalian packing barang aja malem ini, tapi bayar full satu bulan uang kos!"

"Buset!" Aku terbelalak.

"Pantes kamu mapan!" Imbuhku dan dia terkekeh "Kan cara ampuh biar gak ketolak Rin!"

"Mapan kalau tidur, mapan kasur." Sungguh dia sepertinya beneran bapak-bapak yang ber-cover mas mas akhir umur 20an, guyonannya garing.

"Siapa juga yang mau nolak kamu mas?" Mas Juna tersenyum "Serius? Aku diterima? Kita pacaran nih sekarang?"

"Hem..." Balasku mencoba cool, tapi kenapa susah sekali???

"Ih makasih loh beb!"

"Ih, gak beb beb beb!" Aku protes.

"Terus kamu maunya aku panggil apa?"

"Adek sayang ........" Aku mencoba meniru nada bicaranya yang khas, terdengar maskulin dan nge bass yang mungkin bisa ganas jika sedang on fire, astaga Rinjani jauhkan pikiran mu nak, papa kami Ares, bisa-bisa leher kamu ditebas kalau ketahuan mikirin hal-hal begini, sadar Jani, sadar!

"Oke adek sayang......" Dia menuruti permintaan ku dan aku tersenyum.

"Dalem mas?" Aku tidak mau kalah menggodanya.

"Ish cocok loh!" Aku bertepuk tangan.

"By the way, dari tadi kita gelap-gelapan kayak orang gak bener, kamu udah makan?"

"Sudah, mas belom ya?"

"Sebenernya tadi pulang kantor mampir makan bentar di warteg, tapi sekarang lapar lagi, kayaknya efek abis cium kamu deh."

"Apaan sih?"

"Cari makan yuk, mau?"

"Heleh, heleh, mau ajak aku night ride aja alasannya cari makan segala, ayok deh!"

"Tapi ganti celana ya, sama pakai jaket! Aku ambil kunci mobil dulu di kamar."

"Kok gak naik motor aja mas?"

"Udah malam, aku gak mau kamu kenapa-kenapa."

Mampus, aku terpanah panah asmara! Aku langsung berlari menuju kamar ku lewat pintu dapur belakang sambil gemas sendiri.

"Hati-hati, nanto kesandung yang!" aku langsung berhenti berlari kemudian memutar badanku lagi dan menatap mas Juna dengan tatapan yang tidak menyangka dia memanggil ku dengan sebutan sayang lagi.

Juna Jani, I Love You Pak Kos!  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang