02| raja vs ratu

259 161 282
                                    

"Lo aja deh ra, gue takut!" Cicit putri sambil berlarian kecil menghampiri adara yang kini bersender pada rak, sambil memainkan ponselnya, tak acuh.

Mengabaikan tatapan memuja beberapa siswa yang ada di sana.

"CK, apasih Lo main nyuruh-nyuruh gue? Drama banget. Buruan ambil buku ekonominya." Decak adara tidak senang.

"Nggak berani gue, takut!" Gadis itu berseru lagi.

"Ngapain takut, sih? Lo tinggal ambil di rak habis itu kelar terus kita balik ke kelas. Sumpah, pengap banget, di sini." Oceh adara, sambil mengipasi lehernya karena gerah.

"Aduh, masalah nya bukan itu" putri berujar lagi.

"Terus?"

"Ada ketua pentolan di rak sana gue barusan lihat, dan dia lagi tidur."

Kening adara mengerut samar. "Ketua pentolan? Alvaro maksud Lo?"

Putri mengangguk cepat, membuat gadis bermata bulat itu memutar bola matanya malas.

"Sama Alvaro doang Lo takut? Cih!" Gadis itu berdecih pelan, sambil bersendekap dada angkuh.

"Lo nggak tau aja, itu anak kalau udah ngamuk kayak gimana," putri malah balik mengomel sekarang.

"Lo jangan malu-maluin gue dong, put! Masa iya sama preman kuproy kayak gitu, Lo takut?" Adara kembali mencibir.

Putri mendesah kesal. "Preman kuproy kata Lo? Eh, kemarin aja gue denger dari anak-anak, Alvaro habis bantai habis-habisan anak SMA taruna. Lo pasti tau kan, siapa ketua mereka!"

"Shaka?"

"Nah, Lo tau banget kan, shaka itu jago nya baku hantam. Tapi, tetep kalah sama alvaro," oceh putri panjang kali lebar.

Adara menjambak rambut nya gemas sekarang. "Ya terus? Emang Alvaro se banci itu, sampai dia nyelakain cewek?"

"Ahhh?"

"Udah deh, Lo nggak usah ngebacot Mulu. Mending, sekarang Lo itu cepetan ke sana, ambil buku nya. Habis itu kita balik!" Adara mendorong tubuh putri, agar gadis itu cepat melakukan tugasnya.

"Ihh, nggak berani dar! Lo aja sana!"

Mata adara spontan melotot. "Kok gue, sih? Kan yang butuh itu buku juga elo." Semprotnya galak.

"Bantuin gue sekali, kek!" Putri memelas.

"Nggak, males banget gue berurusan sama dia." Celoteh gadis cantik itu.

"Ayolah, gue bener-bener butuh buku nya, dar!"

Adara mendesah panjang, dengan terpaksa, adara menurut. "Pegangin ponsel gue!"

"Eh anjir, Lo serius?" Putri mendelik nyaris tidak percaya. Tumben sekali adara mau mengabulkan permintaannya.

"Menurut Lo aja?" Sinis gadis itu.

"Beneran? Lo nggak takut cari mati, kan?" Putri kembali bertanya, membuat adara menatap gadis itu tajam.

"Gimana sih? Kalo Lo yang nyuruh gue tadi. Ya udah, Lo aja sana ambil sendiri." Putri menyengir kuda, membuat adara menghela napasnya kesal.

"Awas!" Adara mendorong tubuh putri, membuat gadis itu terpental.

"Sialan, Lo!" Umpat putri kesal. "Hati-hati! Do'a mama menyertaimu nak! Fighting! Semoga Lo kembali dengan selamat!" Pekik nya.

"Emangnya, gue bakal kenapa?"

Putri mengendihkan bahunya. "Ya-nggak tau sih, kalau udah hubungan nya sama alvaro, gue bawaannya takut." Cicitnya pelan.

hello My AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang