06| konspirasi

175 133 124
                                    

"adara ayo cepetan!" Decak ibuknya seraya menarik tangan adara yang bandel gak mau ikut. "Kamu tuh apaan sih? Cemen banget."

"Mih, aku tunggu di luar aja deh ya mih, ya?" Kata adara memelas. "Mami aja yang masuk. Cuma mau anterin oleh-oleh doang, kan? Habis itu kita langsung pulang."

"Ya nggak bisa, dong! Kamu harus ikut," kata Risa sambil terus menarik tangan adara agar mau turun dari motor ninjanya. "Adara, ayo! Jangan bikin mami marah!" Omel nya.

"Mami tau jelas kenapa aku nggak mau turun. Aku udah sering bilang," katanya menggerutu. "Takut...."

"Seenggaknya sapa dulu Tante Dira sayang. Kamu tuh gak sopan ya," kata Risa sewot. "Ayo!"

Adara mendecak sebal, merengek kecil dan terseret pasrah mengikuti Risa mamanya yang menarik-narik tangannya menuju ke rumah besar di depan mereka.

Ini rumah besar keluarga Hendra. Rumah yah sangat dia hindari.

Di depan pintu itu sendiri, risa berdehem kecil sambil membenarkan rambutnya, lalu mengetuk pintu.

"Assalamualaikum!" Katanya manis.

"mih, aku balik ke motor aja, ya?" Adara berniat berbalik, tapi Risa Kembali menahannya. "CK, mami tuh maksa benget kenapa, sih?"

"kamu sendiri tuh yang kenapa? Cuma main," ketus Risa.

"Ya ini kan rumah Al mih," balas adara ngotot. "Aku nggak mau."

"Kenapa? Lagian udah mantan, kan? Ribet kamu," cibir Risa membuat adara mendelik.

Raut wajah adara mulai terlihat jengkel kuat biasa. "Mih, jangan kayak gini dong!  Nanti kalau aku ketemu dia gimana? Mami aneh banget deh hari ini..."

"Ya kenapa? Kalian satu sekolah, kan?" Balas Risa mendelik. "Kamu tuh kalau belingsatan gini, malah keliatan kalau belum move on."

"Ah, masa?" Goda Risa menaik turunkan alisnya. "Balikan sana!"

Adara mengguncang sebal tangan Risa sambil merengek layaknya anak tunggal yang manja. "Mih, aku sama Al udah nggak ada apa-apa. Aku udah nggak suka dia. Adara udah sering bilang, kan?"

"Ya tap—"

Ceklek!!

Sosok pria tampan berkemeja hitam keluar dari dalam rumah.

"Loh, ada tamu?" Ujar alden ayah Alvaro yang mengenakan kaca mata beningnya. "Nyari istri saya?"

Risa mengangguk malu. "Iya pak alden. Jeng Dira ada?"

"Ada kok, ada." Alden mengangguk, lalu menoleh ke dalam. "SAYANG, ADA TAMU NIH. MAMANYA ADARA."

"Loh, udah Dateng? Iya Bentar aku keluar dulu," seru Dira dari dalam rumah.

"Masuk saja, ya!" Alden tersenyum. "Saya permisi, ada kerjaan di kantor."

Risa mengangguk kecil sambil tersenyum lebar mencubiti lengan adara saat alden melangkah keluar menuju ke mobilnya.

"Ganteng banget ya pak alden," bisik Risa kegirangan.

Adara hampir mengumpat. "Suami orang," katanya melotot. "Aku aduin papi tau rasa."

"Eh, ya jangan dong! Bisa habis mami di gundulin nanti."

"ya ampun, jeng Risa." Dira keluar dan langsung mengajak nya cipika-cipiki. "Loh, ini adara? Ya ampun, udah gede aja. Udah lama loh nggak lihat dia."

"Dia kan mau keluar rumah kalau ada kebakaran doang jeng," cibir Risa membuat adara mencubit maminya dengan gaya malu.

Dira tertawa, lalu menoleh ke dalam. "AL, ADA ADARA NIH! NGGAK MAU DI SAMPERIN?" Teriaknya memberitahu, membuat Alvaro di dalam rumah jadi membelalak, buru-buru melompat ke sofa ruang tengah, belagak baca buku.

hello My AdaraWhere stories live. Discover now