Call me brother, not Captain

205 35 14
                                    

Pada malam hari memanglah
indah, apalagi disuguhkan oleh pemandangan indah dari bintang yang bertebaran di langit pada malam hari.

Di atas, terlihat sebuah kapal Angkasa yang seperti hendak mendarat. Saat sudah hampir mendarat di Bumi, tiba-tiba sebuah pintu yang sangat besar terbuka seakan-akan menyambut kedatangan kapal Angkasa masuk kedalamnya. 

Lokasi kapal Angkasa mendarat tepat pada tengah hutan yang tentu saja jauh dari pemukiman warga setempat di pulau rintis ini.

Kapal Angkasa itu mendarat dengan gagahnya didalam sana kemudian tak berapa lama, keluarlah dua Alien dari dalam sana. Satu adalah Alien tampan rupawan dan satu lagi adalah Alien besar berwarna ungu perpaduan pink, dengan gigi-giginya yang besar serta mulut yang lebar.

"Kapten, kita terlambat melapor," celetuk Lahap memecah kesunyian pada koridor ini.

"Besok," imbuh Kaizo. Kaki jenjangnya memasuki lift yang berjalan ke arah samping, bukan ke atas. Tapops U sangat besar sehingga garasi kapal Angkasa dan kendaraan lainnya terletak di tengah hutan. Mereka akan diantar langsung menggunakan lift disini. Sama persis seperti di animasi ejen Ali.

Kaizo dan Lahap berjalan berlawanan arah setelah keluar dari lift. Letak kamar mereka berbeda, disaat Kaizo tengah berjalan di lorong menuju kamarnya, dia berhenti sejenak.

Lengannya merogoh saku celananya kemudian mengeluarkan sebuah benda yang sedari dua minggu lalu dia buat. Senyum tipis diumbar sesaat setelah melihat benda ditangannya. Memasukkan kembali dan melanjutkan langkah hingga sampai tepat di pintu kamarnya.

Memasukkan kode sehingga secara otomatis, pintu baja  terbuka lebar. Melangkah masuk kedalam dan tersenyum tipis saat melihat Fang yang tengah tidur nyenyak. Kaizo semakin mendekat kemudian berjongkok tepat disamping kasur.

Memperhatikan wajah manis dan imut itu dengan seksama. "Kalau tidur terlihat anteng, pas udah bangun macam ulat keket, julid nya minta ampun." Kaizo terkekeh setelah mengatakan hal tersebut.

Tangan kasarnya terangkat hendak mengusap pipi halus itu. Namun, belum sempat dia lakukan, Fang bergerak gusar dalam tidurnya.

Gumaman-gumaman kecil dia lontarkan dalam tidurnya, terus meracau tak menentu. Kaizo bingung hendak berbuat apa, apalagi melihat Fang menangis namun mata tak kunjung terbuka.

"Hiks.. Jangan pukul, sakit.." lirih Fang dengan mata yang masih terpejam. Kaizo gelagapan mencoba mencari cara untuk menenangkan Fang.

"Fang, ada apa?" tanya Kaizo dengan gusar. Sumpah, ia tak tahu cara menangani hal seperti ini, mengingat dia tidak punya saudara.

Fang terus meracau sampai akhirnya, "JANGAN PUKUL, AYAH!" teriakan Fang menggelegar dikamar ini. Kaizo hampir saja terjungkal kebelakang akibat terkejut.

Fang bangun dengan nafas yang memburuh, wajahnya memerah dengan peluh dimana-mana. Dia mimpi buruk lagi, segera Fang menarik kedua lututnya kemudian menenggelamkan wajahnya di lipatan kedua lututnya.

Menangis lirih tanpa menyadari keberadaan Kaizo disini. Kaizo bangkit dan duduk dipinggir kasur. "Fang, mimpi buruk?"

Fang menoleh pada asal suara yang lembut itu, netranya bertabrakan dengan netra kembar miliknya. Itu Kaizo, orang yang paling menyebalkan ternyata bisa lembut juga.

"Gak papa, itu hanya mimpi buruk. Sekarang, tidur lagi, ya?" tutur Kaizo. Melihat Fang tidak ada reaksi apapun, dia berinisiatif mengusap lembut surai ungu gelap itu.

Fang mendongak, seketika menerjang tubuh bongsor milik Kaizo. Memeluk erat punggung lebar itu, tanpa ingin melepaskan.
Wangi khas dari Kaizo terasa kental, detak jantung yang berirama membuat Fang perlahan rileks.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐅𝐚𝐧𝐠 𝐌 𝐨𝐫 𝐅𝐚𝐧𝐠 𝐀 [On Going]Where stories live. Discover now