DAS ft. SN (06.)

162 28 3
                                    

•••

Naruto terbangun dengan pusing yang menyerang kepalanya, seolah berdenging telinganya Naruto tutupi dengan kedua tangannya. bahkan setelah beberapa menit dirinya melakukan itu denyut di kepalanya juga tidak berhenti.

Mata shappire indahnya tidak bisa fokus menatap kesekitarnya, dirinya benar benar sangat kesakitan. Naruto pikir ini adalah bentuk siksaan pertamanya di akhirat. dia kan harusnya sudah mati, pikir Naruto lagi.

"Akh! Sakit sekali, hentikan aku mohon!" Lirihnya pelan.

Bersamaan dengan itu, tubuhnya di guncang paksa.

Di sana ada bu kurenai yang menatapnya dengan khawatir.

"Bu-bu kurenai?" Ujar Naruto, menatap sendu guru perempuan di depannya. Dirinya tidak akan bisa merelakang guru kesayangannya itu jika benar kejadian di filmnya terjadi.

"Naruto! Akhirnya, ibu tidak bisa tenang. Kau akhirnya bangun, nak..." Bu kurenai berujar lirih, sembari memeluk tubuh ringkih Naruto. Bu kurenai mengusap lembut punggung sempit itu. Naruto yang terbawa suasanya meneteskan air matanya, astaga kenapa dia jadi cengeng begini.

Setelah berbincang bincang sedikit dengan bu kurenai, Naruto membiarkan bu kurenai Pergi mengurus sesuatu. Dirinya saat ini berada di Uks, pandangannya beredar ke berbagai penjuru Uks. Jam di sana menunjukkan pukul 05.53 sebentar lagi jam enam, pikir Naruto.

Dirinya sangat lega Karna mengetahui kenyataan bahwa dirinya tidak mati dengan konyol seperti itu, dirinya tersenyum kemudian menghela nafas. pakaiannya kemarin sedikit lusuh. punggungnya tidak terlalu sakit, mungkin kemarin saat sulur sulur monster itu melepaskannya ada yang menangkapnya agar tidak terjatuh ke tanah.

Dirinya beranjak dari ranjangnya, kakinya ada sedikit Luka membiru Karna ulah sulur sulur monster jelek itu. Naruto kesal, rasanya ingin membunuh semua monster itu.

"Huft, astaga." Naruto berjalan sambil menghela nafas, di sepanjang jalan koridor menuju ke asrama laki laki. Namun dirinya berpapasan dengan Sasuke. Lelaki itu, Naruto ingat dirinya di tinggalkan begitu saja. merasa kesal, dirinya tidak ingin menyapa tapi kenapa lidahnya berkata lain.

"Sasuke, hai!"

Naruto terperajat begitu mengatakannya, itu sungguh di luar kuasanya. Dirinya dengan canggung sedikit menunduk, tidak mengharapkan balasan sapaan dari pria itu. Karna dirinya juga sudah Tau bagaimana sikap Sasuke selama ini. berjalan melewati Sasuke dengan santai, seolah tidak terjadi apa apa. Namun dirinya berhenti kala suara baritone itu menyapa pendengarannya.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya sasuke, tanpa menoleh kearahnya.

Naruto berkedip sejenak, tersenyum kemudian berbalik sedikit menatap punggung lebar pria jangkung tersebut.

"Aku baik, sangat baik. Terima kasih sudah menghawatirkanku." Jawab Naruto kemudian berbalik badan lagi dan dengan langkah riang menuju ke asrama laki laki.

Dirinya sudah sampai di depan asrama laki laki, ingin membuka pintu di depannya tapi ternyata sudah terbuka sendiri Dari dalam. Naruto dengan mata bulatnya berbinar kala melihat wajah sosok bersurai merah di depannya.

"Gaara, hai." ujar Naruto, tersenyum.

"Naruto, hai. Bagaimana keadaanmu? Apa sudah membaik?" Tanya Gaara, Naruto menganggukinya dengan semangat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

duty after school ( Sasunaru )Where stories live. Discover now