3. Pluviophile Girl

68 9 4
                                    

"Konsekuensi menyukai hujan ialah menerima kenangan apapun yang terbawa dalam setiap rintiknya"

            -  Kinara Lyn Electra

.
.
.

Happy Reading.

Tangan Vander terhenti, dia menolehkan kepalanya ke samping. Dia dapat melihat dengan jelas seseorang yang duduk di sebelah kirinya menatap dia dengan raut wajah khawatirnya.

Remaja perempuan itu terdiam saat Vander tengah menatap dirinya. Ia dapat melihat raut wajah Vander terlihat sangat ketakutan. Sebenarnya, ada apa dengan remaja laki-laki di sampingnya ini.

Tanpa sadar, tangan remaja itu masih memegang tangan milik Vander. Setelah tersadar, ia segera melepaskan tangannya dari tangan Vander.

Remaja itu meruntuki dirinya sendiri, ia merasa suasana berubah menjadi canggung.  Mengapa ia harus reflek memegang tangan remaja laki-laki tersebut.

"Maaf, tadi nggak sengaja pegang tangan kamu. Kalau boleh tau, kenapa kamu memukul dan menjambak rambutmu sendiri?"

Vander masih belum membuka suaranya. Dia masih mencoba mengatur nafasnya dan menetralkan detak jantung miliknya. Hujan yang tadinya deras, kini sudah berubah menjadi rintik-rintik tidak sederas tadi.

Melihat keterdiaman orang di sampingnya, remaja itu merasa bersalah. Ia takut orang itu marah kepadanya karena tadi ia lancang sudah memegang tangannya tanpa se izin sang pemilik tangan.

Setelah di rasa sudah cukup tenang, Vander kembali melihat ke arah bangku sebelah kirinya, terlihat remaja perempuan di sampingnya sedang menundukkan kepalanya, meremat jari-jari miliknya.

Vander menaikkan alisnya, mengapa ia terlihat seperti gugup. Padahal dia masih diam dan tidak melakukan apa-apa.

"Kenapa lo nunduk?" akhirnya vander membuka suaranya

Remaja perempuan itu mendongakkan kepalanya lalu menatap Vander yang duduk di sebelah kanannya.

"Tidak apa-apa" remaja itu tersenyum canggung

Vander menghela nafasnya, sepertinya remaja itu sudah melihat saat Ombropobhianya kambuh tadi. Dia sempat mendengar remaja itu bertanya kepadanya. Namun, tadi dia belum sepenuhnya sadar akan kehadiran orang di sampingnya.

Keduanya diam dengan pikiran masing-masing. Vander sendiri bingung, tidak ada topik untuk membuka obrolan. Di satu sisi, dia juga masih malu karena ada orang lain yang melihat trauma dan phobianya kambuh secara bersamaan.

"Apa kamu takut hujan?" tanya remaja itu dengan ragu

Vander sedikit terkejut dengan pertanyaan orang di sampingnya ini. Dia kembali menetralkan raut wajahnya.

"Gue benci hujan" ucap vander sambil mengepalkan kedua tangannya dengan kuat

Remaja perempuan itu menganggukkan kepalanya mendengar tiga kata yang terlontar dari bibir Vander.

"Aku penyuka hujan"

Vander menutup mulutnya rapat. Dia kembali masuk ke dalam memorinya yang dulu. Sebelum dia berubah menjadi benci tentang apapun yang berkaitan dengan hujan.

Dia ingin kembali seperti dulu, sebelum kejadian itu menimpa abang sulungnya. Dia masih ingin menikmati hujan tanpa harus ada rasa ketakutan di dalamnya. Namun, semua itu hanyalah fatamorgana saja sekarang.

"Dari hujan aku belajar, bahwa kita tidak perlu merasa takut jika harus jatuh berkali-kali meski rasanya sakit" sambung remaja perempuan itu

Hujan memang mengajarkan kita tentang banyak hal. Salah satunya, mengajarkan kita arti kembali bangkit meski sudah terjatuh berkali-kali. Bahkan dari ketinggian yang jika dibayangkan pasti akan terasa sakit sekali.

Maka dari itu, bukankah hujan itu gambaran orang yang kuat? Dia akan kembali bangkit meskipun harus tertatih-tatih. Dia akan kembali bangkit meski harus jatuh lagi dari ketinggian yang sama.

Hujan rela jatuh demi manusia yang ingin ditemani olehnya untuk menutupi deraian air mata kesedihannya. Hujan rela jatuh untuk membawa kenangan yang ingin dinikmati oleh sang penikmat hujan.

Hujan rela jatuh demi membuat alunan melodi yang indah dalam setiap rintiknya, agar sang penikmatnya merasa tenang.

Hujan rela jatuh demi menemani orang yang ingin membagi bahagianya dengan cara menikmati tawanya di setiap tetesan air yang jatuh dari atas langit.

Vander akui, ucapan remaja perempuan itu memang benar, banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dalam setiap rintik hujan. Salah satunya yang diucapkan oleh remaja itu tadi.

Oleh karena itu, sebelum kejadian dimana nyawa abang sulungnya terenggut di bawah derasnya guyuran hujan tepat di depan matanya sendiri, dia menjadi salah satu orang penikmat hujan.

"Aku Kinara Lyn Electra, dan siapa namamu?"   remaja itu mengulurkan tangan kanannya ke arah vander

"Vander Zenon Arsenic" vander menerima uluran tangan kinara

Kinara tersenyum lalu melepaskan tangannya dari gengaman Vander. Ia menepuk jidatnya, Kinara lupa bahwa dirinya harus cepat pulang.

Vander mengerutkan keningnya melihat Kinara yang terlihat sedikit panik.

"Lo kenapa?"

Kinara tersenyum kikuk, dalam hati ia berdoa semoga nanti setelah pulang ia tidak dimarahi abangnya. Kinara dimintai oleh abangnya untuk membelikan cemilan di minimarket karena ada teman abangnya yang sedang main di rumah.

Pasti abangnya itu sedang menunggu dirinya yang tidak kunjung pulang. Ia terlampau khawatir mendengar teriakkan orang di halte tadi, takut terjadi sesuatu. Tapi Syukurlah tidak terjadi apa-apa.

"Salam kenal Vander. Maaf ya aku harus segera pulang" Kinara beranjak dari duduknya lalu mengambil dua kantong plastik yang sebelumnya ia letakkan di bangku

Vander menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Sampai jumpa lagi Vander, dan lekas pulih dengan sesuatu yang membuatmu benci hujan" Kinara tersenyum ke arah vander, lalu melangkahkan kakinya  membuka pintu taksi yang sudah berhenti di depan halte

Setelah pintu taksi itu tertutup, sopir taksi tersebut mulai melanjukan taksi yang dikendarainya meninggalkan halte.

Vander memandangi taksi tersebut, sampai perlahan tak terlihat dari pandangannya. Kemudian, dia beranjak dari duduknya. Menaiki motornya. Dia memakai helm full face miliknya lalu melajukan motornya menuju ke rumah.

Dalam hati dia berharap dapat bertemu lagi dengan Kinara, sang gadis penyuka hujan.

.
.
.

Tbc

Boleh minta kasih semangat dengan cara kasih saya bintang? (◍•ᴗ•◍). Saya tidak memaksa hehe

Okay, sampai jumpa next chapter ya~

Semangat dan jangan lupa bahagia !!!👋🏻💕

Bye.

Vander Zenon Arsenic ( Ombrophobia )Onde histórias criam vida. Descubra agora