PHOENIX JALAN-JALAN

39 17 14
                                    

Berbagai perlengkapan sudah tertata. Semua barang milik mereka yang hendak pergi belibur sudah siap. Hari ini mereka akan pergi ke puncak. Rencana yang masih menjadi wacana satu bulan lalu akhirnya terlaksana.
Mereka sempat berdebat perihal kendaraan yang cocok untuk ke sana. Medan yang sedikit susah menjadi penghalang mereka jika harus menggunakan mobil. Setelah melalui berbagai perselisihan pendapat, akhirnya mereka setuju menggunakan motor masing-masing. Nanti mereka cukup membawa satu mobil untuk mengangkut seluruh keperluan yang dibawa.

Mereka akan berangkat pukul tujuh tepat. Mereka berangkat berboncengan. Entah memang karena kebetulan atau bagaimana, boncengan dari masing-masing jok motor terisi semua.
Fardhan yang semula murung karena merasa dirinya akan bersepeda motor sendiri seketika tersenyum saat melihat kehadiran Nafisah. Ia tidak mengira jika gadis itu akan ikut. Langsung saja Fardhan menoleh ke arah Gea dan mendapatkan kedipan mata dari gadis itu. Fardhan tersenyum sembari mengangguk. Mengucapkan terima kasih lewat kode tersebut.

Mereka tak henti-hentinya memandang takjub saat melewati beberapa area persawahan dan perbukitan. Mereka merasa memasuki surga dunia yang sedap dipandang mata. Inilah pemandangan asri milik sang pencipta.
Ketika mereka memasuki area lima kilometer jarak yang hampir sampai, Afaska merasakan kejanggalan. Jalanan yang sepi membuat ia curiga. Jalan yang begitu sunyi ini tak mungkin medadak sepi. Biasanya akan ada masyarakat yang berlalu lalang. Tapi di jalanan ini tampak berbeda.

Insting Afaska berkata akan ada sesuatu yang akan terjadi. Afaska tidak mau membuat kepanikan. Dengan santai Afaska memberikan kode pada teman-temannya. Mereka yang paham seketika menghentikan motor di tepi jalan. Tim perempuan yang tak paham maksud dari anggota geng Phoenix itu kebingungan. Mereka terdiam untuk menerima penjelasan dari mereka.

"Gue ngerasa ada yang nggak beres." Afaska mengutarakan perasaannya.

"Gue juga." Virdy menyahut.

Laki-laki itu yang memposisikan dirinya di belakang barisan juga merasakan keanehan yang dialami Afaska. Ia merasa ada yang mengikuti mereka. Namun sedari tadi laki-laki itu mencoba berpikir positif. Mungkin hanya perasaannya saja. Namun ketika Afaska memberikan kode kepada mereka membuat Virdy menyakinkan dugaannya.

"Untuk cewek-cewek, kalian masuk ke dalam mobil aja! Gue sama tim cowok yang lain akan mengalihkan perhatian mereka. Gue akan coba buat mereka muncul. Gue benci sama permainan petak umpet kaya gini!"
Mereka semua mengangguk. Dengan perasaan yang was-was, semua perempuan mengikuti arahan Afaska.

Gea yang sedikit khawatir menghampiri Afaska. Ia menggenggam tangan Afaska sejenak dan mengatakan 'hati-hati'. Ia hanya ingin keselamatan laki-laki itu.
Setelah mobil yang berisi tim cewek melaju, Afaska beserta sahabatnya yang lain mulai menghidupkan motor. Mereka berjalan sesuai arah jalan. Baru kemudian mereka berbelok ke arah lain. Afaska yang menjadi komando terlihat menyunggingkan senyum. Ia cukup meremehkan lawan yang masih belum berani muncul itu.

Dengan lihai ia membelokkan motornya ke sembarang arah. Hingga secara tiba-tiba kumpulan motor asing memblokir jalannya. Mereka sudah mencegat rombongan Afaska di pertigaan jalan. Afaska beserta yang lainnya menghentikan motor dan membuka helm. Menatap kawanan motor amatir yang sombong berdiri di depannya.

"Siapa kalian?!" hardik salah satu dari kawanan motor asing itu.

Afaska menduga pasti mereka ketua dari kawanan itu. Afaska tidak menyahut yang membuat sang penanya naik pitam. Mereka yang semula masih duduk pada jok motor mulai turun. Mereka kemudian menghadap Afaska dan berkacak pinggang.

"Lo budeg ya?" kata mereka sambil menjulurkan tangan.

Hendak menunjuk Afaska tepat diujung matanya. Namun rencana yang akan mereka lakukan berakhir menyedihkan. Tangan yang semula hendak menyelakai Afaska berakhir dengan lelucon. Dengan santai Afaska menangkap tangan yang hampir mengotori indra penglihatannya. Dengan satu gerakan tangan, sukses membuat satu suara patahan yang timbul dari tangan sang lawan.
Suara rintihan terdengar begitu memilukan. Seketika orang tersebut mundur dan mengarahkan anak buahnya untuk pergi.

AFASKA {Sudah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang