3. PEMBERIAN PERTAMA

9 3 0
                                    

Langit begitu cerah hari ini, warna biru ditimpa awan putih menjadi pemandangan yang tampak seperti lukisan yang begitu indah. Pada sepasang mata anak muda yang tengah duduk di bawah pohon rindang terpasang wajah penuh senyum diantar mereka berdua, menatap langit bersama-sama.

"Apa mereka sekarang melihat kita?" kata Winter, Jeno melihat kearah Winter lalu tersenyum menampilkan barisan giginya lalu mengangguk. Mereka yang dimaksud Winter adalah orang tua keduanya yang sudah pergi.

"Mereka tahu kita sedang bahagia, maka cerahnya hari ini mewakili" balas Jeno mencoba menjelaskan disambut senyum Winter yang melebar.

Jatuh cinta dan bersama Jeno membuat Winter banyak tersenyum bahkan kadang tertawa kecil sekarang, Winter seperti susah mengendalikan dirinya sendiri meskipun tetap merasa kikuk dan kaku bersikap lepas di depan kekasihnya yang sebenarnya sah-sah saja.

Sudah sampai di taman yang sepi, yang merupakan tempat kesukaan Winter karena memang ia tidak suka di keramaian gadis itu pun mulai mengeluarkan sesuatu di dalam tasnya.

"Wah kamu bawa apa aja nih? ini oleh-oleh dari Indonesia? untukku?" kata Jeno terdengar sangat antusias.

Winter menganggukkan kepala cepat sambil terus tersenyum.

"Ini durian namanya, buah kesukaanku. Kamu mau coba?" ucap Winter, yang tumben kalimatnya agak panjang membuat Jeno semakin bersemangat. Bagaimana tidak, ditawari oleh sang pujaan hati tentu sangat menarik.

Jeno mengangguk dan tangannya sibuk memilih bulatan durian mana yang akan dia santap, "mana? mana? sini aku habisin kalau kamu yang ngasih, kapan lagi ya kan ditawari sama orang cantik hehe" ujar laki-laki itu yang tak pernah meninggalkan rayuannya.

Winter pun tampak menahan senyumnya dan membiarkan Jeno mengambil buah yang ia bawa dari rumah tadi, Jeno pun tanpa ragu mulai menggigit buah tersebut secara lembut masuk ke dalam mulutnya.

Tapi...

Tiba-tiba Jeno mematung.

Laki-laki itu terdiam beberapa saat hingga kemudian ia meringis ke arah Winter dan mulai menampak wajah tidak suka, bahkan Jeno tak tahan untuk memuntahkan buah tersebut yang sebenarnya sudah masuk ke tenggorokannya.

"Huekk...huek...." Jeno dengan reflek ingin mengeluarkan semuanya, mengelurkan kesan rasa yang tidak enak, yang begitu lekat terasa di lidahnya sampai detik ini.

Melihat Jeno muntah, Winter malah terkekeh tanpa suara. Ia seperti sudah mengetahui tanggapan apa yang Jeno tunjukkan, karena memang buah durian itu segmental.

"Maaf Wintahh, tapi...huek...huekk ini...huekk...sangat...huee-eekkk...bau...huekk HOUGHKKK!!" suara jeno muntah semakin keras.

"Huekk...maaf ya...huekk...padahal ini...wuueekk!!....ini pemberian...huekkekk....pertama..huekk...kamueeekkk...cuuhh!" sambung Jeno yang semakin lucu didengarkan.

Mendengar Jeno masih berusaha menjelaskan untuk menjaga perasaan Winter, terlebih lagi ini memang pemberian pertamanya untuk Jeno membuat laki-laki itu merasa bersalah karena tidak memberikan reaksi yang baik padahal tentu ia berusaha.

Jeno yang semakin mual pun meminta air putih kepada Winter untuk menghilangkan after taste dari buah durian yang kuat, namun bukannya hilang rasa itu semakin kuat dan tidak enak sama sekali baunya begitu melewati tenggorokan membuat Jeno memuntahkan kembali air itu dan kembali dengan suaranya.

"Hueekkk....huekkk...hueggheekk. tolong aku!!" teriak Jeno, dengan suara beratnya yang langsung mengecil seperti tikus kejepit.

Winter bukannya sibuk menolong malah tertawa lebih keras jika sebelumnya ia hanya terkekeh, kini gadis itu mulai bersuara. Melihat Jeno muntah-muntah membuatnya tertawa, aneh tapi nyata. Tetapi sambil tertawa Winter yang mulai kasihan melihat Jeno yang sepertinya sudah mulai lelah muntah-muntah pun mengambil sebotol kopi panas yang sudah ia buat tadi dirumah dan memberikannya ke kekasihnya.

3. So, THIS IS LOVE ?? [Jeno × Winter]Where stories live. Discover now