CHAPTER 18

19K 1.2K 31
                                    

Nola menghela napas setelah membaca chat dari Malik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Nola menghela napas setelah membaca chat dari Malik. Ia dilema, rasa ingin mengabaikan teramat tinggi, namun saat teringat berkat jasa Malik kedainya kebanjiran rezeki. Kesannya jelas nggak sopan jika ia langsung menutup aplikasi.

"Kenapa, Mbak?"

Tanya Fany tiba-tiba berdiri di belakang setelah selesai buang air kecil. Perempuan itu penasaran akan apa yang menimpa bosnya hingga menampilkan ekspresi kebingungan sambil menatapi layar.

Nola segera menyimpan ponsel ke dalam ransel sebelum menjawab pertanyaan Fany. Kemudian ia berdiri ikut bersiap menutup kedai setelah waktu menunjukkan pukul 10 malam.

"Nggak apa-apa."

Fany mengangguk tak lagi bertanya, selanjutnya ia beralih membantu Bagas menyusun peralatan makan di rak belakang.

Sepuluh menit kemudian, usai mengunci rapat kedai dan memastikan tak ada barang yang tertinggal. Ketiganya melangkah menuju parkiran, sebelum memakai helm Nola berdehem sebentar.

"Besok aku nggak datang ke kedai. Kalian berdua, jangan sering bertengkar. Jaga diri baik-baik dan jangan lupa untuk saling memberi bantuan."

Mendengar titah dari atasan, Bagas dan Fany mengangkat jempolnya bersiap mewujudkan. Keduanya tentu akan profesional jika menyangkut pekerjaan.

Setelah saling berpamitan, masing-masing berkendara dengan laju sedang. Walaubagaimanapun mengendarai motor di malam hari memunculkan rasa mawas diri pada mereka dan tentunya keselamatan paling utama.

Nola tiba di rumah bertepatan Eyang sedang mematikan layar televisi. Entah kebiasaan atau bagaimana, setiap suara deru motor cucunya terdengar di telinga, Eyang pasti bersiap menyelesaikan acara menonton drama.

"Kok belum tidur?" tanya Nola dengan raut wajah lelah, binar matanya tampak sayu.

"Sinetronnya baru selesai," sahut Eyang sambil tertatih memencet saklar lampu.

Mendengar itu, Nola tersenyum tipis. Alasan yang masuk akal meski kebenarannya Eyang tak pernah absen menunggu kepulangan.

"Kalau gitu sekarang Eyang istirahat. Aku kan udah pulang dengan selamat."

Perempuan renta itu terdiam menatap lekat, sebelum kemudian bertanya hal akurat.

"Pesanan Eyang sudah dikirim?"

Gerakan membuka pintu kamar terhenti, Nola menoleh sejenak. "Udah. Jam delapan tadi Mas Malik chat aku. Dia bilang martabaknya enak."

Kejujuran Nola menjadikan senyum terpatri di bibir eyangnya.

"Martabaknya kamu yang buat to?"

Bola mata Nola melebar, rasa kantuknya sekejap menghilang. Eyangnya ini benar-benar, suka sekali menyebalkan.

"Iya, aku yang buat."

Dalam hati, Nola tergelak, padahal kenyataannya Bagas yang membuat.

"Bagus itu. Ya sudah, Eyang tidur dulu."

Let It FlowWhere stories live. Discover now