11 - Gempar

99 62 248
                                    

Motor Gevan berjalan membelah gelap nya malam. Terpa angin berhembus menyentuh kedalam inti kulit. Hanya suara deru motor yang menghilangkan sunyi nya malam. Tangan Gevan bergerak mengeluskan kaki yang menjadi penumpangnya. Fikirannya saat ini begitu tenang, hidupnya seakan lebih berwarna dari sebelumnya.

"Kak, jangan gitu. Nanti aku baper, gimana?" Ucapnya memecahkan keheningan. Gevan yang mendengar itu terkekeh lalu meminggirkan motornya, kemudian membalikan badan nya menghadap Carolline. Ia tersenyum, sebelum sesuatu menyentuh pipi Carolline.

Cup

Carolline memegangi pipinya terkejut, dadanya berdetak tidak karuan. Rasanya seperti jutaan kupu-kupu terbang dari perutnya. Pipinya berhasil memerah sempurna, Gevan melepaskan jaket yang ia kenakan untuk menutupi bagian paha Carolline.

"Gada yang boleh ngelakuin ini, kecuali gua. Paham?" Titah nya, Carolline mengangguk patuh. Detak jatungnya bertambah 3 kali lipat saat ini, terlebih jarak wajah mereka hanya tersisa beberapa centi.

Carolline memejamkan matanya, dan memajukan sedikit bibirnya. Gevan menahan tawanya, ia mengerti akan apa yang sedang Carolline fikirkan. Dengan senyuman miringnya, Gevan menyentil bibirnya pelan dan melepaskan tawanya.

"Kak Gevan! ih kenapa di sentil sih. Emang bibir aku kelereng?" Ucapnya kesal melipat kedua tangannya di dada dengan bibir yang mengerucut.

"Lagian mikirnya jorok, anak kecil tau dari mana cium cium gitu, hm? Lagian gua gamau nyium bibir bekas es krim corneto kek gitu." Memang benar, sebelumnya Carolline meminta Gevan membelikannya es krim sebelum mengantarkannya pulang.

Gevan membalikan badannya dan menyalakan motornya kembali. Ia membiarkan gadisnya yang masih ngambek. Tangannya bergerak membawa tangan Carolline memeluk pinganggnya. Gevan merasa Carolline saat ini tengah dilanda rasa kantuk, bisa terlihat dari matanya. Sekitar 10 menit berjalan, benar saja Carolline sudah tertidur dengan posisi tangan yang memeluk pinggangnya dan kepala yang ditopangkan ke punggungnya.

Motornya sudah berada tepat di pekarangan rumah Carolline. Ia menggendong dan membawanya masuk kedalam kedatangannya sudah di sambut oleh Alex dan Elisa.

"Permisi om, tante. Maaf Gevan mulangin Lili kemaleman." Alex menepuk pundak Gevan pelan dan mengerti.

"Gak apa-apa, om ngerti kok. Namanya juga anak muda." Ucap Alex tersenyum.

"Bawa masuk ke kamarnya aja ya. Ada di lantai 2, yang pintunya warna coklat." Gevan mengangguk mengerti, dan membawa Carolline masuk.

Gevan merebahkan tubuh Carolline di kingsize, dan tidak lupa untuk menyelimutinya. Terukir senyuman di wajahnya,  melihat Carolline tertidur membuat dirinya merasa jauh lebih tenang. Ia membelai surai Carolline sambil berbisik "Sweat dream sweaty." Dan mengecup bibirnya sekilas.

♡♡♡

Cahaya matahari masuk melewati celah dari ventilasi jendela. Akibat pantulannya membuat sang empu yang sedang tertidur terbangun. Ia meraba raba nakas kecil di samping kasurnya, untuk mencari benda yang ia cari.

"Mimpi semalem indah banget, mau tidur terus aja bawaanya, biar mimpi ketemu kak Gevan terus." Beonya sambil terkekeh dan berguling-guling.

"Udah, ngedumelin gua nya?" Tanya seseorang dari balik pintu. Mata Carolline tertuju oleh sumber suara yang ia dengar. Dirinya belum tersadar ketika iris matanya benar-benar melihat Gevan di depan matanya.

"Kak Gevan, dikamar? Ini masih mimpi kah? Yatuhan jangan bangunkan aku lagi kali ini jika benar memang mimpi." Pintanya dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Gevan tertawa melihatnya dan menghampiri untuk menyadarkan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GEVANO WIBOWO | ON GOINGWhere stories live. Discover now