14

44 3 0
                                    

Nendra yang tidak tega menyuruh Farsan berdiri terus, ia mencari tempat duduk yang kosong untuk kekasihnya. Nendra menarik satu kursi untuk membuat Farsan mau duduk.

Tapi bukannya menurut, Farsan malah menatap Nendra binggung.

"Aku yang akan mengambilkan kue, kamu nanti lelah," jelaskan Nendra yang paham akan kebingungan kekasihnya.

Mendengar perhatian Nendra yang selalu membuatnya nyaman dan tidak kelelahan, Farsan mengiyakan. Dengan senyum di wajahnya Farsan duduk tepat di kursi yang telah Nendra tarik.

"Kalau begitu aku pergi dulu," izin Nendra yang lagi, lagi Farsan balas anggukan.

Sepeninggalannya Nendra, Farsan langsung memperhatikan beberapa tamu. Walaupun beberapa dari mereka belum tahu siapa Farsan, tetap saja ada senyum ramah ditunjukkan saat pandangan mata mereka saling bertemu.

Mereka mungkin juga mengira Farsan tamu undangan, jadi sudah jelas dari keluarga kaya.

Farsan menghela napas, ditinggal sebentar saja oleh Nendra sudah membuatnya tidam nyaman. Jujur dia binggung harus melakukan apa. Sampai kursi di depannya ditarik, membuat Farsan semakin pucat melihat sosok ibu Nendra ternyata mengambil kesempatan.

Ingin lari juga tidak bisa, bisa-bisanya dikatakan sebagai calon menantu yang tidak tahu diri.

"Ke mana Nendra?" Tanya Bella sambil menatap kesekeliling.

Dengan kepala menunduk dan wajah gugup Farsan menjawab, "Ambil kue, Tante."

Bella mengakat kedua alisnya, memandang Farsan dengan wajah datar. Melihat postur badan Farsan, Bella jadi gatal ingin mengomentari. Ia tidak suka menantu penakut dan tidak kuat mental.

Tatapan mata Bella makin penuh selidik, hingga helaan napas kasar terdengar. "Panggil Mama! Kamu harus punya aura kuat untuk menjadi menantu saya," ujar Bella yang terkesan ketus.

Farsan yang semakin merasa teritimidasi hanya mengangguk kaku. "I-iya, Mama."

"Lalu, apa kamu sudah terapi untuk memulihkan ingatan?"

Fasran yang tidak membahas ini dengan Nendra seketika binggung. Lagi pula, dari semua kebutuhan pengobatan Farsan, hanya ini yang tidak pernah dibahas.

Nendra juga selalu menunjukkan rasa tidak masalahnya dengan ingatan Farsan yang terhapus.

Namun,Bella juga sepertinya tidak akan mengerti masalah ini, jadi Farsan hanya menunduk dengan kepala menggelang lemah.

"Apa kamu benar-benar nyaman lupa ingatan?!" Nada Bella sedikit meninggi, tapi masih dibatas wajar. Mungkin karena takut tamu lain mendengar,

Farsan yang takut bertanya dengan suara lirih. "Maksud, Mama?"

"Kalian ingin menikah, tapi kamu masih seperti ini. Pasti ada kenangan indah kalian berdua yang ingin Nendra kenang bersama. Masa pacaran kalian, dan hari hampir bertunangan di masa lalu. Tapi kamu dengan remehnya ingin melupakan itu?" Bella menatap marah, hingga tangannya terkepal di atas meja.

Rasa tidak nyaman Farsan meluap, ia ingin kekasihnya itu ceopat datang. Farsan rasa hanya Nendra yang bisa menjelaskan tentang masalah ini kepada ibunya.

Farsan juga sedikit membenarkan omongan dari ibu Nendra, sudut hatinya cukup tercubit mengingat bagaimana usaha Nendra sebelumnya yang mungkin Farsan lupa.

Belum lagi rasa bersalah karena tidak mengingat teman-temannya yang bertemu di mal waktu. Perlahan wajah Farsan memucat, ia jadi banyak pikiran.

Bella yang melihat Farsan menjadi gelisah cukup panik. Wajah Farsan yang awalnya penuh senyum malah pucat sekarang, ia meringis pelan sambil meremat kedua tangannya di atas meja.

Kuku-kuku cantik Farsan perlahan mulai melukai tangannya sendiri. Farsan menggaruk secara tidak sadar hingga punggung tangannya mengeluarkan darah.

"Farsan," panggil Bella yang sebenarnya tidak bermaksud memberikan serangan panik kepada calon menantunya.

"Akh .... sakit," rintih Farsan yang merasakan kepalanya seperti tertimpa beton.

Bella yang ingin menenangkan Farsan lewat sentuhan langsung ditepis oleh Nendra. Putranya itu datang dengan penuh kemarahan.

Farsan benar-benar kesakitan, membuat Nendra langsung mengedongnya seperti koala. Sementara tangan Farsan tidak mampu lagi memegang Nendra karena lemas.

"Jangan harap mama bisa bertemu Nendra atau Farsan lagi setelah ini!" Nendra segera pergi dari acara pernikahan adiknya yang disaksikan banyak tamu.

Bella ditempatnya, hanya bisa mematung dengan berlinang air mata. Bella ingin mengejar Nendra dan menjelaskan kalau tidak bermaksud, tapi apakah anaknya itu akan percaya?

Siapa yang ingin memegang takdir seburuk ini? Kalau bisa aku juga akan menjalankan hidupku sesuai keinginanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa yang ingin memegang takdir seburuk ini? Kalau bisa aku juga akan menjalankan hidupku sesuai keinginanku.

Memories (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang