18

56 4 0
                                    

Yata sudah tiga hari memperbaiki perubahan yang akan terjadi dengan proyek. Ia sampai tidak tidur di rumah, dan akibatnya sangat jarang bertemu dengan Gian.

Saat pagi Yata hanya akan pulang untuk memasak sarapan, lalu pergi lagi. Sementara untuk makam mal
am, Yata pulang sekitar jam lima sore, pergi lagi jam tujuh malam setelah meminta izin Gian.

Pada akhirnya setelah perjuangan keras selama beberapa hari terakhir, Yata akhirnya menemukan perusahaan yang mau memberikan suntikan dana. Itu adalah perusahaan keluarga Donahue.

Yata ingin menolak, supaya tidak dikatakan sebagai orang yang memanfaatkan pernikahan. Namun, setelah perjuangan keras, promosi sana-sini, meminta bantuan kepada perusahaan yang sering dibantu, Yata tetap tidak mendapatkan suntikan dana sesuai harapan.

Pada akhirnya Yata jatuh pada uluran tangan Nendra. Ia datang ke perusahaan Donahue pagi-pagi sekali, berharap cepat selesai dan Yata bisa pulang lebih awal hari ini.

Saat Yata mengetuk ruangan Nendra, sekretarisnya langsung menyambut dan menyuruh Yata masuk.

Yata patuh, ia duduk di hadapan Nendra yang disambut dengan wajah datar. Selama beberapa pertemuan, Yata tahu karakter Nendra memang seperti itu. Ia hanya bisa menunjukkan sisi lainnya saat bersama Farsan.

Dengan senyum ramah, Yata mengucapkan kata lebih dulu. "Mungkin ini agak merepotkan, karena belum lama menikah, perusahaan kami malah meminta bantauan," ucap Yata tidak enak.

Namun, Nendra hanya menghela napas. "Gian itu adik saya, maka kamu juga adik saya. Bukankah saya sudah katakan akan membantu semua masalah kamu?"

Yata hanya mengangguk. Ia tersenyum sambil menyerahkan dokumen pertimbangan kepada Nendra. Kalau memang Nendra tidak suka, ia bisa menolaknya.

Nendra membaca sebentar. Matanya dengan jeli mengamati beberapa aspek yang menurutkan memiliki timbal balik. Walaupun kali ini tujuannya bukanlah untuk keuntungan.

"Apa menikah dengan Gian membuat kamu bahagia?"

Yata hampir tersedak salivanya sendiri. Padahal Yata telah menyiapkan semua jawaban tentang proyek, tapi Nendra malah menayakan tentang pernikahan. Soal itu Yata benar-benar tidak punya jawaban.

Melihat adik iparnya diam saja, Nendra sedikit paham akan situasinya.

"Gian itu keras soal pendirian. Karakternya juga terkadang sesuai dengan keinginannya. Mungkin karena Gian sedikit dimanjakan dalam keluarga yang hancur. Tapi jika sudah lulun Gian akan melakukan apapun untuk orang yang disayangi. Gian itu mudah luluh," ujar Nendra yang sedikit banyak tahu karakter adiknya.

"Kamu bisa jelaskan lebih banyak situasinya, mungkin soal kondisi yang menjerat kalian saat ini. Kalian tunjukkan penderitaan satu sama lain, mungkin suatu kebaikan dalam hubungan akan muncul ke depannya."

Yata mengangguk samar, dia mengambil lagi dokumen yang ada di atas meja. Untuk dirapikan.

"Soal ini, saya akan membantu," jawab Nendra final dengan tujuan utama pertemuan.

Sang sekretaris juga sudah menyiapkan jadwal untuk mencari waktu agar bisa membuat kesepakatan dengan cepat.

"Besok siang ke perusahaan kamu untuk menyelesaikan kontrak."

Yata dengan senyum ramah mengangguk. "Terima kasih, Pak Nendra. Saya senang mendengar kabar baiknya."

Nendra tidak membalas senyuman Yata, tapi lebih meneliti wajah kelelahan Yata yang terlihat jelas.

"Apa pria sialan itu masih menyiksa Yata?" batin Nendra, dengan kedua tangan mengepal di bawah meja.

Nendra membiarkan sekretaris mengatar Yata pergi. Sementara Nendra yang sudah tidak bisa menahan emosi seketika mengutuk dalam diam.

Secepatnya Nendra akan melepaskan jerata keluarga Wilasa. Mereka benar-benar sampah.

Adiknya Gian harus bisa menarik Yata dari lumpur penghisap itu. Dengan perjodohan ini Nendra mengharapkan kebagiaan Gian dan Yata. Walaupun awalnya perjodohan, Nendra melihat ada kesempatan untuk mereka saling melengkapi.

Gian adalah adik Nendra yang membuatnya sampai titik ini. Dulu sebagai seorang kakak Nendra hanya ingin melindungi Gian. Sebenarnya sampai detik ini hanya Gian yang tidak pernah Nendra benci, sekalipun saat Nendra melihat hidup Gian lebih bahagia.

 Sebenarnya sampai detik ini hanya Gian yang tidak pernah Nendra benci, sekalipun saat Nendra melihat hidup Gian lebih bahagia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak perlu ada ungkapan atau kata sayang seorang kakak menyayangi adiknya.

Memories (END)Where stories live. Discover now