Nurut Aja....

206 21 13
                                    


Description‼️

Farez:
- Pria 35 tahun
- Debt Colector tingkat atas
- Dingin, galak, licik

Barra:
- Pria cantik 27 tahun
- Pekerja kantor biasa
- Mandiri, ceria, sedikit polos

Cameo:
Kris (Teman sekantor Barra)

*****

Barra melempar ponselnya ke sofa, "Kakak sialan, udah nyusahin! Pergi malah ninggalin banyak hutang kayak gini! Nyesel gue nampung dia, sekarang gue terus yang dikejar tuh debt collector!"

Hidup sendiri setelah kepergian orang tuanya, malah membuat hidupnya menjadi sulit. Tidak akan menjadi masalah jika dia benar-benar sendiri, lebih baik seperti itu, tapi karena ulah sang Kakak yang malah pergi entah kemana malah menjadikan hidupnya sengsara.

Bagaimana tidak, kakak laki-lakinya yang hobi berjudi itu malah meninggalkan banyak hutang dan menggunakan namanya sebagai jaminan.

"Gaji gue lama-lama bisa abis gara-gara ini. Udah lah bodo amat, gak bakal gue bayar buat kali ini! Capek gue! Nama gue jelek ya udah!" Kesal Barra.

Dirinya segera mengganti baju kerjanya, kemudian memakai kaos tanpa lengan juga celana pendeknya. Ia kemudian fokus pada ponsel.

Sedangkan di tempat lain, seorang pria berpakaian serba hitam tengah mengendarai sepeda motor besarnya memasuki sebuah gang sempit di tengah kota. Motor itu berhenti di sebuah rumah mungil paling ujung, pria itu turun dan menatap ponselnya.

Hari ini ia ditugaskan untuk menagih hutang pada salah satu debitur yang dinilai sangat sulit untuk diajak berkompromi. Itu Farez. Memang ini bagiannya, jika teman-temannya yang lain sudah tidak bisa mengatasinya, maka dirinya akan ditugaskan turun ke lapangan.

"Masih muda padahal, udah punya hutang sebanyak ini buat apa?" Gumamnya melihat profil yang dia dapat.

Tok tok tok

Barra yang tengah fokus bermain game di ponselnya pun menoleh, "Ck, pasti tuh bapak-bapak kemarin lagi. Udah dibilang gue gak mau bayar! Masih aja dateng!"

Ia mencoba abai.

Tok tok tok

"Ini orang ya!" Kesalnya kemudian berjalan cepat ke arah pintu. Barra kemudian membuka pintu itu kencang, "Apa-" kalimatnya terhenti ketika melihat siapa yang berada di depan rumahnya.

"Loh! Kok beda dari yang kemarin??" Batinnya.

"Barra?" Tanya pria di depannya dengan wajah datar.

Jantung Barra berdetak kencang, ia merasa gugup namun setelahnya mengangguk.

"Tagihan kamu sudah terlambat 2 bulan, hari saya minta kamu lunasin semuanya!" Ucap Farez dingin namun nada tegas. Cukup membuat Barra tertegun dan takut, tapi rasa kesalnya lebih dulu muncul.

"Ck, saya udah bilang sama temen masnya kemarin ya! Saya nggak mau bayar, yang ngutang kakak saya, sekarang nggak tau minggat ke mana!" Kesal Barra.

"Saya nggak mau tau, di sini kan datanya atas nama kamu! Kamu mau saya laporin ke polisi!?" Hardik Farez membuat Barra sedikit takut.

"Ya-ya terus gimana! Saya juga korban di sini!" Protes Barra hampir menangis, jujur saja ia lelah.

Farez menatap Barra sesaat, senyum tipis terpatri di wajahnya. Biasanya dirinya tidak akan pandang bulu, namun kali ini nampaknya ia harus memikirkan cara lain.

"Oke, saya kasih kesempatan sampai akhir Minggu. Paling tidak harus ada pembayaran separuhnya, biar denda berjalannya berhenti. Kalau tidak...." Kalimatnya menggantung, kemudian berjalan mendekat ke arah Barra, "Saya akan minta pembayaran dengan cara lain."

FAREZ-BARRA MINI ONESHOOT (ForceBook Versi Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang