[CHAPTER 12]

28 6 0
                                    


"Selamat merayakan bertambahnya usia, meskipun tidak pernah bertambah."

————————————————————

Danda kembali menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Namun, tak beberapa lama mereka berpencar menuju kelasnya masing-masing.

Danda berjalan menyusuri lorong sekolah hingga ia sampai di kelasnya yang berada di sudut sekolah. Saat ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, ia melihat seorang gadis yang ia kenal sedang duduk di pojok ruangan.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Rukaya, wali kelas X IPA 1.

"Dan, sini!" panggil gadis itu, itu Mala anak Mami dan Papi kos—Nya, memintanya untuk duduk di kursi kosong di sebelahnya.

"Makasih, Mal."Ucap Danda pada Mala.

"Ibu ingin memberitahukan bahwa sebelum melakukan pembelajaran, ada lebih baiknya kalian untuk membeli buku terlebih dahulu agar pembelajaran bisa berjalan dengan lancar. Buku bisa dibeli di koperasi. Harganya tentunya murah...."

"Hanya satu juta saja."

"Ibu tidak memaksa kalian untuk membeli, tapi jika tidak mempunyai buku konsekuensinya ditanggung sendiri. Menulis soal dan materi di buku tulis."

Tentunya Danda terkejut, baginya itu bukan harga murah, tentunya sangat mahal baginya. Bagaimana ia bisa mendapatkan uang sebegitu banyaknya? Ia takut jika meminta kepada Ayahnya. Dan apakah Ayahnya akan mempunyai uang sebanyak itu?

Selalu saja guru menggunakan akal-akalan seperti ini, tidak memaksa akan tetapi memberikan sanksi bagi yang tidak mempunyai.

Lantas bagaimana dengan orang yang mempunyai masalah seperti Danda? Akankah menulis semua materi dan soal yang sebanyak itu sebagai solusinya? Dunia memang tidak adil untuk orang-orang sepertinya.


————————————————————

Terdengar suara bel berbunyi nyaring, para murid SMA Nusantara berlari berhamburan menuju pintu gerbang. Tak luput dari keempat anak adam ini, mereka berlari menuju parkiran rahasia mereka.

Bambang yang penuh semangat berlari lebih cepat, mendahului ketiga temannya di belakang. Sedangkan kedua orang di belakang, nampaknya terlihat cukup gusar, lantaran jika tidak ada angkot siang ini sudah dipastikan kejadian pagi tadi akan terulang lagi.

Setibanya di parkiran rahasia mereka, Danda mencoba menstater motornya. Namun, motornya tak kunjung hidup, meskipun ia terus-menerus menstater sambil mendorong starter manual di motornya.

Akan tetapi, jerih payahnya tak berhasil. Keringat terus mengucur dari kening Danda. Akhirnya, ia memilih untuk menyerah saja. Biar, bengkel Maju Mundur yang mengurusnya nanti.

"Motor lo nggak mau nyala?" tanya Bambang dengan raut wajah yang sedikit kecewa.

"Iya, kayaknya ada masalah di aki deh. Nanti biar gue bawa ke bengkel aja." Jawab Danda sambil menatap motornya.

Wajah kedua orang selain Danda dan Bambang, terlihat tersenyum tipis, setelah mendengar bahwasanya motor Danda tidak mau hidup kembali. Tapi, mereka juga tidak enak, karena merekalah motor milik Danda harus mengalami masalah.

"Dan, maaf ya, karna kita motor lo jadi kayak gini." Sesal Ronal dengan wajah yang sedikit memelas.

"Iya, Dan. Karna gue bangun kesiangan, motor lo jadi kayak gini. Maaf ya," kali ini Johan mengungkapkan penyesalannya kepada Danda.

SAMPOERNA [ON GOING]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt