20

3.7K 270 2
                                    

🗻 Rinjani

Kami menjalani hubungan ini dengan cukup baik, beberapa kali mas Juna akan menginap di kosan, biasanya saat hari kerja mendekati weekend, pekerjaannya malah akan menumpuk di hari-hari itu jadi dia putuskan tidur di kos aja, apa kami masih menyembunyikan hubungan ini dari anak-anak kos? jawabannya iya.

Apa anak-anak masih suka caper ke mas Juna? jawabannya juga iya, masih! bahkan kemarin terang-terangan si Tuti, anak angkatan bawah yang memang jurusannya ekonomi tidak segan-segan meminta bantuan dari mas Juna untuk menjelaskan tentang diktat yang dia punya dan katanya sih belum paham, mas Juna sempat melirikku seakan meminta persetujuanku, aku hanya mengangguk kecil bagiku gak akan rugi kalau kita berbagi ilmu kan? tapi yang membuat aku jengah adalah pada nyatanya Tuti malah fokus ke mas Juna, bukan penjelasannya, aku sampai tidak beranjak dari meja makan dapur hanya untuk gadis ini tidak tiba-tiba mencium pacarku!

Aku menoyor pelan kepala Tuti karena sudah jengah "Dengerin, bukan lihatin mas Juna doang kamu!"

"Eh, dengerin kok mbak!" dia sedikit mengerucutkan bibirnya ketika aku menegur.

"Coba ulangi!" pintaku dan mas Juna tersenyum tapi mengangguk "Iya Ti, coba kamu ulangi, biar aku tahu kamu sudah paham belum," Tuti salah tingkah tapi mencoba untuk menuruti perintah kami, jadi dia merangkum dengan sedikit terbata "Tuh kan gak lancar!" ledekku.

"Kecakepan ah dosennya, skip skip!" Mas Juna tersenyum kemudian ponselnya berdering "Kamu lanjutin sendiri ya," setelah itu mas Juna mengangkat panggilan telponnya dan aku meledek Tuti "Caper aja, belajar sana!"

"Dih mbak Jani sewot banget, cemburu ya gak bisa dekat-dekat mas Juna?"

"Dih apaan," aku tidak terima.

"Gak ada bahan ya mbak? jadinya sewot?"

"Buset bocah belagu, udah balik kamar sana!" aku mengusir Tuti dengan bercanda dan dia lagi-lagi menuruti perintahku, tidak lama mas Juna balik dan bilang kalau teman-temannya mengajaknya kumpul.

"Kamu mau ikut?" aku menggeleng.

"Aku belum siap ketemu temn-teman kamu mas, lagian aku mau cari barang-barang kedai sama Olin,"

"Oh iya kalian sudah janjian ya?" aku mengangguk.

"Ya sudah kalau gitu nanti malam kita makan bareng?"

"Boleh,"

"Ya sudah aku siap-siap kalau gitu, boleh cium gak sih?" aku melirik keadaan ke kiri dan kanan.

"Aman, yang gak ada orang," balasnya cepat seolah tahu maksudku.

"Lagian kamu nih ngapain sih pakai acara nyembunyiin hubungan kita ke anak kosan? susah sendiri kan!" dia langsung mencium pipiku kemudian diakhiri dengan memberi tanda salib kecil di dahiku, kebiasaan kami kalau akan berpamitan.

"Nanti hati-hati nyetirnya, kabarin aku, oke?" aku mengangguk sambil tersenyum.

"Siap pak kos!"

"Aku masukk dulu, bye yang!"

"Bye masa depan cerahku!" mas Juna masuk menuju ke kamarnya sendiri yang ada di dalam rumah utama, sedangkan aku langsung menghabiskan sereal yang tadi aku makan untuk memantau mas Juna dan Tuti.


Aku menyusul Olin ke rumahnya, tampaknya dia sudah menunggu di teras rumah, jadilah dia langsung berlari menuju mobilku setelah menutup pagar rumahnya dan memastikan sudah tergembok dengan benar "Kok sudah di luar sih? padahal aku mau pamit sama mami,"

"Mami lagi pacaran sama doi nya, kamuu telat!" akau tersenyum, orang tua Olin aku panggil mami dan papi juga, kami sudah kenal sejak masuk TK, papi adalah kontraktor yang cukup besar, mami ibu rumah tangga yang asik, seringkali mami ikut papi ke proyek proyek di luar kota, katanya sambil pacaran, oh ya Olin anak kedua, abangnya sudah menikah dan hidup di Solo, jadi ya begitu lah lebih sering menghabiskan waktu denganku kalau dia sedang jomblo.

Juna Jani, I Love You Pak Kos! [Hiatus]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें