04

107 9 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elsa yang tengah duduk di depan kamar pasien sembari membalas pesan-pesan dari adiknya, tiba-tiba dikejutkan dengan suara kenop pintu yang terbuka bersamaan dengan presensi seorang dokter yang berjalan keluar dari dalam sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Elsa yang tengah duduk di depan kamar pasien sembari membalas pesan-pesan dari adiknya, tiba-tiba dikejutkan dengan suara kenop pintu yang terbuka bersamaan dengan presensi seorang dokter yang berjalan keluar dari dalam sana.

"Apakah anda keluarga dari pasien?" Ditanya seperti itu, Elsa lantas menggelengkan kepala. Dan dengan sadar menjawab,

"Bukan, pak. Tapi saya saksi sekaligus orang yang membawa dia ke sini." Jawabnya. Pak dokter itu pun mengangguki ucapan Elsa.

"Jadi, kondisi pasien sekarang memang tidak parah. Hanya saja ada bekas serempetan pada kaki kanan dan tangan kanannya. Dia juga tidak mengalami patah tulang apapun, tapi dikarenakan perasaan syok, dia belum bisa dengan jelas menanggapi ucapan-ucapan orang lain."

Elsa mengangguk-angguk di sela-sela dokter tersebut menjelaskan. Ia pun kini melirik ke dalam ruangan. Pintunya tidak tertutup sempurna, sehingga Elsa dapat melihat sedikit ke dalam sana.

"Sepertinya sih hanya itu saja ya saudari..." Elsa kembali menatap sang dokter. Kemudian dengan cepat menyebut namanya sendiri.

"Elsa."

"Oke, saudari Elsa. Pembayaran bisa dilakukan di ruang administrasi dan jika ada apa-apa tolong segera panggil dokter dengan memencet bel di dekat ranjang pasien. Terima kasih."

"Baik, terima kasih kembali, dok." Pak dokter itu pun pergi. Tersisa Elsa yang kini nampak bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

Apakah dirinya harus masuk?

Tapi dia harus melakukan apa jika sudah di dalam? Pun, dia tak mengenal orang yang telah dirinya selamatkan itu.

Tetapi, memang sepertinya tidak ada pilihan lain. Ia harus masuk ke dalam.

Lalu, Elsa berjalan perlahan ke dalam ruang rawat dimana di dalamnya berisi perempuan yang telah dirinya tolong. Kemudian, ia menutup pintunya dengan rapat, namun karena gugup, ia malah tak sengaja membanting pintu tersebut.

BRAK!

Perempuan yang tengah terbaring di atas ranjang itu langsung terlihat menatap Elsa. Matanya membulat, tanda bahwa ia terkejut.

Elsa dengan cepat membalikkan badan. Kemudian membalas tatapan perempuan itu.

"M-maaf..." Ujar Elsa. Orang yang sedang dirinya ajak bicara itu hanya diam. Kemudian menghela nafasnya sejenak.

Sungguh, Elsa malu sekali. Mengapa ia harus melakukan hal bodoh di depan orang yang tak dirinya kenal?

Elsa berjalan menuju perempuan itu. Kini dengan perlahan, berjaga-jaga kalau saja ia melakukan hal bodoh lain.

"Saya di sini sampai kapan?" Tanya perempuan itu. Elsa menggigit bibir bawahnya sejenak. Turut merasa bingung untuk menjawab pertanyaannya.

"Gue nggak tahu sih. Tadi lupa nanya. Tapi lo istirahat aja dulu, kalo dokternya dateng lagi nanti gue tanya." Jawab Elsa. Sementara perempuan itu mengalihkan perhatiannya dari Elsa menjadi ke arah jendela.

"Makasih udah nolongin saya." Ujar perempuan itu.

"Iya. Cepet sembuh ya, mbak."

Perempuan itu mengangguk pelan. Ia kemudian kembali menghela nafas. Elsa merasa bingung, apakah perempuan ini sudah sepenuhnya sadar? Bukannya pak dokter tadi berkata kalau dia masih dalam keadaan syok?

"Nama saya Chate." Ujarnya. Elsa yang tadinya sedang menatap selimut yang perempuan itu pakai, lantas kembali menaruh atensinya ke arah wajah perempuan itu.

"Oh— saya Elsa."

"Maaf udah ngerepotin. Nanti uangnya-"

"Biar nanti gue yang urus."

Perempuan yang memperkenalkan dirinya sebagai Chate itu pun menoleh.

"Kalau gitu saya ganti."

"Nggak perlu."

"Tentu perlu dong, El. Walau nggak bisa secepatnya, ya saya tetap harus ganti uang kamu."

Elsa sebenarnya benar-benar tak merasa keberatan jika Chate tidak mengganti uang administrasi rumah sakitnya itu. Ia ikhlas menolong Chate.

"Terserah lo deh. Yang penting sembuh dulu." Chate kemudian diam, begitu juga dengan Elsa.

"Btw, lo nggak mau ngehubungin keluarga lo?"

Chate menggeleng. "Saya nggak punya keluarga di sini. Tapi mungkin kamu bisa tolongin saya dengan ngehubungin teman saya."

You Belong With Me | ENGLOT AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang