24

3.1K 239 4
                                    

🗻 Rinjani

Aku langsung berlari menuruni tribun, meninggalkan mas Juna tanpa kata-kata lain lagi yang keluar dari bibirku, Naga langsung menyusul ku dan dia merebut kunci mobil yang sedang aku bawa "Aku aja yang nyetir," aku hanya bisa diam dan tidak membalas apa pun.

Akhirnya kami sama-sama masuk dan Naga mengelus punggungku "Need a hug?" aku tidak membalas tapi dia langsung membawaku dalam pelukannya, tangisku pecah dan menjadi keras disana, rasanya yang tadi keluar di hadapan mas Juna hanyalah gerimis, sekarang yang Naga dapatkan adalah badai beserta petirnya.

"Gak apa-apa dek, keluarkan dulu semuanya biar kamu lega dan agak tenang," tangannya masih mengelus punggungku, dan entah berapa lama akhirnya aku benar-benar meluapkan semua tangisanku.

"Sudah?" tanyanya setelah aku merasa air mataku tidak lagi keluar, dia menciptakan jarak untuk kami dan mengusap wajahku sambil memperhatikan lebih dalam "Mau kemana kita? aku yakin kamu gak mau balik ke kos dan rumah papa saat ini,"

"Ke apartemen aku aja ya?" dia memberikan opsi, Naga memang belakangan memakai apartemen yang dia dapat dari nenek, ibu dari papa, saat kita awal kuliah nenek memberi kami masing-masing 1 unit apartemen sesuai dengan pilihan kami, tapi aku belum pernah memakainya sama sekali.

"Apa mau kemana dulu? aku turutin asal kamu bisa lebih tenang," entah aku harus bersyukur seperti apa memilikinya di dunia ini.

"Aku gak tahu mas, gak bisa mikir," dia mengelus kepalaku kemudian mencium puncaknya "Kalau gitu serain ke aku aja, aku yang pilih, deal?" aku hanya melihatnya sekilas dan dia langsung menjalankan mobilku, mobilnya sendiri dia tinggal dan bukan masalah besar untuknya.

.

Sepertinya aku sudah tertidur karena terlalu lelah menangis sampai Naga membangunkan ku dengan hati-hati "Dek, sudah sampai nih," aku membuka mataku perlahan dan langsung bertanya padanya "Dimana?"

"Phosarang," jawabnya enteng, ternyata dia membawaku ke Kediri, salah satu goa Maria favorit mama.

"Biar kamu lebih tenang, ngadunya langsung ke pusat aja." Naga tersenyum kemudian memintaku untuk segera turun dari mobil.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari tapi tempat ini termasuk ramai peziarah, biasanya di malam-malam tertentu akan ada misa tapi hari ini adalah hari biasa jadi setidaknya tidak terlalu padat.

Aku dan Naga langsung berjalan menuju goa, dan Naga sempat meminjam tikar kepada petugas keamanan karena menurutnya tubuhku butuh berbaring sebentar, aku sudah duduk di kursi-kursi kecil saat Naga sibuk  menggelar tikarnya, ya seperti piknik di depan goa bunda Maria yang sangat besar.

"Ayo nyalain lilin!" ajak Naga dan aku pun mengangguk mengikutinya menuju ke patung bunda Maria yang sangat besar yang berada di dalam goa, Naga menyalakan lilin miliknya kemudian aku susul, kami meletakkan lilinn ini bersebelaha "Maaf ya bunda gak bawa bunga, tokonya belum buka hehe," ucap Naga membuatku tersenyum tipis.

"Aku duduk belakang ya, kamu kalau mau disini dulu gak apa-apa," aku mengangguk kemudian Naga meninggalkan ku sendirian, aku mundur beberapa langkah dan akhirnya mengambil kursi kecil lain yang memang disediakan untuk para peziarah duduk dan berdoa.

Aku membuat tanda salib kemudian menyapaNya dalam hati "Hai bunda, maaf ya aku datang membawa hati yang sakit, bunda tahu kan apa yang tadi aku alami, sakit sekali rasanya walau yang ini gak diselingkuhi lagi," air mataku kembali terjatuh, rasanya berbeda jika mengadu kepada pusat.

"Aku gak akan meminta banyak buda, aku cuma minta tolong untuk memampukan aku menghadapi persoalan ini, kalau memang mas Juna jodohku beri kami jalan, jika tidak tolong jauhkan apa pun caranya, tolong beri aku waktu yang berkualitas untuk memproses semua ini, aku yakin apa pun yang terjadi di dunia ini adalah kehendak Allah aku cuma manusia yang memainkan sebaik-baiknya peran di dunia ini, maafkan mas Juna juga karena telah memilih jalan itu di masa lalu, tolong jangan membuat aku dendam dengan mbak Ratih hanya karena dia bagian dari masa lalu mas Juna, makaish ya bunda, jujur Jani sudah bingung harus ngomong apa lagi, Jani ngantuk campur capek ternyata," aku tersedu-sedu dan langsung dengan cepat mengusap air mata yang membanjiri wajahku.

Aku mengakhiri doa dengan 3x salam maria kemudian kemulian dan meminta perlindungan kepada santa pelindung ku, tanda salib di akhir sebagai penutup final, dan setelahnya aku kembali menemui Naga yang duduk dii tempatku semula "Lebih enteng?" aku mengangguk "Duduk sini kalau gitu!" dia menepuk kursi yang ada di sampingnya.

"Tadi mas dengar semuanya dek, tapi mas tetap gak mau membela siapa-siapa disini, bukan ranahnya mas," aku mengangguk.

"Kita gak tahu masa lalu orang lain, apalagi mengendalikannya kan? jadi menurut mas kamu berhak kecewa ke mas Juna tapi kalau bisa jangan sampai menyudutkannya,"

"Jujur tadi mas juga kaget kok walau memang di pikiran mas cowok jaman sekarang sudah melakukan sex sebelum nikah itu banyak tapi gak mau mas lumrahkan, karena namanya tetap zina ya kan?"

"Kamu ingat waktu papa ngaku ke kita kalau dulu papa hampir memperkosa mama waktu mama menolak dijodohkan dengan papa?" aku mengangguk.

"Sejak tahu itu pandangan mas ke papa berubah, mas sempat benci banget sama papa sampai akhirnya mereda karena usaha papa memperbaiki image itu, usaha yang papa lakukan waktu itu gak main-main, dan mas menghargai itu,"

"Sejak saat itu juga mas jadi komit ke diri mas sendiri kalau sebisa mungkin mas gak boleh kurang ajar ke pasangan mas siapa pun dia dan mau di situasi apa pun kami, karena mas ingat punya kamu dan mama, mas gak mau ada yang kurang ajar sama kalian berdua,"

"Tapi aku dapat mas Juna yang seperti itu....."

"Iya, dan mas akhirnya sadar kalau ujian tiap orang itu berbeda cara dan waktunya, kita gak bisa men-judge mas Juna hanya karena cerita yang dia lontarkan tadi kan? tapi menurut mas kamu cukup tahu sampai situ aja, gak perlu minta penjelasan detail biar gak makin sakit hati,"

"Yang mas mau minta kamu usahakan adalah, jangan karena satu hal tadi membuat banyak hal baik yang sudah mas Juna lakukan ke kamu tuh jadi hilang dan gak bisa kamu ingat,"

"Ini mas minta maaf banget ke kamu ya sebelum tanya, tapi coba bandingkan sakit mana saat kamu kemarin tahu Saka selingkuh atau saat tadi mas Juna ngaku?"

"Dua-duanya sakit,"

"Coba telaah lebih dalam, jawab menurut kamu,"

Aku terdiam sebentar, dulu ketika akhirnya aku tahu dan sadar Saka telah main belakang denganku cukup lama aku tidak bisa melakukan apa pun, aku sibuk mencari kurang ku dimana, dan sibuk menyalakan diri sendir karena merasa tidak cukup memberi Saka waktu untuk hubungan kami, tapi tadi saat mengingat Mas Juna mengusir Ratih dan memintanya untuk menjaga sikap karena mereka harus tetap profesional aku sedikit tenang.

"Saka melakukannya ketika sama kamu, dibelakang mu, mas Juna melakukannya di masa lalu sebelum bertemu kamu, cukup berbeda kan?" aku mengangguk.

"Saka akhirnya memilih pasrah waktu kamu putuskan dan berujung  bersama selingkuhannya, mas Juna? dia minta kamu berpikir dan mengambil sikap disaat dia sudah punya pilihan yaitu akan tetap sama kamu kalau kamu mau menerimanya,"

"Menurut aku apa yang mas Juna lakukan itu bukan karena dia sudah ketahuan makanya pasrah, tapi karena dia memang sudah pilih kamu dan masih menghargai kamu dengan meminta kamu berpikir kedepannya,"

"Susah loh dek buat laki-laki itu benar-benar tulus mengakui kesalahannya,"

"Aku sayang mas Juna mas....."

"Yang aku pikirkan saat ini cuma kalau aku tetap bertahan apa kedepannya aku bisa lupa itu semua? jujur aku membayanagkan ketika mereka melakukan itu, dan kalau aku melepas mas Juna, apa aku akan dapat pria yang jauh lebih  baik dari dirinya?"

"Nah, kamu mau dapat yang masih perjaka tong tong tapi ternyata dia kasar ke kamu? ternyata dia sibuk sampai gak ada waktu buat kamu bahkan bisa berujung selingkuh lagi dengan teman kerjanya? apa kamu siap kalau dia gak se sayang itu ke keluarga kamu?" aku menggeleng.

"Aku pusing mas," mas Naga merangkulku dan mengusap pundak kananku "Iya maaf, maaf, mas cuma mau ngutarain apa yang mas pikirkan sejak tadi,"

"Kamu bisa nikmatin waktu kamu dulu, maafin mas ya,"


Juna Jani, I Love You Pak Kos! [Hiatus]Where stories live. Discover now