25

3.1K 255 13
                                    

🏔️ Arjuna

Aku terbangun di kamar ku, semalam aku pulang ke rumah ibu, rasanya energi ku benar-benar terkuras habis setelah semalam aku mengaku pada orang yang aku sayangi terkait tindakan di luar batasku di masa lalu, aku mengusap wajah kemudian duduk dan mencari ponselku, ada pesan masuk dari Naga.

Naga : Aman, kami lagi di Phosarang, aku biarin dia tidur sampai sejam ke depan (Naga mengirim foto Rinjani yang tidur beralas tikar dan jaket Naga menutupi tubuhnya)

Juna : Thanks Ga sudah selalu update

Aku meletakkan kembali ponselku dan segera masuk ke kamar mandi, aku punya rencana untuk menghadap ke ibu setelah ini, setidaknya aku masih punya ibu yang bisa aku ajak diskusi terkait masalah yang cukup rumit ini.

.

Ibu sedang merawat anggreknya di kebun belakang saat aku datang "Tumben bangunnya siang mas?"

"Iya bu, semalam gak bisa tidur."

"Kerjaan kamu banyak?" aku menggeleng.

"Bu, apa bisa bicara sebentar di dalam?"

"Soal apa?"

"Soal hubungan dan pekerjaan mas,"

"Boleh, kamu serius banget kalau ibu lihat?" aku tidak membalas dan setelahnya ibu meminta ku untuk menuju ruang keluarga saja untuk kami bisa lebih enak menciptakan obrolan.

Aku menatap ibu dengan penuh pertimbangan, ibu juga melempari ku dengan tatapan yang penuh tanya "Ada apa mas?" Pertanyaan ibu ini membuatku langsung berlutut di bawah kakinya dan meminta maaf dengan sungguh.

"Eh, ngapain kamu mas?" Ibu membelai rambutku dan memintaku untuk menatapnya tapi rasanya saat ini semua kekuatan ku hilang.

"Maafin Juna bu....."

"Kamu ngapain sampai sujud-sujud gini ke ibu?" Aku masih terisak.

"Rinjani hamil?" Tebaknya dan aku langsung menatap ibu sambil menata diri agar nantinya bisa bicara.

"Benar ya?" Aku menggeleng.

"Terus?"

"Mas sama Jani lagi jeda,"

"Kenapa kok jeda?"

"Kemarin Ratih datang ke kosan, dan Jani disana, mas ngaku ke Jani tentang mas dan Ratih dulu gimana, dia minta kami jeda,"

"Maafin Juna bu, Juna dulu pernah sekali tidur sama Ratih," ibu yang awalnya mengelus kepalaku akhirnya menyandarkan tubuhnya di sofa, sepertinya ibu juga harus mencerna informasi yang aku berikan ini.

"Kamu sadar pas melakukannya?" Aku memejamkan mata, saat itu aku sedikit dibawah pengaruh alkohol tapi soal pengaman aku bisa memastikan aku memakainya.

Semua akhirnya aku ceritakan pada ibu dan ibu hanya bisa menghela napas "Sekarang tahu kan mas alasan kenapa ibu gak suka Ratih dari awal kamu kenalin ke ibu?"

"Sini lihat ibu dulu mas!" ibu mengelus punggungku dan mencoba mengangkat kepalaku agar tidak tertunduk lagi, dan akhirnya tatap mata kami bertemu, aku benar-benar tidak berani memberitahu ibu sambil menatap matanya "Juna tahu pasti ibu kecewa sama Juna," ibu mengangguk.

"Tapi kalau ceritanya begini ibu gak bisa nyalahin kamu sepenuhnya, bersyukur pakai pengaman, bersyukur dia gak sampai hamil, dan sekarang bersyukur kamu lepas dari dia,"

"Wajar Jani kecewa, siapa sih yang mau dapat pasangan yang punya masa lalu seperti itu sama pasangannya terdahulu mas?"

"Kalau menurut ibu jeda untuk kalian jalan yang baik, kalian butuh waktu utuk memikirkan semua ini, buat kedepannya gak lebih tambah parah,"

"Saran ibu, kalau nanti Jani mengambil opsi kembali ke kamu jangan langsung kamu ajak bahas pernikahan, kalian harus saling mengenal lebih lama lagi, biar waktu yang membantu penyembuhan ini, tapi ibu juga minta jangan pernah kamu mainin perasaan dia, ya?" aku mengangguk.

"Doain biar Jani gak pergi ya bu, mas sudah sayang sama dia, mas sayang keluarganya yang positif,"

"Sekalian mas mau ijin ke ibu, setelah ini kalau mas resign dari kantor gimana?" ibu mengelus kepala ku sambil tersenyum "Mas sudah siap urus kantor ayah?"

"Mas mau belajar disana, mas resign karena gak mau berhubungan apa-apa lagi dengan Ratih kalau masih di kantor yang lama, walau beda kota kadang tim kami masih harus saling bertemu walau berkala,"

Ibu mengangguk "Boleh, yang penting mas nyaman dulu dan gak buat Jani kepikiran soal Ratih lagi,"

"Sekarang keadaan Jani gimana?"

"Dia lagi di Phosarang sama kembarannya,"

"Ngaduin kamu via jalur langit?" aku mengangguk dan ibu tersenyum.

"Kamu harus siap ya mas sama apa pun keputusan Jani nanti, kamu gak bisa mengubah masa lalu, tapi tolong berusaha buat masa depan mu lebih baik dari kemarin, kamu juga punya adik perempuan, kamu gak mau kan karmanya lari ke Sekar?"

"Iya bu, kalau mas waktu itu lebih sadar dan gak mabuk, maafin mas ya bu......."

"Manusia gak luput dari kesalahan, ibu juga bukan Tuhan yang berhak mengadili kamu, yang penting jadi baik setiap harinya dan jangan diulangi lagi,"

Rinjani

Aku dan Naga sedang menikmati semilir angin di bawah pohon beringin tua yang ada di Gerbang Wiringin Lawang, salah satu candi yang berada di Trowulan, Mojokerto candi ini berberuk gerbang besar nan kokoh pada masa kejayaan Majapahit, kenapa Naga mengajak ku kesini? karena dari dulu aku menyukai candi dan jalur kami pulang memang melewati Mojoketro sebelum menuju Surabaya.

"Sejuk ya dek?"

"Iya,"

"Makasih ya mas,"

"Buat?"

"Buat semua yang kamu lakukan dari semalam, aku beruntung punya kamu,"

"Iya, makasih juga udah lari ke aku bukan ke yang lain waktu kamu merasa gak tahu harus ngapain dan kemana,"

"Mau ke candi yang lain habis gini?"

"Mau makan lagi aja," balasku dan Naga tertawa.

"Mau makan dimana?"

"Mas aja yang pilih,"

"Oke, bentar mas pikir dulu kalau gitu," tapi saat Naga serius bepikir ponselnya berbunyi dan nama mas Juna muncul sebagai pemanggilnya "Ini boleh mas angkat?" dia meminta ijin dan aku mengangguk.

"Ya mas?" sapa Naga, dia sengaja mengaktifkan speaker nya agar aku juga bisa mendengar.

"Apa sudah di rumah?"

"Masih di Mojokerto mas, istirahat sebentar, kenapa?"

"Apa Jani juga bisa dengar aku?" aku dan Naga saling bertatapan dan aku mengangguk saja.

"Iya mas bisa,"

Mas Juna kemudian berdehem sebentar sebelum bicara lagi "Jani, aku gak tahu ini bisa membuat kamu mempertimbangkan hubungan kita atau gak, tapi aku mau kamu tahu aja, per hari ini aku resign dari kantor, aku gak mau kamu kepikiran yang aneh-aneh lagi tentang aku dan Ratih, aku gak akan menyesal sudah melakukan langkah ini apa pun nanti jawaban kamu tentang hubungan kita,"

"Pakai waktu yang kamu mau sebaik mungkin, dan tolong tetap sehat ya," hatiku menghangat mendengar kalimatnya, Naga memandangku seolah memintaku menanggapi apa yang mas Juna sampaikan.

"Iya, mas juga jaga kesehatan dan jaga diri lebih baik," setelahnya aku berjalan menjauh dari Naga dan memilih untuk menuju tangga gerbang Wiringin ini, aku menetralkan debaran dadaku yang tidak biasa, tahu usaha yang mas Juna lakukan sampai memilih resign membuat ku sedikit merasa bersalah, apa dia mengira aku sebegitu cemburunya kalau dia masih harus berhubungan dengan Ratih?

Juna Jani, I Love You Pak Kos! [Hiatus]Where stories live. Discover now