24. Luka yang tak pernah sembuh

3.1K 334 33
                                    

...Happy Reading...

Kini ke tiga remaja laki-laki itu tengah berdiri diam mengelilingi ranjang pasien yang berisi Neo, remaja polos itu tengah terbaring dengan kedua mata terpejam serta kaki kirinya terbalut kain kasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini ke tiga remaja laki-laki itu tengah berdiri diam mengelilingi ranjang pasien yang berisi Neo, remaja polos itu tengah terbaring dengan kedua mata terpejam serta kaki kirinya terbalut kain kasa.

"Ini salah gw." Ucapan Ray membuat Jian menggelang, sedangkan Juan hanya diam. Jian sudah menceritakan semuanya, dan Juan merasa bersalah pada Ray karena sudah menuduhnya.

"Udah Ray, ini bukan salah lo. Sekarang lebih baik lo kabarin Om Arga sama Bang Ares."

Bukannya menuruti Jian, remaja itu malah menunduk, rasa bersalah dengan keegoisannya tengah beradu.

Satu sisi hatinya merasa bersalah, dan satu sisi lain otaknya memutar kata-kata yang ia dengar beberapa tahun yang lalu membuat egonya kembali hadir untuk menyalahkan Neo.

"Ray-"

"Maaf Ji, tapi gw minta tolong, lo aja yang kabarin ayah sama Bang Ares."

Juan yang ingin menanggapi terhenti kala Jian yang lebih dahulu mengangguk, tangan kirinya menutup mulut Juan yang kini berusaha melepas bekapan tangan yang lebih tua dari mulutnya.

"Ji lo gimana sih-"

Jian menatap punggung yang kini mulai mengecil.

"Ray butuh ketenangan, biarin aja dulu."

Plak.. suara nyaring terdengar kala Juan mengeplak lengan atas Jian, yang membuatnya meringis.

"Ap-" Jian yang ingin marah terhenti kala Juan menatapnya tajam bak pisau yang ingin menghunusnya.

"Minimal pinjem dulu hpnya, punya lo emang ada paketan?" Jian menggeleng polos menanggapi Juan yang berucap sewot.

"Kan ada hp lo." Juan yang mendengar pernyataan Jian mendatarkan wajahnya.

"Gara-gara lo hp gw di sita, ogeb." Jian menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.

"Sorry, lagian lo sih, ngajak gw nonton gituan."

Plak.. Juan menampol  jidat yang lebih tua main-main.

"Heh.. omongan lo ambigu, apan gituan orang gw nonton anime. Lo nya aja yang liat oppai kebungkus kain bilangnya 18+ auto disita hp gw, pas banget lagi ada om sama tante untung Jia kaga ikut, apes.. apes.."

Jian yang mendengar hanya bisa haha hehe, jujur ia tidak pernah nonton begituan, dan mana tau kalo yang adiknya tonton itu bukan 'gituan'

Walau om dan tantenya baik sudah merawat ia fan Jua , tapi Jian selalu berusaha untuk tidak merepotkan mereka berdua. Dulu ia 'dibuang' dan akkhirnya diasuh saat masih di taman kanak-kanak, hingga sekolah menengah pertama ia tinggal di kos-kosan, bukan diusir hanya tidak ingin merepotkan kedua pasangan itu.

Sampai saat Jian memasuki sekolah menengah atas, ia berusaha mencari uang tambahan. Untuk Juan ia tidak mengizinkannya, ia ingin sang adik fokus belajar.

Kenapa Harus Neo?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang