CHAPTER 43(Isi pesan)

12 11 2
                                    

Pagi-pagi sekali Caca sudah bersiap-siap untuk pergi menuju rumah Licia. Ia hanya harus menunggu hingga Rhido datang ke rumahnya untuk menjemput dirinya.

'Tok, tok, tok'

"Iya bentar" seru Caca dari dalam rumah. Ia pun bergegas untuk segera pergi keluar. Sesampainya diluar ia melihat Rhido yang sedang duduk dikursi halaman rumahnya sembari memainkan ponsel miliknya.

"Ayo berangkat" ajak Caca. Rhido yang mendengarnya hanya mengangguk dan beranjak menuju motornya.

Caca dan Rhido pun berangkat menuju rumah Licia. Ditengah jalan pikirannya dipenuhi oleh tanda tanya, sebenarnya apa pesan yang ingin disampaikan oleh Licia kepada dirinya. Entahlah, yang pasti Caca hanya ingin segera sampai durumah almarhumah sahabatnya itu.

Sesampainya dirumah yang dituju, Caca dan Rhido pun mengetuk pintu rumah tersebut untuk mengetahui apakah ada orang atau tidak.

'Tok, tok, tok'

"Assalamualaikum" ucap Caca.

"Assalamualaikum, tante ini Rhido"

Selang beberapa menit kemudian terdengar suara langkah kaki dari dalam dan pintu pun mulai terbuka.

"Tante" Rhido pun menyalami tangan ibu Licia dan diikuti oleh Caca.

"Yaudah ayo masuk, katanya ada yang mau kalian omongin sama tante"

Rhido dan Caca pun hanya menuruti perintah dari ibu Licia tersebut. Di dalam mereka dipersilahkan untuk duduk dan disuguhi minuman dan makanan ringan.

"Tante, seharusnya tante gak usah repot-repot kaya gini" ucap Caca.

"Gak papa, gak usah sungkan"

"Makasih tante"

"Emangnya kalian mau ngomongin apa?"

"Tante tau dari mana kalau kita kesini mau ngomongin sesuatu sama tante?" tanya Caca keheranan.

"Tante tau dari Rhido, kemarin dia ngirim pesan kalau kalian mau kesini"

"Oh gitu ya" ucap Caca dan melirik ke arah Rhido, Rhido yang menyadarinya pun mengalihkan pandangannya dari Caca.

"Emangnya kalian mau ngebahas apa?, apa semua ini ada hubungannya dengan Licia?, kalau Licia ada salah semasa hidupnya tante bener-bener minta maaf ya atas yang dia lakuin"

"E-enggak tente, Licia baik banget kok, kita kesini emang mau ngebahas tentang Licia, tapi tentang sesuatu yang dia sembunyiin tante"

"Sembunyiin, emangnya apa?"

"Sebelum dia meninggal dia sempat nitip pesan ke seseorang buat nyampai-in pesan itu ke aku, dan aku baru nerima pesan itu kemarin, katanya Licia pengen aku buat ngejaga buku diary punya dia" jelas Caca.

"Oh gitu ya, yaudah kalau gitu tinggal diambil aja dikamarnya, ayo tante anterin"

"Makasih tante"

Caca dan Rhido pun mengikuti ibu Licia ke kamar mendiang putrinya, disana Caca mendapatkan apa yang dia inginkan. Setelah mendapat apa yang ia cari, Caca pun berpamitan kepada ibu dari sahabatnya tersebut untuk pulang.

Rhido pun mengantarkan Caca pulang kerumahnya. Ditengah perjalanan mereka hanya saling diam tanpa ada yang berbicara, hingga akhirnya Rhido pun memulai pembicaraan mereka.

"Ca" panggil Rhido.

"Apa?"

"Kenapa hal yang lo omongin ke gue dan nyokapnya Licia itu beda?"

"Kan yang penting intinya sama, gue butuh buku diary Licia buat tau pesan yang dimaksud" jelas Caca.

■■■

Pada malam yang sunyi ini Caca masih terjaga dan belum berkeinginan untuk tidur. Ia sangat penasaran dengan hal yang disembunyikan  oleh almarhumah temannya itu. Dengan mengumpulkan keberanian untuk hal apa pun yang tertulis didalamnya, ia membuka buku diary tersebut. Ia membuka dan membaca setiap halaman, hingga ia berada di halaman terakhir, dimana sang penulis menulis hal tersebut sebelum ia meninggal.

_______•••_______

Hari ini aku mengetahui sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Caca, dia adalah temanku dan dia memiliki seorang sahabat bernama Bellova. Mereka sama seperti ku dan juga Shinta, mereka berteman sejak mereka masih berada dibangku sekolah dasar.

Dan hari ini aku mendengar kebusukan dari temanku tersebut Bellova, ketika aku mendengarnya aku benar-benar tidak percaya dengan setiap kata yang ia ucapkan.

Hari ini Caca dan keluarganya tertimpa sebuah musibah, yang dimana itu semua adalah rencana yang telah dibuat oleh Bellova.

Ketika semua orang panik dan menangis, dia justru tersenyum penuh kegembiraan. Ia pergi begitu saja ketika api sudah padam, karena merasa ad yang janggal aku pun mengikutinya dengan hati-hati. Aku mengikutinha hingga sampai ke sebuah bangunan pabrik tua yang terbengkalai, aku mengikuti kemana Bellova pergi, dan disana aku melihat ia sedang berbicara dengan seseorang. Untuk mengetahui apa yang mereka bicarakan, aku mencari posisi yang aman tetapi tidak terlalu jauh dari mereka sehingga aku bisa mendengar pembicaraan mereka.

Hal yang dibicarakan oleh Bellova adalah 'Kau benar-benar hebat bisa menjalankan semua perintahku, sekarang restorannya telah terbakar dan aku akan datang sebagai pahlawan yang menyelamatkan mereka'.

Aku tidak percaya bahwa Bellova lah yang merencanakan semua ini, tetapi ia mengatakan semuanya dari mulutnya sendiri.

Belum sempat aku mendengarkan semua yang ia bicarakan, tanpa sengaja aku menyenggol tong yang ada disampingku.

Sial, benar-benar sial.

Suatu hari nanti aku kan mengatakan semua ini kepada Caca. Agar dia mengetahui semua kebusukannya.

Aku tidak bisa menulis semua yang ia katakan dalam buku ini, aku ingin mengatakan semuanya secara langsung.

5 Kisah (END)Where stories live. Discover now