Chapter 2

115 19 10
                                    

◎◎◎🌺🌺🌺◎◎◎



    Hinata permisi untuk ke belakang karena tidak tahan melihat Himawari yang kelepasan memangil adik ipar sebagai sang ayah. Hati wanita ini sangat pilu melihat kedua buah hatinya harus kehilangan sosok sang ayah sedari kecil.


Mata safir Naruto melirik kepada Hinata yang agak terburu ke belakang. Dia sangat sadar dengan kesedihan kakak iparnya itu. Manik indah Naruto pun hanya bisa memejam sesaat karena merasa ikut sedih juga mengingat Menma.


"Boruto, Himawari, susul Okaa-chan kalian..." Wajah Naruto begitu serius mengatakan hal barusan. Dia memang mendidik sang keponakan untuk menjadi orang yang menguatkan sang ibu sedari kecil. Hinata sangat butuh semangat dari seseorang, terutama dari orang terdekatnya. Naruto berpikir kedua keponakannya lah yang tepat melakukan hal itu.


Mata safir saling menatap, maka kedua anak itu menghentikan makannya dan langsung turun dari kursi. Mereka berdua segera bergandengan tangan dan menyusul sang ibu ke belakang.


"Tetap di tempatmu, Hyuuga." Mata safir langsung menajam melihat Neji yang ingin menyusul si kecil. "Aku dan kalian adalah orang luar." Wajah cantik ini begitu dingin menatap sang Hyuuga yang terlihat tidak senang.


"Aku adalah kakak sepupunya..." balas Neji tajam saat dihentikan. 


"Kakak? Heh..." Bibir seksi ini menyanjung sinis. “Setelah kalian tidak menyetujui hubungan Hinata dan Kakakku, kau mengatakan diri sebagai seorang kakak sekarang?" Mata Naruto agak mendelik menyindir pria satu ini. Dia baru tahu jika hubungan Hinata dan kakaknya tidak disetujui oleh pihak Hyuuga selama ini.


Menma sendiri tidak pernah bercerita tentang hal itu padanya. Sang kakak hanya menceritakan betapa mereka hidup dengan senang setelah menikah dan dikarunia dua buah hati yang lucu. Andai Naruto mencari lebih rinci tentang masa lalu pernikahan kakaknya. Dia akan buat para Hyuuga itu bangkrut tujuh turunan.


"Menma Uzumaki memang akan menerima dengan lapang dada dengan perlakuan kalian, tapi tidak denganku. Kakak ipar dan dua keponakanku berada dalam naunganku sekarang. Kalian para Hyuuga jangan berani-beraninya mendekat." Ancaman Naruto berikan, wajah cantik itu gelap karena menahan amarah dalam dirinya. 


"Tapi Hyuuga tetaplah seorang keluarga dari Hinata—"


"Hei," Suara Naruto begitu dingin menghentikan ucapan Neji itu. "Kau kira aku siapa?" tanya Naruto menegaskan statusnya terhadap Hinata dan kedua ponakannya.


Mereka berempat terdiam serentak, wajah Naruto begitu kaku seakan ingin menerkam Neji saat ini juga. "Setelah Kakakku meninggal, kalian baru datang mendekat? Kenapa tidak sedari dulu? Apa harga diri kalian terkoyak jika melakukannya selagi Kakakku masih hidup? Apa kalian sekarang merasa bersalah dan butuh penerus?"


"Lancang sekali Anda, biar bagaimana pun ada darah Hyuuga dalam diri Boruto dan Himawari."


Mata safir memincing. "Darah? Darah itu kalian buang setelah membiarkan mereka memulainya dari nol." Bibir itu mengejek kepada pria yang berani-beraninya mendekati keluarga kakaknya sekarang. Naruto tidak akan sudi kedua ponakannya dalam asuhan keluarga Hyuuga sekarang.


Bibir Neji bungkam, dia diam menatap marah kepada Naruto yang duduk angkuh di kursinya itu.


"Kakak ipar dan keponakanku tidak butuh warisan dari seorang Hyuuga. Karena aku bisa memberikan separuh hartaku kepada mereka bertiga." Terdengar sombong, begitulah Naruto kepada orang yang sudah berlaku buruk kepada kakaknya selama ini.


LIARWhere stories live. Discover now