31

3.3K 228 8
                                    

🗻 Rinjani

Kami melakukannya semakin jauh, bahkan saat ini Mas Juna sudah menggesek pusat tubuhku dan berhasil mengirim berjuta kupu-kupu berterbangan di kepalaku.

Jujur aku takut ketika kita di titik ini, semakin jauh mengambil langkah yang aku takutkan adalah lupa jalan pulang, tapi aku sendiri saat ini juga sudah gila, aku mendambakan gerakan yang lebih darinya tapi dia menggodaku, aku akhirnya mengambil tindakan sendiri untuk memuaskan hasrat ku yang sudah berada di ujung.

Aku yakin mas Juna saat ini akan terkejut dengan tindakan yang aku lakukan, tapi aku sudah kepalang tanggung jadi akan ku tuntaskan walau artinya aku juga memberinya tontonan secara cuma-cuma, dan akhirnya dia membantuku lagi untuk mencapai puncak, dan tidak aku sangka dia akan membuka celana dalam ku dan membuangnya entah kemana, setelahnya dia menyapukan lidahnya ke vaginaku dan ini benar-benar membuat aku melemah.

Jilatannya hanya terjadi beberapa kali dengan dibantu tangannya yang menggoda klitorisku, aku semakin dekat dengan pencapaian ku, dan akhirnya aku mengejang hebat dan bagianku terasa basah yang sangat kuyup, aku melemah dan hanya bisa pasrah di atas meja pantry, astaga aku bahkan tidak sadar melakukannya di tempat ini.

"Puas?" tanya mas Juna yang saat ini wajahnya sudah berada di atasku dengan jarak yang dekat dan tangannya membelai rambutku, aku mengangguk sebisaku karena jujur lutut ku masih terasa lemas, otak ku juga.

Mas Juna tersenyum kemudian berkata "Lain kali ke aku, jangan ke Rama, oke?" Tunggu, tunggu, tunggu, apa sebenarnya dia sedang membalas ku? Kenapa masih membahas Rama.

Aku tidak menjawab karena masih sibuk berpikir tapi mas Juna sudah beranjak dari posisinya.

"Aku pulang ya, besok aku kesini lagi," aku segera duduk dari posisiku, jujur masih sempoyongan sebenarnya tapi aku paksakan.

"Bisa jalan?" Apa ini meledak atau benar-benar bertanya aku tidak bisa membedakan, aku tiba-tiba bodoh maksimal hanya karena 2 bulan tidak bertemu langsung dengannya.

"Bisa,"

"Oke," dia berjalan ke arah ku kemudian berpamitan seperti sebelum-sebelumnya ritual kami jika berpamitan.

Dia mengamati ku dari atas ke bawah, aku yang sadar hanya memakai bra saja dan itu pun hanya 1 cup yang masih berada di posisi seharusnya akhirnya menutupi dengan kedua tanganku.

Mas Juna tersenyum kemudian menyingkirkan tanganku dari payudaraku sendiri "Gak usah malu, aku kan sudah lihat," dan detik selanjutnya dia menggendong ku menuju kamar, mendudukkan ku di ranjang dan dia sendiri berlutut setelahnya "Mandi dulu setelah ini baru tidur, ya?" Aku mengangguk.

Dia mencium ku lagi tepat di bibir dengan menangkup daguku menggunakan satu telapak tangannya yang besar itu.

"Night night sayang, tidur nyenyak," setelahnya dia berdiri dan pergi keluar dari kamar ku.

Aku menata kembali detak jantungku yang tidak karuan tapi ternyata dia datang lagi "Sayang, jangan lupa celana dalam merah maroon mu masih di pantry," shit bisa tolong yang itu tidak usah diingatkan?

🏔️ Arjuna

Aku tersenyum meninggalkan apartemen Rinjani, setidaknya aku sudah bertemu dengannya dan menuntaskan rindu, beserta kejengkelan ku akibat pengakuannya tadi, aku menyandarkan tubuh di dinding lift, aku melihat jam dan ternyata masih jam 9 malam, aku berencana mampir ke kedai kopi Jani karena tadi Pram mengajak anak-anak untuk kumpul disana.

Beberapa menit berkendara dan akhirnya aku sudah sampai di tempat tujuan ku, aku melihat Pram dan Bas sudah duduk di sudut ruangan yang ada di dekat kasir, aku menyapa mereka kemudian bertanya dimana keberadaan Wira "Masih jadi anak berbakti dia, nemenin ibunya kondangan," jelas Bas.

"Oh, oke deh kalau gitu aku pesan dulu," aku berjalan menuju kasir dan disana aku segera memesan menu yang aku inginkan, aku bertanya kepada kasir yang kalau aku tidak lupa bernama Dewa "Naga sama teman-temannya lagi disini?"

"Oh tadi ada mas, mereka diatas,"

"Ada Rama?"

"Ada, barusan datang juga," aku mengangguk kemudian menerima kembalian dari kasir itu, tapi kembaliannya aku masukkan kedalam toples yang bertuliskan tips untuk memberi makan kucing-kucing liar.

"Wah makasih mas Juna donasinya," ucap Dewa.

"Iya sama-sama," aku ijin kepada Pram dan Bas untuk naik sebentar, aku hanya bilang ingin bertemu Naga sebentar saja, mereka nampak memberikan ide untuk kami pindah ke atas saja tapi aku menolaknya.

Aku benar-benar naik menuju rooftop dan setelah mengamati sekitar aku menemukan Rama sedang bicara dengan Naga dan Tora, aku mendekati mereka, dan tanpa basa-basi langsung bertanya pada Rama apa bisa bicara sebentar, Rama nampak cukup terkejut dengan kehadiranku begitu pun Naga dan Tora, tapi akhirnya Rama mengangguk dan aku membawanya mencari spot yang lumayan jauh dari dua orang sahabatnya itu.

Aku tahu kami akan diamati oleh Naga dan juga Tora jadi aku langsung memakai cara cepat saja, aku merogoh saku celanaku kemudian mengeluarkan kotak rokok yang mirip seperti rokok yang tadi aku minta Rinjani membuangnya, aku sengaja mampir ke minimarket untuk membelinya, niat ku memang aku kembalikan pada Rama dalam kondisi utuh

"Sorry kemarin diambil Jani," ujarku sambil menyodorkan kotak rokok itu, Rama nampak sedikit tegang tapi akhirnya dia tetap mengambilnya "Lain kali jangan kamu beri lagi walau dia maksa,"

"Iya mas, sorry," aku mengangguk.

"Kalian barusan ketemu?" tanyanya dan aku mengangguk.

"Gak perlu kamu kasih tahu Naga tentang Jani yang merokok, simpan sendiri saja, bisa?" lagi-lagi dia mengangguk.

"Oke makasih, dari kamu apa ada yang mau kamu sampaikan ke saya?"

Mata Rama nampak ragu tapi kemudian berdehem sebelum kembali bicara sepertinya dia cukup grogi untuk mengakui hal ini "Kemarin aku yang kelepasan mas, sorry aku ambil kesempatan di waktu yang salah,"

"Naga tahu?" dia menggeleng.

"Sumpah aku gak kepikiran cerita hal itu ke siapa pun," aku tersenyum.

"Ya, lebih baik begitu, tolong jangan kamu ulangi lagi, saya juga akan pastikan kalau Jani gak akan kelepasan juga seperti kemarin ke kamu,"

"Maaf kalau buat kamu tersinggung dengan teguran ini, saya cuma mau memastikan saya berada di hubungan yang sudah baik. saya tahu kita akan sering bertemu dan saya gak mau kejadian itu menciptakan perasaan aneh diantara kita,"

"Iya mas, gak apa-apa saya paham," dia mengangguk.

"Oh ya saya boleh tanya satu hal lagi?" dia mengangguk.

"Kamu sudah gak ada perasaan lebih dari teman kan ke pacar saya?"

"Kalau mas di kemudian hari menyakiti Jani secara sengaja, saya yang pertama maju buat merebut dia dari mas," ucapnya gamblang dan seperti tidak ada rasa takut disana.

"Oke, kalau begitu saya pastikan itu tidak akan terjadi, saya pergi dulu, makasih waktunya," aku menepuk bahu Rama kemudian melambai ke Naga dan Tora yang sedang melihat kami dari kejauhan dan akhirnya aku kembali turun.

Juna Jani, I Love You Pak Kos! [Hiatus]Where stories live. Discover now