32

3.2K 211 8
                                    

🗻 Rinjani

Pagi harinya aku bangun dengan badan yang terasa sangat lelah, aku tidur nyenyak semalam tapi tetap saja ketika badanku sadar lelah itu terasa lagi.

Sepertinya aku memang butuh santai sejenak dari segala pekerjaan yang aku lakukan, aku melakukan peregangan setelah turun dari ranjang.

Masuk ke kamar mandi dan langsung menyikat gigi kemudian mencuci muka, aku mematikan AC kamar dan membuka balkon yang ada di depannya, sengaja membuat udara lagi masuk ke dalam dan membuat sirkulasi kamar ku ini lebih baik.

Aku mengambil matras yoga ku dan sejenak melakukan beberapa gerakan, belakangan aku memang melakukan yoga lagi atas saran psikolog yang aku datangi, setidaknya dengan ini pikiranku jauh lebih tenang dan tertata terkait hubungan ku bersama mas Juna.

Saat nama itu terlintas mendadak posisiku menjadi oleng karena mengingat apa yang kemarin kami lakukan disini, aku hampir terjatuh tapi aku berhasil mempertahankan.

"Sial, kenapa pikiran kotor ini datang lagi?" Batinku kesal.

Aku menegak air mineral yang memang aku isi di dalam botol kaca, rasanya satu botol ini masih kurang untuk melunturkan pikiran kacau di kepalaku.

Baru meletakkan botolnya tiba-tiba bel apartemenku berbunyi, aku berpikir yang datang adalah mama dan papa, tapi saat aku melihat ke layar interkom, ternyata itu mas Juna.

"Harusnya aku tadi tidak perlu membatin dan memikirkannya, jadi langsung datang kan!" Kata hatiku.

Aku bersyukur kemarin sempat membersihkan apartemen setelah mandi jadi aku tidak akan malu kalau berantakan.

Aku membuka pintunya dan langsung disambut dengan senyuman darinya "Morning cantik!" Dia memberi sebuah buket, aku sudah tersenyum saat membayangkan bunga cantik yang dia beri, sayangnya harus langsung pupus ketika mendapati beberapa ikat kangkung segar yang berada di dalam wrap coklat itu.

"Buat kamu," ujarnya masih manis.

"Mas ngerjain aku ya?" Aku kesal tapi tetap menerimanya.

"Lah niat aku emang mau kasih kamu stock sayuran, salah ya? Kamu berharap apa emang?"

"Gak tahu deh!" Aku berjalan masuk diikuti dengan langkahnya di belakang ku.

Aku meletakkan sayur kangkung tadi di atas meja pantry, dan dia meletakkan beberapa bungkus tas belanja berisi sayuran lain beserta buah dan daging-daging an.

"Kamu kira bunga ya?"

"Hem!" Jawabku malas.

"Oalah, maaf deh, nanti mas belikan sesuai mau kamu, oke?"

"Ga usah!" Nada kesal ku tidak bisa aku sembunyikan, jadi aku yakin dia langsung paham kalau saat ini dirinya telah membunuh ekspetasi ku.

Tangannya tiba-tiba melingkar di perutku, dagunya dia topang di bahu kanan ku, sial membuat tubuhku tiba-tiba kaku "Maaf yang, nanti aku pesan buket buat kamu, ya?" Aku tidak menjawab.

"Kok tegang sih? Kenapa kamu?" Aku mencoba menggeleng tapi susah sekali.

"Gak apa-apa mas,"

"Yakin? Kalau gak apa-apa, gak mungkin begini,"

Aku bimbang mengatakannya tapi ternyata dia lebih dulu bisa menebak pikiranku "Kamu pasti kepikiran sama kejadian kemarin ya?"

"Heh!"

"Iya kan?" Dia makin yakin.

"Ngaku aja yang gak apa-apa!"

"Gak ya!"

Juna Jani, I Love You Pak Kos! [Hiatus]Where stories live. Discover now