13

537 58 2
                                    

Sepasang mata cantik yang semula terpejam kini terbuka. Mengerjap pelan sebelum beranjak duduk. Manik coklatnya melirik pada jam digital di atas meja nakas yang menunjukkan pukul 12:34 malam. Lalu beralih menatap pada tempat yang biasa terdapat seteko air.

Kosong

Disibaknnya selimut yang menutupi tubuhnya dan sang suami kemudian beringsut turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar.

•••

Jimin meraih teko kaca yang biasa menjadi tempatnya menyimpan air untuk dibawanya ke kamar. Berjalan menuju dispenser dan mulai mengisi teko tersebut dengan air putih.

Memastikan telah penuh, Jimin pun berbalik hendak kembali ke kamar. Namun, rasa nyeri tiba-tiba menyerang perutnya.

Menarik nafas sejenak, Jimin kemudian membawa sebelah tangannya yang bebas ke arah perut ratanya dan mengusapnya lembut.

"Hei, Papa kesakitan, sayang! Tenang ya?"

Setelah sekian detik rasa nyeri itu perlahan menghilang, dan Jimin bisa bernafas lega akan hal itu.

Menarik kedua ujung bibirnya sekilas, Jimin memutuskan untuk kembali melangkahkan kakinya. Saat sampai di ruang makan nyeri kembali menyerang di tempat yang sama. Kali ini terasa lebih menyakitkan dari pada sebelumnya hingga membuatnya refleks menjatuhkan teko yang dipegangnya.

PRANGG

"Astaga! Ssshhh.. Perutku sakit sekali."

Dengan menahan sakit Jimin mencoba melangkah, namun langkahnya terhuyung dan berakhir mencengkram kuat sandaran kursi.

•••

Pagi menyapa. Sinar mentari menerobos masuk melalui celah-celah, mengusik kenyamanan seorang pria yang masih berada di alam mimpi.

Yoongi, pria tersebut membuka mata dan mengerjap beberapa kali untuk membiasakan cahaya yang masuk dalam retina. Menolehkan kepala ke samping kiri, dapat dia lihat sosok mungil suaminya yang masih memejamkan mata, meringkuk menghadap ke arahnya.

Dengan perlahan Yoongi memiringkan tubuh ke arah si manis dan menyangga kepalanya menggunakan sebelah tangan. Senyuman tipis terukir seiring netranya yang sibuk menelisik wajah rupawan di depannya.

Namun, tidak berlangsung lama senyuman itu luntur digantikan dengan kerutan dalam di keningnya. Merasa janggal dengan wajah sang suami yang tampak pucat. Diangkatnya tangan kanannya kemudian mulai dia gunakan untuk mengguncang pelan tubuh yang terkasih. Mencoba membangunkan sosok tertidur itu.

"Jimin, bangunlah! Hei, bangun Papa."

Beberapa kali dia lakukan tidak mendapat respon dari si manis. Dirinya kalut, air mata sudah menggenang dan siap ditumpahkan jika saja orang yang bersangkutan tidak membuka mata.

Helaan nafas lega terdengar dari mulut Yoongi kala melihat sepasang manik coklat itu menatap ke arahnya dengan tatapan sayu. Segera saja dia bangkit dan duduk bersila sembari menatap Jimin yang juga tengah berusaha mendudukkan diri.

"Kenapa? Wajahmu terlihat panik. Apa ada sesuatu terjadi?" Tanya si manis. Detik berikutnya sebuah pelukan diterimanya. Bukan pelukan hangat seperti biasa, melainkan pelukan erat yang tersirat kekhawatiran di dalamnya.

"Wajahmu pucat. Kau juga tidak bisa dibangunkan."

"Aku tidak apa-apa. Perutku sakit semalam. Tapi sekarang sudah baik-baik saja."

Kontrak Where stories live. Discover now