Sienna-2

958 40 2
                                    

Sienna bangun dari tidur nyenyak nya, bersiap menyambut pagi dengan nasehat ayahnya nanti di meja makan.

Karena semalam Sienna tidak mendapatkan nya, setelah memilih pura-pura tidur, saat akan sampai di rumah.

Sienna cukup tahu siapa yang menggendongnya dari mobil ke kamar, pria kemaren membawanya pulang, tentu saja.

Karena, Sienna cukup sadar ketika tubuh nya diangkat oleh pria itu, untuk masuk kedalam rumah. Lalu berjalan ke kamarnya, mengingat hal itu, entah kepada  Sienna mendadak tersipu malu, apalagi saat mengingat dan merasakan tubuh kekar pria itu. Lalu, wangi pria itu, sungguh memanjakan hidungnya nya.

Saat sibuk membayangkan apa yang terjadi kemarin, pintu kamarnya di ketuk dari luar oleh seseorang, membuat Sienna langsung menoleh kearah pintu.

"Non, Tuan besar memanggil anda untuk bisa memulai sarapan bersama, " ujar orang itu, membuka suara, setelah mengetuk pintu kamar nya.

Tanpa membalas ucapan orang di balik pintu, yang Sienna tebak adalah pembantu rumah ini, ia segera menurunkan kaki nya dari kasur, untuk menapak di lantai dingin kamarnya.

Dia memilih tak mandi, bahkan mencuci wajah sama sekali, biar bisa nanti alasan ini, ia gunakan untuk kabur dari papa nya.

Sienna pun, mulai melangkahkan kakinya menuju pintu kamar, keluar, dan berjalan menuruni tangga untuk sampai ke meja makan.

Sebenarnya, di rumah nya ada lift, tapi Sienna memilih slogan kalau ada yang ribet kenapa harus yang mudah?

Lagian, hitung-hitung olahraga pagi, dengan menuruni tangga.

Selagi kakinya melangkah, dia bersenandung ria. Walaupun nanti kena omel, dia harus bahagia dulu.

Namun, langkahnya berhenti, saat akan sampai di meja makan, ketika melihat seorang pria yang sejak kemarin malam, membuat nya terganggu dengan keberadaan itu.

"Lama sekali, " ujar Edwin, menyadari keberadaan putri nya.

"Ya, namanya aku jalan, nurunin tangga. Kenapa bikin rumah besar. Jadi lambat kan? " balas Sienna, setelah mendengar ucapan papanya.

"Waktu itu, siapa yang ngomel rumah kecil? Lagian dirumah ini ada lift Sienna Calista, dan biasanya kamu juga pergunakan itu lift. Sekarang sok-sok ngomel rumah gede, " ujar suara wanita tua, yang sedang menuangkan susu kedalam gelasnya.

Ya. Dia Dewi Pradipta. Ibunya yang cantik jelita. Sekaligus istri kesayangan Edwin Pradipta.

"Ma, " rengek Sienna, kepada sang ibu.

"Apa? " tanya Dewi menantang sang putri. "Sana kamu, itu papa kamu, udah siapin berapa kertas, buat ngomelin kamu. " tunjuk Dewi, kepada suaminya, yang setelah bertanya pada Sienna, memilih untuk diam.

"Sienna, segera makan. Setelah ini papa mau ngomong sama kamu, " ujar Edwin, dengan tegas. Namun mampu membuat Sienna menurut.

Karena, Sienna tak mau menambah list omelan nya lagi, karena itu dia segera duduk di samping ayahnya, yang otomatis berdekatan dengan pria yang sejak kemarin memiliki tatapan datar itu.

Hmm, pagi-pagi Sienna sudah bisa mencium wanginya, yang semerbak itu.

Saat tangan Sienna ingin meraih roti, tapi tangan itu sudah lebih dahulu dipukul mamanya, dan dengan segera mamanya itu menjauhkan makanan yang ingin Sienna ambil .

"Ma, kenapa diambil. Aku mau makan, disuruh papa, " keluh Sienna kepada ibunya.

"Kamu belum cuci muka ya, Sie? Itu ada upil sama belekan dimata, " ujar Dewi, menunjuk wajah putri nya.

Sienna yang mendengar ucapan frontal ibunya, segera membesarkan matanya, sungguh tak percaya.

"Kalau nggak percaya, coba tanya Juna, " lanjut nya, menyuruh Sienna untuk bertanya pada pria yang sedari kemarin malam dipanggil Juna itu. "Iya kan, Jun? Ada belekan sama upil di wajah putri saya? "

Mendengar pertanyaan frontal ibunya itu, membuat Sienna kian membesarkan matanya. Lalu dengan segera menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.

"Iya, Nyonya. Saya melihat upil dan belekan di mata Nona muda, " jawaban tak disangka dari pria itu, entah kenapa membuat Sienna kesal. Lalu dengan segera ia melayangkan tatapan tajam nya pada pria itu.

"Maksud lo apa? Ha? " tanya Sienna, berdiri dari duduknya, menatap tajam pria itu dari bawah, karena perbedaan tinggi mereka.

"Saya, cuma menjawab pertanyaan yang diberikan Nyonya besar, Nona. Karena Nyonya besar bertanya, apa ada belekan dan upil di wajah anda. Saya menjawab iya, itu fakta nya, " ujar pria itu, tak ada nada takut dari nada suara nya.

"Tapi, bisa kan lo bohong? Nggak usah nanggepin mama, gue, " geram Sienna dengan kesal.

Sang putri kesal, karena mamanya. Sedangkan yang membuat masalah tertawa bahagia, lalu apa yang dilakukan oleh seorang suami? Hanya bisa memijit kepala nya, melihat kelakuan istri dan anaknya.

"Sienna, segera cuci wajahmu dulu. Baru mulai makan. Papa tunggu. Jangan naik atau turun tangga lagi. Gunakan lift, " ujar Edwin, kepada putri nya.

Yang sekarang sedang melemparkan tatapan tajam kepada orang nya, sedang kan yang ditatap tajam, hanya memberikan tatapan datar.

Mendengar ucapan papa nya itu, Sienna segera menganggukkan kepala nya, bersiap untuk kembali ke kamar untuk mencuci wajahnya, sekaligus untuk menggosok gigi nya, namun sebelum itu, dia memberikan injakan maut pada pria itu menggunakan sendal bulu nya.

Yang langsung dimarahi oleh Edwin, karena berlaku tak sopan pada orang yang lebih tua. Tapi, siapa yang peduli? Karena Sienna sudah begitu kesal.

Lagi-lagi melihat wajah bahagia ibunya, karena telah berhasil membuat Sienna kesal. Karena asal kalian tahu. Hobi Dewi Pradipta itu adalah membuat Sienna kesal dan juga merasakan malu.

Entah untuk apa tujuan nya, mungkin karena dia menciptakan saingan nya sendiri bagi dirinya dalam mendapatkan perhatian papa nya. Jadi, dia kesal. Entahlah.

Tapi, sekarang yang Sienna pedulikan, yaitu segera melakukan apa yang Papa nya perintah kan.

***

"Mulai, detik ini. Kamu akan dikawal oleh Juna, Sienna Pradipta, " ujar Edwin, saat Sienna baru selesai meminum airnya, setelah mereka sarapan.

Sienna yang mendengar ucapan papa nya itu, tentu langsung membesarkan matanya.

"Maksud Papa apa? Aku nggak mau, kalau di kawal sama dia, " ujar Sienna, menunjuk pria yang ia yakini bernama Juna itu.

"Pilihan nya, hanya ada dua. Dikawal Juna atau semua fasilitas kamu ditarik. Papa udah capek lihat tingkah kamu, saat bersama pacar kamu itu, " ujar Edwin. "Papa suruh putus nggak mau, jadi cara papa nyelamatin kamu adalah ngasih pengawal, " lanjut Edwin, kepada putri nya yang keras kepala itu.

"Iya, nggak usah kasih pengawal segala, Pa. Apalagi sama dia. Aku nggak suka, " ujar Sienna, menunjukkan raut ketidaksukaan nya.

"Emang kenapa, kalau Juna? Ganteng dia dari pada pacar kamu. Gagah juga. Mama kalau masih muda, mama lebih milih Juna sih, " ujar Dewi, angkat bicara.

"Aku bukan mama, yang suka cowok karena ganteng nya. Aku suka cowok karena perhatian dan rasa setianya, " ujar Sienna kepada ibunya.

"Kayak pacarmu setia aja, " balas Dewi lagi. 

Sienna kembali ingin membalas ucapan ibunya itu, tapi ayahnya sudah terlebih dahulu angkat bicara. "Jadi, apa pilihan mu. Ditarik fasilitas dan putus atau di kawal Juna, " ujar Edwin.

Dengan dada yang berapi-api mendengar pilihan papa nya, Sienna menjawab. "Terserah. Yang pasti, aku bakal bikin dia nggak nyaman, selama di dekat ku, " ujar Sienna, lalu segera bangkit dari duduknya, untuk kembali ke kamar membersihkan diri, karena sebentar lagi dia ada jam kuliah.

Jadi, Sienna harus mandi dulu, dan sesuai ucapan nya tadi. Dia akan membuat pria bernama Juna itu, tak nyaman mengawalnya. Untuk caranya, nanti dia akan konsultasi bersama sahabat-sahabatnya.

T. B. C



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SIENNA (21+) Where stories live. Discover now