34

3.2K 214 10
                                    

🏔️ Arjuna

Aku turun ke dapur setelah segar dan siap menyantap sarapan bersama ibu, harusnya ibu masih di rumah karena setahuku jadwal ibu hari ini mengajar anak-anak di panti asuhan dari jam 10 pagi.

Aku melihatnya sedang membaca koran dan aku menyapanya "Pagi Bu," aku mencium pipi kanannya dan ibu membalas dengan menurunkan korannya "Sarapan bareng ibu?"

"Iya,"

"Bukannya hari ini kedai Jani buka?"

"Iya, setelah ini aku susul Jani Bu, dia minta agak siangan aja,"

"Nanti kalau gak ada acara lain setelah dari panti ibu mampir, kalau gak ya besok, boleh?"

"Ya boleh lah Bu," akhirnya kami sibuk mengambil makanan yang akan kami santap.

Aku melihat ibu sesaat kemudian satu pertanyaan muncul dariku "Kalau mas nikahin Jani tahun depan menurut ibu gimana?"

Ibu sedikit terkejut tapi tetap tenang, perlahan meletakkan alat makanannya dan kini fokus menatapku "Kok tiba-tiba mas?"

"Gak tahu Bu, mas juga bingung,"

"Coba jujur kalian ada apa?"

Aku menghela napas berat "Ini mas aja kayaknya yang ngerasa Bu,"

"Ngerasa apa?"

"Ngerasa kalau belakangan ini mas gampang lepas kendali kalau lagi sama dia,"

"Kebablasan?"

"Belom, gak maksud mas gak sampai yang seperti itu,"

"Apa Jani gak makin kesel sama kamu kalau kayak gitu mas?"

"Kesel, dia selalu negur, untungnya belakangan kami sama-sama sibuk dan ketemunya singkat-singkat aja Bu,"

"Kalau gitu kenapa nunggu tahun depan? Daripada kenapa-kenapa baru nikah, mending nikah dulu baru ngapa-ngapain,"

"Mas belum tanya Jani dan orang tuanya,"

"Kamu nih mas yang kebelet!"

"Iya, kayaknya gitu Bu," ibu tersenyum kemudian tertawa "Astaga, anak ibu sudah benar-benar dewasa ternyata," ibu menyandarkan tubuhnya ke kursi meja makan.

"Kamu sendiri gimana mas? Maksud ibu selain karena kamu takut kebablasan sama Jani, apa kamu benar-benar sudah siap berumah tangga?"

"Nikah itu sekali seumur hidup, kalau bosan, gak bisa ganti, kalau benar-benar lagi diuji soal apa pun itu juga gak bisa seenaknya main pergi buat milih sama yang lain,"

"Ibu tahu hubungan kalian di dewasakan saat kamu berani ngaku tentang tindakan di masa lalu mu ke Jani, tapi menurut ibu Jani butuh waktu lebih untuk pulih mas, dia memang menerima kamu kembali tapi benar deh pikiran perempuan tuh gak se sederhana pikiran laki-laki,"

"Kalau soal materi ibu yakin kamu pasti bisa kasih Jani kehidupan yang layak, ini soal kamu yang butuh waktu lebih untuk mengenal diri dan pasanganmu mas,"

"Kamu lupa sama wejangan ibunya? Kalau bisa biarkan Jani kerja dulu kan biar gak kehilangan momen itu?"

"Iya Bu,"

"Kalau ibu sendiri sudah siap buat melamar kan kamu ke keluarga dia, ibu juga gak masalah mau kapan nikahnya, ibu suka sama Jani, keluarganya juga jelas dan baik ke kamu, yang ibu pikirin tuh kamu, kamu siap gak jadi kepala rumah tangga yang konsisten dan baik sesuai agama?"

Aku seperti mendapat bumerang sekaligus pencerahan detik ini, niatnya hanya obrolan ringan dan menggoda ibu ternyata ibu sahut sampai seserius ini.

"Kamu tanya dulu ke Jani dan orang tuanya, hasilnya beritahu ibu kapan pun,"

Juna Jani, I Love You Pak Kos! [Hiatus]Where stories live. Discover now