G.M.T {28}

5 2 0
                                    

Mohon maaf semuanya, baru bisa up 😁🙏. Soalnya keseharian author sibuk banget and padet.
Jangan lupa vote nya yah, dan suportnya, karena butuh biar tambah semangat buat nulisnya.

.

بسم الله الرحمن الرحيم

                            Stop !!
              Jangan lupa sholawat dulu  !!

“allāhumma shalli 'ala muhammad 'abdika wa rasulika an-nabiyyil ummiyyi wa 'ala alihi wa shahbihi wa sallim”.
.

Ustadz dan ustadzah yang melihat pemandangan tersebut terkejut bukan main, sehingga mampu membuat dua ustadzah yang ikut membantu yang tak lain adalah ustadzah anggun dan ani, sampai menutup mulut mereka masing-masing karena terkejut dengan apa yang mereka lihat.

Arsyad yang ingin menusuk pria tersebut dan ingin memberikan hukuman dengan cara sadis dan membabi-buta, seketika itu juga ustadz amda berlari menghampiri Arsyad untuk menghentikan tindakan kejam tersebut.

"Astagfirullah, sudah cukup nak, cukup" teriak ustadz amda sembari memegang kuat tangan Arsyad dan menahan tangan Arsyad.

Ustadz amda langsung membuang pisau ke sembarangan arah yang kini sudah dilumuri oleh bercak merah yang tak lain adalah darah.

"Kenapa, kenapa harus berhenti, dia pantas untuk mendapatkan nya" teriak Arsyad yang kini sudah memberontak kuat dari dekapan ustadz amda, karena ustadz amda memeluk menyamping tubuh Arsyad dengan sangat kuat.

"Sudah cukup nak, dia sudah pantas mendapatkannya, ingat tugas kamu bukan membunuh nya, tapi menolong adik-adik kamu nak" bujuk ustadz amda dengan nada naik satu oktaf, tidak teriak melainkan pelan namun terdengar menekan dan teriak.

Arsyad yang mendengar kata-kata 'adik-adiknya' langsung melepaskan dekapan ustadz amda dan langsung berlari menuju keberadaan alya yang saat ini sudah tergeletak terluka ditanah, yang kini juga sudah di pangku atau kepala alya sudah berada di paha ustadzah anggun.

"Astagfirullah, nak alya, bangun nak" lirih ustadzah anggun sembari menggoyangkan tubuh alya dengan pelan dan sesekali sembari menepuk-nepuk pelan pipi alya.

"Alya" panggil Arsyad pelan yang kini sudah duduk disamping alya, melihat keadaan adiknya yang sungguh memperihatinkan.

"Dek, maaf, tolong bertahan" lirih Arsyad dengan air mata yang kini sudah luruh membasahi pipinya, tangannya ingin meraih memegangi pipi alya namun tidak bisa. Ia ingat statusnya apa saat ini, bukan abang kandung ataupun keluarga, melainkan orang lain, yang sangat menyayangi alya walau tak ada sangkut pautnya dalam keluarga kandung.

"TUNGGU APA LAGII, BAWA ALYA KERUMAH SAKIT" teriak Arsyad yang sangat kuat yang kini menatap sengit wajah ustadzah anggun, yang kini terkejut dengan perlakuan Arsyad.

"Arsyad, sabar nak" tegur ustadz Bima dengan tegas.

Arsyad yang ditegur seperti itu langsung membuang muka untuk melihat wajah tidur adiknya yang tak lain alya.

"Ayo, kita bawa mereka kerumah sakit, jangan sampai terlambat" ajak ustadzah ani yang kini sudah sangat khawatir sehingga air matanya sudah luruh membasahi pipinya.

Mereka pergi meninggalkan laki-laki yang kini hidup atau mati, mereka tak perduli apalagi Arsyad, ia sangat membenci pria tersebut, yang tanpa Arsyad sadari ia telah melukai dan membunuh pria itu.

Gelap Menuju Terang (END & REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang