entry

90 15 0
                                    

"Balet itu buat cewek. Ngapain coba, cowok belajar balet? Kamu bencong, ya?"

Sudah bukan hal baru untuk Kai mendengar ejekan dari teman sekelasnya. Bukan hanya tentang balet, Kai yang tidak memiliki orang  tua sejak masih berusia tiga bulan itu seperti menjadi tempat untuk anak-anak nakal meluapkan kegilaan mereka. Bahkan jika Kai hanya duduk diam dan membaca buku gambar yang dia pinjam dari perpustakaan, anak-anak akan tetap mencari alasan agar bisa mengganggu dia yang sudah menjadi yatim-piatu sejak masih bayi.

Empat bulan yang lalu, Kai mulai belajar balet. Saat dia sedang asik menonton televisi, saluran yang dia nikmati itu menampilkan berita secara mendadak. Berita mengenai kemenangan salah satu kelompok balet dalam sebuah olimpiade. Saat tarian yang menjadi awal-mula kemenangan kelompok itu diputar, Kai terdiam cukup lama hingga Oma, nenek dari pihak papanya itu datang.

Oma meletakkan susu hangat di atas meja kecil, lalu dia ikut duduk di samping Kai yang masih terbang bersama angannya sendiri. Karena melihat cucunya yang terus saja diam di depan televisi tanpa ada tanda-tanda akan membuka mulut dalam waktu dekat, Oma pun bertanya, "Kenapa, Sayang? Kok diam saja?"

Kai menoleh, tapi dia tidak langsung menjawab. Kai mengambil remot, lalu mulai menekan-nekan tombol pada benda tersebut. Jika berita dadakan ditayangkan, biasanya di saluran lain juga akan ada berita serupa, itulah yang Kai cari.

Dapat! Ada saluran yang juga menampilkan berita tadi.

"Oma," panggil Kai. "Balet itu apa?"

Saat itu Oma tidak banyak memberi penjelasan, tapi langsung bertanya, "Kai pengin menari balet?"

Tentunya Kai langsung mengangguk. Dia ingin menari seperti pria dan wanita yang tampil pada berita televisi itu. Dia ingin tampil di depan banyak orang dengan tarian yang terlihat sangat keren. Entah kenapa, Kai sangat menyukai bagaimana orang-orang yang ada di televisi itu bergerak. Sangat keren. Seperti angsa yang menari di danau. Cantik sekali.

"Kalau Kai mau, Oma masukkan Kai ke kursus balet, gimana?"

"Boleh?"

Oma tersenyum dengan wajah penuh keriputnya yang terlihat seperti mengenang sesuatu. "Boleh, Sayang."

Dan begitulah, Kai pergi ke tempat kursus balet keesokan harinya bersama Oma. Mereka datang ke tempat yang kata iklan di online itu kursus terbaik di kota mereka. Oma tidak ragu untuk merogoh sakunya. Dia juga memberitahu Kai, jika Kai merasa sulit dan ingin berhenti, Oma tidak akan pernah merasa sayang akan uang yang telah dia keluarkan.

"Kai bisa melakukan apa pun yang Kai mau. Oma akan berusaha keras agar Kai bisa menjadi apa yang Kai mau." Itu yang selalu Oma katakan pada Kai, dan Kai juga selalu merasa tenang mendapat kalimat yang tidak pernah membebaninya itu.

Kai ingin menjadi balerino. Paling tidak, untuk saat itu, Kai memang ingin menari balet dan dia bangga belajar tarian balet. Karena dia suka dan Oma mendukung, Kai ingin terus melakukan balet.

Tentu saja, pikiran Kai yang polos itu belum tentu selaras dengan anak-anak yang ada di sekitarnya. Balet untuk anak laki-laki masih terlalu underrated di daerah mereka. Balet adalah tarian dengan baju cantik yang hanya akan dilakukan oleh anak perempuan. Ketika teman sekelasnya mengetahui jika Kai ikut kelas balet, tentunya, mereka yang sedari awal memang sudah senang merundung anak itu jadi memiliki bahan lain untuk terus mengganggunya.

"Dasar bencong!"

Kata-kata kasar yang keluar dari mulut anak-anak itu tertuju pada Kai yang hanya duduk tanpa melawan. Mereka tertawa senang, mengejek dan terus memojokkan Kai yang tidak melakukan pemberontakan sama sekali.

Kai sangat suka balet. Dia suka belajar balet. Kai tidak peduli dengan ejekan yang teman-teman berikan padanya.

Karena dengan belajar balet, Kai jadi merasa lebih dekat dengan papa yang belum pernah dia kenal semasa hidupnya itu. Karena secara tidak sengaja, Kai tahu jika ayahnya juga seorang balerino.

Balerino yang penuh dengan kebanggaan semasa hidupnya.

"Ohooo, anak kecil, kau ternyata punya tekad yang sangat besar, ya? Kau memang menarik." Tanpa Kai sadari, tekadnya yang bulat itu telah mengundang jiwa yang belum tenang untuk mengikuti langkahnya.


TBC

Dad From HeavenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora