4. Nabastala Semenjana dan Petir Rajadewa

5 0 0
                                    

Nabastala terbagi menjadi tiga tingkat: Zenith, Semenjana dan Nadir.

Mereka yang tinggal di Zenith dialah para hyangan yang mengurus segala aspek kehidupan. Semenjana untuk para malaikat dan keturunan istimewa, entah dari malaikat maupun iblis untuk mendahulukan kehidupan daripada bumi. Dan Nadir, lapisan langit dimana tinggalnya para Ardhi dan Nawapaksa yang juga mengurus duniawi.

Semenjana selalu sama seimbang, sedangkan Zenith dan Nadir selalu bertukar penghuni. Namun, belakangan para Ardhi tak pernah benar-benar kembali ke Zenith. Terusir ke Nadir dan nyaman dalam keadaan mereka.

Tidak pernah sekalipun Baskara pikir bahwa dia akan dipenjara di Zenith. Rasanya hina tapi juga terbilang penjara yang mewah. Terlebih dalam penjara milik Indra, kekuatannya dan Anagatayuh tak sama sekali tak berguna. Apalah Baskara yang tak pernah melatih kekuatan cahayanya, dia bahkan tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Sejauh ini dia hanya melatih kemampuan fisik, tatkala sudah menyerah mempelajari penguasaan cahaya. Ardhi satu ini hanya bergantung pada senjata fisik dan pemanggilan sayap.

Tentunya di area milik Indra, pemanggilan pun percuma. Anagatayuh disebelahnya saja tak berdaya, apalagi memanggil sayap yang lain? Baskara tak pernah berhasil cocok energinya dengan Nawapaksa selain Anagatayuh. Mungkin masalah kedekatan dan Baskara hanya belum terbiasa.

"Ana, menurutmu kita bisa keluar?"

Baskara berbisik pada Anagatayuh yang sedang duduk tenang sambil menutup kedua matanya. Wanita itu melirik Baskara di samping, kemudian kembali bermeditasi.

"Sedang saya usahakan. Entah kenapa kali ini Hyangan Indra tak mau mendengarkan saya, terpaksa saya harus coba menghubungi Sakhala lagi."

Baskara menganggukkan kepalanya pelan. "Anak itu sekarang dimana?"

"Kediaman Akasa Buana. Sepertinya sedang bertemu Nona Ningrum juga. Yang saya tahu, keduanya akan sedikit ... berdebat." Anagatayuh menutup mata lagi untuk mencari penglihatan masa depan, meski samar-samar.

Keduanya berada dalam penjara yang bisa menghisap energi cahaya, berakibat pada kekuatan sayap tak bisa maksimal. Hyangan Indra benar-benar menyiapkan kurungan khusus untuk mereka berdua, seolah Rajadewa satu itu sudah berencana menangkap mereka sejak lama.

"Kalian terlihat senang di dalam sana."

Perhatian Anagatayuh dan Baskara langsung terfokus ke depan, dimana Indra berjalan perlahan sambil tersenyum miring.

"Jadi, anak itu sekarang sudah di Nabastala dan bertemu Ningrum? Terima kasih informasinya, sangat berguna mengurung seorang Sayap Takdir disini." Indra kemudian melirik Baskara. "Kamu yang tak berguna disini, hanya akan menjadi sumber daya kekuatan Anagatayuh sementara sebelum kehabisan dan mengering mati. Mengapa dulu saya memilihmu yang bodoh ini? Kamu pasti sudah tahu jawabannya sekarang."

"Sialan, kau, Indra!"

Baskara yang tersulut langsung menendang jeruji di depannya, membuat besi itu melayang dan hampir mengenai Indra. Meski demikian, Baskara juga terpental ke belakang dengan tubuh tersengat kejutan listrik. Anagatayuh lekas menangkap Baskara yang masih kejang-kejang.

"Ardhi!"

Anagatayuh menatap Hyangan Indra dengan sendu, sebelum kembali memfokuskan diri pada Baskara di pangkuannya. Indra pun membalikkan tubuhnya dan beranjak pergi.

"Kamu takkan bisa mengelabui saya lagi, Anagatayuh."

***

"Astaga, kalian sangat canggung, langsung dimakan saja."

Awalnya Sakha sudah siap untuk mendengarkan penjelasan dari Ningrum—nama dari gadis berambut merah muda itu, tetapi seorang pria bertubuh besar dengan apron berantakan datang dan menarik semua orang ke meja makan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sakha dan Batu AngkasaWhere stories live. Discover now